a SasuSai fanfic.
Warning : AU, OOC, BL
Rating : Safe
Enjoy!
Sasuke Uchiha, seorang remaja berusia 17 tahun membuka matanya perlahan saat sinar matahari menerpa wajahnya. Diliriknya jam di atas mejanya, dan dengan segera dia mendesah kesal. Dengan malas akhirnya dia berjalan menuju kamar mandi, membersihkan dirinya untuk memulai hari-harinya seperti biasa. Hari-hari yang begitu membosankan.
Setelah memakai seragam lengkap – celana panjang kotak-kotak, dengan setelan kemeja putih lengan pendek dan dasi yang warnanya senada dengan celananya, pemuda bermata onyx itu turun dari kamarnya di lantai 2, menuju ruang makan di mana kakak laki-laki dan kedua orang tuanya telah menunggunya.
"Lama seperti biasa," sindir Itachi, kakak laki-lakinya yang seorang mahasiswa tingkat akhir.
Sasuke tidak terlalu menanggapi ucapan kakaknya. Sedikit mendesah saat melihat menú sarapan yang ada di atas meja, namun dia tidak mengatakan apapun, hanya menyantap porsinya dalam diam.
Naruto © Masashi Kishimoto
.
.
.
My Reflection © Afuri
.
.
.
~Chapter 1~
"First Day"
.
.
.
Konoha Gakuen sudah mulai dipenuhi para penghuninya. Sasuke melihat pemandangan di luar jendela kelasnya. Hal yang menguntungkan baginya adalah bahwa tempat duduknya berada di samping jendela. Dia senang menerawang memandangi pepohonan, langit, ataupun murid-murid yang lalu lalang.
Sasuke orang yang tidak terlalu banyak bicara. Dan dia juga tidak terlalu akrab dengan teman sekelasnya – cenderung acuh. Sementara teman-teman di kelasnya sedang ribut membicarakan film yang mereka tonton semalam, atau toko apa yang akan mereka kunjungi sepulang sekolah nanti, Sasuke memilih untuk berdiam diri di tempat duduknya, menyangga dagunya dengan tangan dan menerawang ke arah jendela.
Itu tidak berarti bahwa dia orang yang buruk dalam hal bersosialisasi dengan sesamanya. Hanya saja dia merasa semua hal itu hanya sebuah omong kosong. Tersenyum, bersikap baik, berteman, mereka tidak akan melakukan semua hal itu jika mereka tidak berada di kelas yang sama, seolah semua hal itu adalah abstrak. Sasuke sekalipun tidak akan berbicara kepada orang kecuali jika dia merasa itu benar-benar perlu atau sesuatu itu menguntungkan dirinya. Dia hanya tipe orang yang tidak pernah bisa berbasa-basi.
Bel tanda pelajaran di mulai berbunyi tak lama kemudian, membuyarkan Sasuke dari lamunannya. Beberapa siswa yang masih berada di luar sekolah berjalan tergesa-gesa – setengah berlari, namun beberapa terlihat masa bodoh, masih berjalan dengan santai seolah datang terlambat adalah hal yang biasa bagi mereka. Sasuke mendengus, mencemooh mereka. Orang-orang macam itu jelas bukan type orang yang disukainya. Uchiha selalu menjunjung tinggi kedisiplinan dan selalu berjalan lurus searah dengan aturan yang berlaku.
Kelas menjadi hening seketika ketika Yamato-sensei memasuki ruangan. Dia tidak sendirian, di belakangnya berjalan seorang anak laki-laki, memakai seragam yang berbeda dengan yang lainnya. Sasuke tidak terlalu memperdulikannya – acuh seperti biasa. Dia masih sibuk dengan dunianya sendiri. Walau seisi kelas mulai saling berbisik, bertanya siapa kemungkinan anak yang dibawa oleh wali kelas mereka itu.
"Baiklah semuanya, kita kedatangan murid baru hari ini," ucap Yamato-sensei dengan suara khas nya. Kelas mulai gaduh. Rentetan pertanyaan mengalir dari beberapa murid, sementara para siswa perempuan saling mengikik walaupun tak ada hal yang lucu.
