Heart
"Selama jantung ini berdetak, selama itu juga aku akan melindungimu."
Anime : Kuroko No Basket
Cast : (find it yourself)
Genre : Hurt/Comfort, Family, Drama, Angst, Friendship, etc…
Pair : Brothership!MayuKuro (Mayuzumi Chihiro-Kuroko Tetsuya)
Disclaimer : Tadatoshi Fujimaki
Author : Koru Kyoshiro
Author's Note
Ini fict mungkin ada typo, alurnya malah kecepetan, ceritanya gaje, teorinya ngalor-ngidul, bla-bla-bla… ini mungkin ada hint yaoi dikit, tapi buat keseluruhan, sebenernya diusahain buat fict family sama friendship. Temen saya, Dini-nee, bahkan sampe nangis baca fict ini. TTATT
Daripada saya curhat disini, mending langsung ke bawah, dan dibaca~
Review, saran, komentar, dan kritik diterima. Flame JELAS ditolak.
Happy reading, minna-san. ^_^
Prolog : [Mayuzumi Chihiro's side]
Pasti tidak akan ada yang mengira kalau kami sebenarnya kakak-adik, apalagi kandung. Wajar saja, karena marga kami berbeda, sekolah kamipun juga berbeda. Tapi dibalik semua itu, kami juga punya banyak kemiripan. Sama-sama suka membaca buku, tidak banyak bicara, tampang datar, dan hawa keberadaan kami juga amat sangat lemah—sampai banyak yang tidak sadar kalau kami sudah ada disana sejak lama.
Marga kami berbeda, itu terjadi karena kedua orangtua kami bercerai. Aku ikut ayah, dan Kuroko ikut ibu. Mayuzumi adalah marga ayahku dan Kuroko adalah marga ibuku. Kira-kira setahun setelah bercerai, diketahui kalau ibu punya penyakit jantung yang berbahaya, akhirnya ayah dan ibuku sepakat untuk rujuk kembali. Aku senang—tentu saja—dapat berkumpul kembali bersama adik yang sangat kusayangi.
Tapi kebahagiaan kami tidak bertahan lama, beberapa bulan kemudian ibu meninggal. Dan ayahku, beliau sangat shock dan amat frustasi, sehingga terkena serangan jantung dan meninggal menyusul ibuku. Aku ingat pesan terakhir ibu sebelum meninggal.
"Chihiro-kun, tolong jaga Tetsu-chan, dia akan sangat membutuhkanmu. Lindingi dia. Jaga diri kalian baik-baik, kaa-san menyayangi kalian."
Sejak kematian mereka, aku akui bahwa aku sangat posesif pada Kuroko. Sungguh. Aku benar-benar takut kehilangannya. Sudah cukup kehilangan kedua orangtuaku, aku tidak ingin kehilangannya. Aku tidak mau kehilangan lagi. Mungkin Kuroko tidak suka dengan sikapku yang sangat overprotektif padanya, tapi apa boleh buat?
Aku takut, sangat takut. Aku takut setiap hari, setiap jam yang kulalui, setiap detik, setiap saat. Aku takut jika mengalihkan perhatianku dari Kuroko sedikit saja, dia akan lenyap bagai angin dan aku akan kehilangannya. Sebenarnya aku hanya takut, tidak ada niat sedikitpun untuk mengekangnya. Aku tidak mau mimpi buruk itu terulang. Selama ini, kukira semuanya baik-baik saja.
Sampai saat itu …
#1 Chapter One : Winterish Day
.
.
.
Pagi yang tenang dan dingin di kediaman dua kakak-beradik itu. Pemuda bersurai abu-abu itu bangkit duduk sambil menggosok matanya sebentar saat sinar matahari pucat mengintip dibalik sela-sela jendela kamarnya. Masih dengan bedhair-nya yang amat berantakan, pemuda jangkung itu berdiri dan membuka pintu kamarnya—
—dan menemukan sesosok pemuda pendek bersurai biru langit berdiri di hadapannya dengan tangan terkepal tepat saat dia membuka pintu kamarnya.
