Primrose
.
from naideel
starring EXO Kris – Suho
a Fantasy Romance fanfiction
beware for Mature Contents, BL, etc
.
It's me, Kris. If you try to take the flower, you lose everything.
Are you curious?
.
1st Chapter, Suho
Jalanan ibukota selalu terlalu menarik untuk ditelusuri. Disana, sebuah kastil megah berdiri dengan segala keindahan duniawi yang terlintas dibenak semua orang jika mengacu pada hal berbau arsitektur. Para prajurit berseragam biru tua berlalu-lalang disegala tempat, tak terkecuali halaman bangunan megah yang disebut kastil itu. Dibawah langit dengan gumpalan awan putih, mentari yang tersenyum menenangkan, dan hawa musim semi yang hangat, semua orang terlihat berjalan dengan santai ditemani cicit burung gereja.
Negara itu sudah berumur hampir tiga setengah abad. Kondisi politik dan ekonominya teratur tanpa kendala berarti padahal berdiri diatas wilayah dengan potensi alam yang tidak terlalu menjamin. Primrose, nama negara parlementer yang masih teguh berdiri ditengah banyak negara yang sudah berkepala negara presiden. Wilayahnya berada di daratan benua Asia Timur, beriklim subtropis, dan punya industri yang sangat maju.
"Selamat pagi," Suara serak bernada dingin membuat beberapa orang mengejang takut kearah si pemilik suara. Seorang pria paruh baya tengah terduduk dilantai dengan posisi menunduk menghadap si pemilik suara serak. Pemiliknya adalah seorang pria berparas menawan, bibirnya yang penuh sedikit menekuk kebawah dan rambut pirangnya tersisir rapi kebelakang. "Setidaknya kau jawab pertanyaanku, tuan!"
Suaranya berubah menjadi teriakan geram. Si pria paruh baya mengejang lagi dan membuat kepalanya makin menunduk dalam.
"Ini aku, Kris. Jika kau ingin mengambil bunga itu, kau akan kehilangan segalanya. Apa kau penasaran?" Kali ini sosok pria menawan yang mengaku bernama Kris tersebut berlutut dihadapan si pria paruh baya. "Aku tanya, apa sekarang kau masih penasaran?" Sebuah tinju dilayangkan kearah wajah lawan bicaranya, membuat tubuh yang tidak sesempurna miliknya itu terhempas kebelakang lalu mengucurkan darah deras dari hidungnya.
"Mm-m-maafkan aku, Yang Mulia."
Kris tertawa. Ia berdiri sembari menatap dalam kedua manik si pria paruh baya dengan tatapan beringas yang sulit diartikan. "Kau masih berani padaku? Kau berani menyentuh bunganya? Aku ini Kris!" Pandangannya beralih pada dua orang pengawal yang ikut menatapnya takut, "Serahkan semua data tentang orang ini dan penggal kepalanya. Lakukan dalam dua detik."
Dalam dua detik, kepala si pria paruh baya telah jatuh kelantai. Terlepas dari badannya yang sedikit gempal. Tidak ada jeritan, hanya ringisan sang algojo-lah yang terdengar.
Cahaya temaram memasuki ruangan sang raja. Ditumpukan berkas yang mesti ia baca dengan baik, matanya terpaku pada sebuah hiasan kecil yang selalu menghiasi meja kerjanya. Tiruan bunga primrose yang terbuat dari tanah liat dan sedikit lapisan marmer selalu membawa atmosfir menenangkan dihatinya.
Menjadi seorang raja adalah hal yang sulit, tentu saja, tak terkecuali untuk Kris. Diusianya yang sudah menginjak angka tiga ratus tujuh puluh empat ia harus memutuskan hal-hal pribadinya secara terperinci tanpa bantuan penasehat kerajaan yang hanya membantu dalam urusan negara. Rakyatnya mulai bergejolak, mempertanyakan kebijaksanaannya untuk cepat memiliki pendamping.
Kenyataannya ia tidak sebijaksana itu, ia sosok bengis yang ditakuti.
Ia tak lagi seorang manusia jika ada yang mencoba mengganggu primrose-nya. Primrose adalah jenis bunga mawar liar yang kebanyakan tumbuh di benua Amerika, tapi tumbuhan itu juga tumbuh di wilayahnya dengan baik. Namun primrose-nya bukan primrose yang biasa tumbuh liar di hutan. Bunga itu adalah jiwanya yang terbagi menjadi banyak bagian supaya ia hidup abadi, tidak seperti ayahnya yang ia bunuh tiga setengah abad yang lalu. Bunga itu berada dalam sel khusus dengan penjagaan yang nyaris tak tertembus.
Dahulu negaranya bukan bernama Primrose, namun Korea Selatan. Ia berhasil menyingkirkan Korea Utara dan menjadikannya bagian dari negara.
Hanya sedikit orang yang tahu mengenai bunga primrose-nyawalaupun keabadian Kris telah menjadi rahasia umum. Bagi yang mencoba untuk mendekati bunga itu dan membongkar manteranya, akan kehilangan semuanya. Seperti si pria paruh baya kemarin.
Kris menarik napasnya dalam lalu berusaha mengenyahkan pikirannya yang sudah terlanjur berkabut. Jemari panjangnya menarik sebuah map berwarna biru tua yang artinya dari bidang peradilan. Perlahan ia membuka benda itu dan membacanya. Itu data mengenai si pria paruh baya yang mencoba mengambil setangkai bunga primrose dalam sel khusus.