Yamato-sensei berusaha menenangkan kelasnya, walau dia tahu hal itu adalah mustahil. Laki-laki yang berusia 26 tahun itu memijit-mijit hidungnya, sedikit lelah karena dipaksa bergadang oleh teman-teman seprofesinya tadi malam. "Mohon perhatiannya sebentar," serunya kemudian sambil memukul papan tulis dengan penghapus. Cukup membantu karena sebagian besar siswa terdiam sekarang.
"Baiklah, teman baru kita akan memperkenalkan dirinya," tambah guru muda itu. Dia mempersilahkan anak laki-laki yang ada di sampingnya untuk melangkah maju, menunjukkan dirinya lebih dekat pada calon teman-teman barunya.
"Nama saya Sai Uchiha," ucap anak itu singkat.
Terdengar teriakan tertahan dari seorang murid perempuan dan secara refleks beberapa murid menatap ke arah Sasuke sambil berfikir – karena mereka tak berani mengatakannya langsung di depan Sasuke – apakah dia saudaramu? Marga kalian sama, bla bla bla…
Sasuke seakan baru tersadar dari lamunannya. Dia mengalihkan pandangannya ke depan kelas. Matanya sedikit melebar saat melihat sosok anak baru itu. Mata dan rambut yang hampir sama dengannya. Kulit yang sangat pucat dan transparan. Begitu transparan hingga Sasuke berpikir tak ada setetespun darah mengalir di balik kulit itu.
Sasuke tiba-tiba saja merasa De Javu. Entah kenapa dia seakan melihat refleksi dirinya sendiri di dalam cermin – minus dengan kulit pucat itu tentu saja.
Semakin banyak murid-murid yang menoleh ke arah Sasuke. Mereka mulai menimbulkan kegaduhan lagi. Anak baru itu, mau tak mau mengikuti arah pandang yang lainnya dan itu membuatnya bertemu pandang dengan Sasuke. Mata gelap yang terlihat tanpa dosa itu menatap Sasuke dengan penuh tanda tanya dan itu membuat Sasuke segera memalingkan wajahnya. Siapapun dia, sekali melihatnya saja, Sasuke sudah tak menyukainya. Terlebih lagi mereka memiliki marga yang sama. Ini membuat Sasuke merasa gelisah dan sedikit tidak nyaman.
Yamato mulai menyapu pandangannya ke seluruh kelas. menggerakkan bola matanya ke seluruh penjuru, mencari tempat kosong di mana anak didik barunya bisa duduk. Matanya berhenti ke arah Uchiha Sasuke. Tepatnya di sebelah Sasuke. Guru muda itu mengangkat alisnya. Ini sedikit aneh untuk memasangkan dua Uchiha di dalam satu bangku, namun tidak ada lagi tempat yang tersisa di kelas ini.
Yamato menatap intens Uchiha yang tampak sedang berkonsentrasi di luar jendela itu, hampir setahun menjadi wali kelasnya, dia tahu jika Uchiha itu jarang bergaul dengan temannya. Yah, mungkin saja kehadiran murid baru ini bisa sedikit membuatnya menjadi lebih terbuka. Terlebih marga mereka sama...
Dengan mantap Yamato menggerakkan telunjuknya ke arah Sasuke, lalu berkata, "Uchiha Sai, kamu bisa duduk di sebelah Sasuke-kun."
Sasuke membelalakkan matanya, memandang senseinya itu dengan tatapan tak percaya. Sementara Sai, anak baru itu segera mematuhi perintah senseinya, berjalan menuju tempat duduknya, di sebelah Sasuke.
Sasuke tak melepaskan pandangan matanya sedikitpun dari Sai yang sedang berjalan ke arahnya. Menatapnya dengan nanar. Seolah-olah dirinya adalah seekor tikus yang menggigil ketakutan menanti seekor kucing yang akan menerkamnya dengan cakar-cakarnya. Bulu kuduk Sasuke berdiri. Sai tersenyum lembut padanya saat dia telah berada di sebelahnya, duduk di sana. Sasuke tak membalas senyumnya. Hanya mendengus dan bersikap seolah tidak ada siapapun di sana.
"Namaku Uchiha Sai," ujar pemuda berkulit pucat itu sambil mengarahkan tangannya pada Sasuke, mencoba berjabatan tangan dengannya.
"Sasuke. Uchiha Sasuke," balas Sasuke dingin tanpa membalas jabatan tangan Sai.
-o0O0o-
To Be Continue...