"Tadi aku mau membangunkan, ternyata kakak sudah bangun duluan," kata pemuda pendek itu—Kuroko—dengan polosnya. Dia sudah rapi dengan seragam Seirin High melekat di tubuhnya.
Mayuzumi tersenyum tipis, menepuk puncak kepala Kuroko dan berlalu ke dapur untuk mencuci mukanya yang pasti tampak agak kusut. Sebenarnya Kuroko tidak suka jika ada yang menepuk kepalanya—karena dia merasa seperti anak kecil—tapi dia membuat pengecualian untuk Mayuzumi—kakaknya.
"Kakak, aku duluan," Kuroko mengambil tasnya diatas kursi dan beranjak melangkah kearah pintu.
"Ya, hati-hati," balas Mayuzumi, mendadak dia teringat sesuatu. "Kuroko, tunggu," ucapnya, menghentikan gerakan Kuroko yang memegang hendel pintu sesaat. Pemuda bersurai abu-abu itu beranjak menuju kamarnya dan membawa sebuah syal berwarna biru muda sewarna rambut dan mata Kuroko, "Nanti kau kedinginan."
Kuroko menerimanya, tersenyum, "Terima kasih, Kak."
Mayuzumi mengangguk. Kuroko memakai syal itu dan berlalu keluar rumah. Bibirnya mengulas senyum getir saat melihat punggung Kuroko bergerak menjauh perlahan-lahan. Merasa cairan bening itu akan tumpah, Mayuzumi berbalik kembali kedalam rumah, mengambil handuk dan mandi sebelum dirinya sendiri berangkat ke Rakuzan High. Sekolahnya memang berbeda dari adiknya itu.
Setelah seragam abu-abu hitam itu melekat di tubuhnya, Mayuzumi mengambil tasnya yang masih tergeletak diatas ranjang kamarnya. Dia melirik ke jendela, salju turun. Dia bergegas keluar rumah dan mengunci pintu dan pagarnya, bisa gawat kalau dia telat dan malah terbenam salju.
Entah kenapa, Mayuzumi mendongakkan kepalanya beberapa langkah dari rumah. Menatap langit kelabu yang sewarna dengan mata dan rambutnya, mendadak perasaannya aneh. Semacam firasat buruk.
Mayuzumi menepisnya, dan dia kembali melanjutkan perjalanannya.
===Heart_R===
Kuroko terbatuk sesaat setelah memasuki gerbang Seirin High. Dia merasa dada kirinya agak sakit. "Uhuk!" suara pemuda pendek bersurai biru langit itu kembali terdengar. "Mungkin aku agak flu hari ini," erangnya pelan.
"Yo! Kuroko!" seorang pemuda tinggi, berambut merah kehitaman, dan alis bercabang dua melambai kearah Kuroko.
"Ohayou gozaimasu, Kagami-kun," Kuroko membalas sapaan Kagami dengan nada datar dan muka selempeng triplek. Trademark-nya. "Tumben kau 'melihatku'," kata Kuroko saat dia berjalan beriringan dengan sang 'cahaya' itu.
"Pagi ini kau mudah dideteksi, Kuroko," kekeh Kagami.
"Oh," komentar Kuroko datar. Sementara Kagami hanya tepok jidat melihat 'bayangan' sekaligus sohibnya itu.
"Kuroko-kun! Kagami-kun!" panggil seorang cewek. Kagami-Kuroko menoleh, dan mereka melihat seorang cewek berambut pendek cokelat menghampiri mereka.
"Ada apa, Pelatih?" tanya Kagami.
"Pelajaran keempat sampai pulang sekolah nanti kosong, jadi kalian harus hadir ke gym," balas Riko.
"Lho, kenapa?" tanya Kagami lagi.
"Tentu saja latihan, BAKAgami," balas Riko yang tahu-tahu sudah ada aura hitam di belakangnya dan memegang pemukul kertas yang entah dapat dari mana.
"Ba-baik, Pelatih," jawab Kagami keder dan Kuroko yang masih datar macam tembok.
