Disclaimer : kalau deathnote punya saya, L dan Mello pasti tak akan berakhir dengan tragis T^T *peluk-peluk Mello&Ryuzaki*
Pairing : MXM
Genre : romance, hurt
Matt's POV
………………………………………………………………………………………………
Aku ingin mati.
Itulah kata-kata yang aku ucapkan padanya di suatu sore.
Dia hanya memandangiku dengan bola mata birunya. "Apa yang kau tunggu?" ujarnya sejurus kemudian.
Aku terdiam.
"Kalau kau ingin mati, maka matilah.."
Aku masih terdiam.
"Kalau kau tidak sayang lagi padaku Matt, maka matilah.."
Aku membelalakkan mata. Mello my dear. Aku lihat ada aura kesedihan di kedua mata indahnya.
Mello sayang. Aku tak bermaksud untuk membuatnya menjadi sedih.. Aku menundukkan wajahku. Tak sanggup menatap wajahnya.
"Kau mau meninggalkan aku Matty? Alone in this fuckin' world?"
TIDAK!!! Aku berteriak di dalam hatiku. Mello my dear. Aku takkan meniggalkanmu sendiri di lautan yang fana ini. Takkan bisa aku membiarkanmu tenggelam dalam dunia ini.
"I will always with U my dear" ujarku pelan. Suaraku bergetar. Entah kenapa dada ku begitu sakit dan pilu. Whats wrong with me God. "I don't want to lost U Mello.i don't want…"aku tak bisa meneruskan ucapanku. Kurasakan pandangan mataku kabur. Dan kurasakan air mata jatuh membasahi pipiku.
" I know Matty."ujar Mello. Dia menggenggam kedua tanganku. "just stay here with me…" Mello mengusap air mataku. Jari-jarinya terasa amat dingin di pipiku. Begitu dingin seakan-akan menusuk tulangku. Membuat diriku menggigil dan ketakutan. Katakutan akan kehilangan dirinya dari sisi ku. Karena aku tau suatu hari nanti hal itu akan terjadi.
Mello, dia selalu menantang kematian. Entah kenapa maut seakan tertarik untuk mendekati dirinya. Apakah itu kelebihanmu my dear? Menarik perhatian para malaikat maut hingga mereka saling berebut untuk mengambil nyawamu?
Mello my dear. Mengapa kau terlihat begitu sempurna di mataku. Kau terlihat seperti malaikat di mataku. Kau datang saat aku merasa diriku begitu hampa. Kaulah satu-satunya alasan yang membuatku tetap menjalani hidupku. Saat ku terjatuh, hanya dengan memikirkanmu saja aku sudah dapat bangkit kembali. U are my soul…
Aku menggenggam tangan Mello dan menariknya ke arahku. Aku membawa tubuh rampingnya kepelukanku. Ku peluk dia begitu erat. Kurasakan tubuhnya begitu hangat dan membuatku merasa nyaman. Aku ingin waktu terus berhenti seperti ini. Agar aku bisa terus memeluknya. My lovely Mello. Aku begitu takut kehilangannya…
"Apa kau masih ingin mati Matty?"
"Aku akan mati begitu kau memintanya Mello…"
"Kalau begitu jangan mati… jangan mati Matty… untuk selamanya…"
Aku memejamkan mataku sambil terus memeluknya. Kalau bisa Mello my dear. Aku ingin terus hidup bersamamu. Tapi… hal itu tidaklah mungkin… Kalau saja kau mau membuang masalahmu dengan kira dan hidup tenang bersama ku my dear, mungkin kita akan sedikit berumur lebih panjang…
Matt menghentikan mobilnya. Bola matanya bergerak cepat memutari sekelilingnya. Keringat dingin menetes di wajahnya.
This is my end
Matt turun dari mobilnya. Puluhan pengawal Takada telah mengepung dan mengarahkan pistol padanya.
Taukah kau
Mello my dear…
"Kalau kalian menembakku maka kalian takkan tau dimana Takada berada.."
BANG! BANG! BANG!
… aku tak pernah bermaksud untk meninggalkanmu…
"I'm sorry my love…."
Tubuh Matt terhempas ke jalan.
Matt menutup kedua matanya untuk selamanya…
..:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::..