Nama pria itu Kim Jiseob, seorang pebisnis tambang yang belakangan mengalami kemunduran sehingga akhirnya bekerja di dalam kastil sebagai asisten kepala pelayan karena kecerdikannya dalam bersiasat. Usianya lima puluh satu tahun, istrinya sudah meninggal dua tahun lalu dan memiliki seorang putra bernama Kim Suho. Matanya mengamati foto pemuda bernama Suho itu. Kulitnya putih pucat dan Kris tidak terlalu percaya bahwa tubuhnya sesehat yang difoto.
Kini Kim Suho sebatang kara.
Sebelah tangannya beralih pada pesawat telepon diatas mejanya. Menempelkan gagang benda itu dan menekan tombol,
"Bawakan aku putra Kim Jiseob. Sekarang."
Sekitar tiga puluh menit kemudian, dua orang prajurit datang membawa seorang pemuda manis yang mungkin setinggi batas leher Kris. Kulitnya yang pucat persis seperti yang difoto dan perkiraan Kris benar soal tubuhnya. Kurus dengan tulang pipi yang sedikit menonjol, membuat pemuda itu terlihat memprihatinkan untuk berdiri diatas lantai kastil.
"Berapa umurmu?" Suara Kris terdengar lembut, senada dengan tatapan teduhnya yang spontan ia tunjukan pada pemuda itu. Yang ditanyai hanya terdiam, namun Kris sepertinya tidak keberatan untuk menunggu kata yang terlontar dari lawan bicaranya. Pandangannya tidak terlepas dari sosok bernama Kim Suho itu. "Prajurit, biarkan kami berdua."
Kedua prajurit berseragam biru tua itu mundur dan menghilang dibalik pintu ruangan Kris. Sang raja hanya tersenyum tipis saat bangkit dari kursi kerjanya dan menghampiri pemuda yang berdiri mematung dihadapannya.
"Kim Suho? Berapa umurmu?"
Kris dapat melihat belahan bibir Suho yang perlahan terpisah satu sama lain. Disudutnya terdapat luka lebam dan darah yang agak mengering. "Hampir tujuh belas, Yang Mulia."
Raut wajah ketakutan yang terlukis diwajah Suho sangat menggemaskan, membuat Kris merasa dirinya sedikit gila hari ini karena menyebut seorang pria dengan kata 'menggemaskan'. "Kemarilah, aku akan mengobati lukamu."
Suho menurut. Ia mengikuti langkah Kris yang mengisyaratkannya untuk duduk disofa yang terletak dipojok ruangan. Kris mengambil kotak P3K dari meja yang ada disampingnya dan mengambil obat merah. "Yang Mulia,"
"Eum?"
"Itu," Kedua manik Suho menatap Kris dengan takut-takut. "Kenapa Yang Mulia mengobati lukaku?"
Kris memutuskan untuk menahan tawanya yang hampir saja meledak. Pemuda kecil ini pasti menganggapnya kejam, tentu saja, dan kini ia kebingungan. "Aku membantu orang baik, Suho-ya. Primrose tidak akan baik-baik saja kalau aku menghukum semua orang yang tidak jahat."
"Ta-tapi Yang Mulia, ayahku adalah orang jahat yang mendapat hukumanmu." Kali ini Suho sedikit terisak. Hidungnya mulai memerah dan matanya berkaca-kaca. "Apa Yang Mulia tidak akan menghukumku?"
Yang ditanyai menggeleng. Tangannya menempelkan pelan-pelan kasa yang telah ditetesi obat merah kesudut bibir Suho, "Tidak. Lagipula kau terlalu manis untuk kuhukum." Kris terkekeh, "Panggil saja aku hyung. Yang Mulia tidak singkat untuk kau ucapkan sepanjang waktu."
"H-hyung? Sepanjang waktu?"
"Ya. Kau harus memanggilku hyung dan kau akan tinggal di kastil bersamaku mulai sekarang."
Terlihat raut bingung diwajah Suho yang memerah karena menahan tangis, "Wae?"
Kali ini Kris benar-benar tertawa, tak lagi mampu menahan ledakannya sembari menikmati ekspresi kebingungan Suho. "Aku agak kesepian. Kau mau, kan?" Jemari Kris menyentuh pipi Suho yang tirus. Kris meringis pelan saat menelusuri tulang pipi pemuda itu dan terhenti dibibir kenyalnya. Perlahan, Kris menjatuhkan kedua belah bibirnya kesudut bibir Suho yang tidak terluka.
Keduanya tak bergerak. Hanya terpaku pada sentuhan bibir dari lawan bicara. Kemudian setelah beberapa menit, Kris melumat pelan bibir yang tadi dikecupnya. "Hy-hyung,"
"Ssst. Tidak apa-apa." Bibir Kris telah terlepas. Kedua tangan kekarnya kini memeluk tubuh kurus Suho tanpa berharap mendapat balasan, "Jangan katakan apapun. Tetaplah bersamaku, Suho."
TBC
Ini alurnya aneh, kan/? hehe. Ini FF fantasy bertema kerajaan/? pertamaku, loh! Aku sedang dalam proses mempelajari kerumitan kosa kata biar lebih bagus hihihi. Kecut-kecutnya aku kasi di-chapter depan kok. Aku lagi suka couple KrisHo dan jangan ada yang protes soal pairing-nya oceeee. Review juseyo ^^ akan kuusahakan untuk membalas setiap review yang masuk kalau aku sempat, jadi tolong review-nya ya~