"Baguslah," Riko tahu-tahu normal kembali, pemukul kertas itu hilang dan aura hitamnya lenyap. Dia kemudian melambai dan meninggalkan Kagami-Kuroko.
Kagami cengo, "Cepat sekali dia berganti kepribadian."
"Ayo, Kagami-kun. Ke kelas sekarang," tukas Kuroko sambil terlebih dulu meninggalkan Kagami.
"O-Oi! KUROKO!" Kagami tergopoh-gopoh menyusul sohibnya itu.
Kapas-kapas putih turun, salah satunya hinggap di ujung hidung Kuroko. Reflek, pemuda pendek itu mendongakkan kepalanya dan dia melihat langit kelabu yang sedang menurunkan salju. "Abu-abu…" gumamnya, teringat Mayuzumi—kakaknya.
"Apa kau bilang, Kuroko?" tanya Kagami mendengar ucapan Kuroko yang tidak jelas.
Kuroko menggeleng, "Tidak apa-apa, Kagami-kun."
===Heart_R===
"Satu! Dua! Satu! Dua!"
Anak-anak Seirin sedang melakukan pemanasan dengan gerakan stretching. Dipimpin oleh Hyuuga. Kuroko tersengal-sengal, keringat dingin mengalir di keningnya. Sepertinya dia banyak berkeringat hari ini, padahal suhu dingin.
"Kuroko," ucap Koganei, "Apa perasaanku saja atau kau kelihatan sekali hari ini?"
"Kitakore!" Izuki mendadak nyahut, "Kelihatan… tidak kelihatan… perasaan… Kuroko…"
"Izuki, damare! Berhentilah meracau!" teriak Hyuuga. Izuki manyun.
"Entahlah, mungkin aku agak lelah," kata Kuroko, tersenyum letih.
"Oke semuanya!" Riko menepukkan tangannya meminta perhatian, "Setelah selesai, lari mengelilingi gym sebanyak 15 putaran!"
"YOSH!"
Tim Seirin, Hyuuga, Izuki, Kiyoshi, Koganei, Kuroko, Kagami, Furihata, Mitobe, Tsuchida, Kawahara, Fukuda, dan Riko berlari mengelilingi luar gym. Saat putaran ketiga, Kagami melambatkan larinya dan akhirnya bisa sejalan dengan sohib muka triplek-nya, Kuroko, yang tentu saja jadi urutan terakhir.
"Kuroko, kau yakin tidak apa-apa?" tanya Kagami cemas, "Kau pucat sekali."
"Warna kulitku memang pucat, Kagami-kun. Tidak sepertimu yang cokelat," pangkas Kuroko datar.
Twitch! "Tapi tidak secokelat Aomine!" sahut Kagami membalas ucapan Kuroko yang mendadak nyolot. Si alis cabang itu menarik nafas panjang, "Kau lebih pucat dari biasanya, Kuroko. Yakin tidak mau istirahat sebentar?"
"Daijoubu desu, Kagami-kun," Kuroko bersikeras.
Sekali lagi Kagami menarik nafas panjang, sohibnya ini memang terkadang keras kepala. Dan kalau sudah begitu, susah melunakkannya kembali. Jadi Kagami—tumben sekali—mengambil langkah bijaksana untuk tidak mendebat lebih jauh—karena tentu saja Kagami akan kalah debat.
Tapi, tepat saat putaran keenam. Kuroko merasa dadanya sakit lagi, dan kepalanya agak pusing. Pandangan matanya memburam. Dia berkeringat dingin lebih banyak dari tadi. Larinya agak melambat, sementara Kagami dan yang lainnya cukup jauh dihadapannya.
BRUK!
"KUROKO!"
Atas suruhan Riko, Kagami dan Kiyoshi membawa Kuroko ke UKS. Meninggalkan yang lainnya yang merasa sangat cemas.
Setiba di UKS, Kuroko dibaringkan Kagami di ranjang, sementara Kiyoshi sedang bicara dengan guru yang kebetulan berjaga. Kagami menyelimuti Kuroko, menatap pemuda kecil berambut biru muda itu dengan pandangan heran. Kagami tahu Kuroko punya fisik yang lemah, tapi bagaimanapun latihan yang dijalaninya, tidak pernah membuat Kuroko pingsan. Itu yang membuat Kagami merasa heran.
"Kiyoshi-senpai, aku akan menemani Kuroko disini," kata Kagami akhirnya, "Katakan pada Pelatih, kalau Kuroko tidak bangun selama satu jam, aku akan membawanya pulang… Tolong."
Kiyoshi mengangguk, agak geli juga karena melihat Kagami canggung menggunakan bahasa sopan. Kiyoshi menepuk kepala Kagami dengan tangannya yang besar, "Yoroshiku, Kagami."
Kagami mengangguk, dan menatap sosok Kiyoshi yang menghilang setelah menutup pintu. Setelah itu, pandangannya kembali pada Kuroko. Wajahnya tampak benar-benar pucat, keringat dingin masih saja membasahi wajahnya. Kagami menghembuskan nafas. Ya beginilah, Kuroko. Memaksakan diri sendiri.
Satu jam berlalu. Tidak ada tanda Kuroko akan bangun. Memutuskan akan bertahan sepuluh menit lagi, kalau lewat dan Kuroko tidak bangun juga, Kagami akan menggendongnya pulang. Dia hanya tahu alamatnya, tapi tidak pernah kerumahnya. Iseng, Kagami mengambil ponsel Kuroko.
Dan Kagami kaget melihat ada name list "Kakak" di kontak Kuroko. Sejak kapan Kuroko punya kakak?! Kagami sendiri baru tahu setelah hampir satu tahun berteman dengan Kuroko. Merasa perlu menjelaskan, Kagami memutuskan untuk menghubungi "Kakak" itu.
"Ada apa, Tetsuya?"
"Ano… ehm…" Kagami tampak kesusahan mencari pembuka yang tepat, hasilnya dia menggaruk-garuk tengkuk salah tingkah, "Ini bukan Kuroko."
"Lalu kau siapa? Kenapa ponsel Tetsuya ada di tanganmu?"
Geh, kakak yang protektif. "Kuroko… ehm, dia pingsan setelah latihan. Sekarang dia ada di UKS—"
"APA?! PINGSAN?!"
GUBRAK! Kagami jatuh terduduk dari kursi yang dia duduki untuk menunggui Kuroko. Dia mengelus-elus kepalanya. "I-iya…"
"Aku akan kesana sekarang."
"Ba-baik…"
Sambungan terputus. Kagami menghembuskan nafas lagi. Dalam hati menduga-duga, bagaimanakah kakak Kuroko? Bertolak belakang atau malah sama persis? Tapi, didengar dari nada datar pada awalnya, Kagami jadi mengkhayalkan kalau dia adalah kloningan Kuroko hanya saja dalam versi yang lebih tinggi. Tapi khayalan Kagami terputus, Kuroko itu pendek, sulit membayangkan versi dia bertubuh tinggi.
"Tapi kok, suara kakaknya Kuroko rasanya aku kenal," gumam Kagami.
===Heart_R===
Latihan libur. Sang Kapten dan Pelatih punya urusan masing-masing. Mayuzumi seperti biasa, dimana saja dan kapan saja, buku selalu ada di tangannya. Memanfaatkan hawa keberadaannya yang lemah, Mayuzumi menyelinap keluar dari kelasnya tanpa disadari. Sialnya, gelagatnya itu diketahui Hayama yang sekelas dengannya.
"Mayu-chan, kau mau kemana?" tanya Hayama sambil memegang bahu Mayuzumi.
Mayuzumi menarik nafas panjang, tetap diam. Tidak memedulikan cowok yang menjabat sebagai Uncrowned Generals itu seperti biasa. Karena apapun yang diobrolkan dengan cowok itu, pasti melantur kemana-mana alias tidak berguna. Kalau Hayama mau meracau, lebih baik dengan Reo saja. Dia sama kacaunya dengan Hayama. Dan sialnya lagi, Mayuzumi sekelas dengan Hayama. Sedangkan Reo ada di kelas yang lain.
"Mou… Mayu-chan! Kau selalu tidak memedulikanku!" Hayama manyun, melangkah dan menempatkan dirinya berhadapan dengan Mayuzumi, "Ayolah, jawab aku!"
"Pulang," jawab Mayuzumi singkat tanpa melepaskan matanya dari buku yang sedang dibacanya. Tadi firasat buruknya semakin menjadi-jadi, buku yang dipegangnya entah kenapa tadi terlepas begitu saja.
"Jadi kau tidak ada kerjaan kan? Mau ikut kami? Aku dan Reo-nee berencana ikut street basketball di alun-alun," ajak Hayama bersemangat.
"Tidak," tolak Mayuzumi singkat, mengabaikan Hayama yang manyun lagi.
"Mayu-chan~" rengeknya, "Ayolah… mumpung tidak ada latihan—"
Ponsel Mayuzumi berderit. Pemuda bersurai abu-abu itu melihat layarnya, "Kuroko Tetsuya", lalu segera mengangkatnya. "Ada apa, Tetsuya?"
"Tetsuya?" ulang Hayama penasaran, memutuskan diam dan ikut mendengarkan.
"Ano… ehm…" suara itu jelas bukan suara Kuroko, suara itu lebih berat. "Ini bukan Kuroko." Tuh, kan.
"Lalu kau siapa? Kenapa ponsel Tetsuya ada di tanganmu?" cecar Mayuzumi datar.
"Kuroko… ehm, dia pingsan setelah latihan. Sekarang dia ada di UKS—"
"APA?! PINGSAN?!" teriak Mayuzumi mendadak.
GUBRAK! Hayama jatuh terduduk saking kagetnya. Baru pertama kali dia melihat Mayuzumi tampak panik seperti itu.
"I-iya…"
"Aku akan segera kesana," akhirnya Mayuzumi kembali normal—dengan tampang datar pastinya, walau mata kelabunya masih menyiratkan kecemasan.
"Ba-baik…"
Mayuzumi memasukkan bukunya ke dalam tas, lalu—tanpa berniat membantu Hayama berdiri atau apa—segera berlalu dari koridor. Sampai akhirnya, seorang pemuda lain berambut hitam muncul. Sama bingungnya dengan Hayama.
"Koucchan, Chiichan kenapa?"
BUK!
"GAH!" Hayama kembali kaget, punggungnya sampai membentur dinding koridor. Akhirnya dia mendelik melihat siapa yang berhasil mengagetkannya. "REO-NEE! JANGAN MENGAGETKANKU!" semprot Hayama langsung, dia bangkit berdiri sambil menepuk seragamnya.
"Ehehe… gomen, gomen," kekeh Reo, "Hanya aneh saja, Chiichan kenapa ya?"
"Kudengar tadi Kuroko pingsan saat latihannya," Hayama bersandar di dinding koridor, "Tahu sendiri kalau Mayu-chan itu protektif sekali pada Kuroko kan?"
"Ah, Tetsucchan," Reo mengangguk-angguk maklum.
===Heart_R===
Hari cukup sore, Mayuzumi terengah-engah menembus jalanan yang bersalju. Itu dia, gerbang Seirin High tepat beberapa meter lagi. Pemuda jangkung itu berlari menuju gedung dan langsung mengarah ke ruang kesehatan. Tidak tahu kalau ada yang melihatnya, Kiyoshi, yang baru saja beranjak mau pulang.
"Eh," Kiyoshi tampak bengong melihat kemunculan Mayuzumi, "Dia kan…"
Drap! Drap! Drap! Langkah Mayuzumi bergema di koridor. Dia membuka pintu kesehatan dengan tenaga penuh, "TETSUYA!"
Pemuda berambut biru muda itu masih berbaring dengan mata terpejam, bersama seorang pemuda berambut kehitaman dengan alis bercabang dua yang kelihatannya menunggui Kuroko. "Kagami," gumam Mayuzumi saat mengetahui kalau itu adalah sohib adiknya.
"Ma-Mayuzumi?!" Kagami tampak kaget dan tampangnya jadi super blo'on. "Senpai?!" tambahnya lagi saat mengetahui kalau pemuda bersurai abu-abu itu adalah kakak kelasnya. Bagaimanapun itu tidak sopan memanggil kakak kelas hanya dengan namanya saja. "Senpai kakaknya Kuroko?!" Kagami sepertinya masih shock berat.
Mayuzumi mengangguk, "Ya."
"Tapi, kenapa marga kalian beda?" tanya Kagami lagi.
"Itu tidak penting, kau bisa tanya Tetsuya jika dia bangun nanti," tepis Mayuzumi, "Dia tidak apa-apa kan?"
Kagami mengiyakan, "Mungkin. Tadi dia berkeringat dingin banyak sekali, padahal ini kan musim dingin."
"Berkeringat dingin katamu?" Mayuzumi memandang tajam pada Kagami yang mendadak keder. Kemudian raut wajahnya kembali blank, "Begitu…"
"Me-memangnya kenapa, senpai?" tanya Kagami takut-takut. Sumpah, Akashi saja kalah seram dengan tatapan Mayuzumi tadi. Rasanya seram sekali mendadak ditatap tajam oleh orang yang bahkan hampir tidak punya ekspresi. Jantung Kagami sampai hampir copot dan jumpalitan tidak keruan saking shock-nya.
Mayuzumi menggeleng, "Tidak apa-apa. Bantu aku menaikkannya ke punggungku."
"Ba-baiklah," Kagami menurut.
===Heart_R===
Sepasang mata biru langit itu membuka, mengerjap-ngerjap sebelum terbuka sempurna. Pemiliknya menatap sekeliling. Ini bukan ruang UKS, ini kamarnya sendiri. Saat Kuroko memaksakan tubuhnya bangkit sambil memegangi kepalanya yang agak sakit, pintu kamarnya dibuka.
"Kakak?" Kuroko menatap orang yang masuk ke kamarnya.
"Tadi kau pingsan di sekolah," ucap Mayuzumi, dia meletakkan nampan berisi bubur dihadapan Kuroko, "Makanlah."
Kuroko mengangguk dan mulai memakan buburnya.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Mayuzumi, dia duduk di sisi ranjang Kuroko sambil menatap Kuroko, "Ada yang sakit?"
Kuroko menggeleng.
Mayuzumi menarik nafas panjang mengetahui adiknya itu berbohong. Mata abu-abu itu menatap keluar jendela yang menjelang malam. "Kau berkeringat dingin, setelah itu pingsan," kalimat Mayuzumi membuat Kuroko menatap kakaknya itu, sementara Mayuzumi sendiri kembali menatap Kuroko, "Jawab dengan jujur, apa ada yang sakit?"
Kuroko menghentikan suapannya sesaat, memandang sendu buburnya yang baru habis setengah. "Dadaku sakit, rasanya jantungku seperti ditusuk-tusuk. Sulit bernafas."
Wajah Mayuzumi memucat, matanya melebar shock. Dia terdiam beberapa saat.
"Kakak? Kakak? Doushite? Kakak?"
Panggilan Kuroko membuatnya kembali dari lamunannya, Mayuzumi tersentak lalu menggeleng. Dia membelai kepala Kuroko. "Habiskan makananmu," katanya sebelum beranjak keluar.
Bagaimana kalau mimpi buruk itu … Mayuzumi menutup pintu kamar Kuroko. Terulang?
TO BE CONTINUED
Makasih buat Dini Yagami yang udah mau baca ff saya sebelum di publish disini, juga Indri Yesung Clouds yang mau dengerin curhat gila saya, dan semuanya (termasuk 'kita', 12 orang gila tapi rusuh #PLAK). Tentunya juga buat reader semua~
Dan juga MAKASIH BANYAK sama Kak Drace, yang mau ngejelasin gimana awal mula tata cara masuk ff ini -_- terus terang aku masih newbie, dan aku baru kelas 9 T.T
Geh, saya bacot mulu yah. Belom tentu juga ada yang mau baca, anyway ada yang penasaran atau nunggu kelanjutannya? ^^
Please REVIEW minna-san~
