Ini fanfic pertama aku dari Detective Conan. Aku masih baru juga disini. bimbing aku ya ^^
disclaimer : aoyama gosho
warning: gaje, OOC, typo (mungkin), alurnya kecepatan
Yang tulisan miring itu ucapan Ran dalam hati.
"Hey, kalian semua! Apa kalian tau, Shinichi sudah kembali!"
Akhirnya, akhirnya Shinichi kembali. Aku…aku sudah sangat merindukannya. Ah, apa pertemuan kami nanti akan sangat canggung setelah sekian lama tidak bertemu? Ah, lupakan saja! Yang penting aku harus menemuinya. Aku harap dia masih mau menemuiku…
"Tapi kata orang-orang, dia datang bersama gadis lain, orang asing…"
Apa? Shinichi datang bersama gadis lain? Tidak mungkin! Dia tidak mungkin datang bersama gadis lain. Dia kan tidak agresif kepada gadis..
"Ayo kita kesana!"
Kenapa Shinichi? Kenapa? Padahal aku dengan sabar menunggumu selama itu…
"Wah, gadis yang dibawa Shinichi cantik sekali. Ia bagaikan seorang malaikat yang nyasar kesekolah ini, lalu diselamatkan oleh Shinichi. Aku iri pada gadis itu…"
Huh? Dia bagaikan seorang malaikat yang nyasar kesekolah ini lalu diselamatkan Shinichi? Bukankah dia adalah malaikat yang dibuang dari surga lalu diselamatkan Shinichi yang terlalu baik padanya, lalu laki-laki bodoh itu termakan oleh rayuan manisnya, huh?
"Andaikan aku secantik dia, pasti aku sudah masuk sekolah wanita di Amerika…"
Apa kau pikir kalau kau jadi wanita itu semua akan mudah? Mungkin tidak…
"Apakah mereka berpacaran? Shinichi dan gadis itu terlihat sangat serasi…"
Jleb! Apa yang mereka katakan? Itu tidak mungkin. Tapi kalau memang iya, aku…
Anyone who ever loved could look at me
And know that I love you
Anyone who ever dreamed could look at me
and know I dream of you
Knowing I love you so
"Shinichi?" sebuah suara yang memanggil Shinichi terdengar begitu lirih. Pria yang merasa namanya dipanggil menoleh ke asal suara. Pria itu lalu tersenyum kearah si pemanggil.
"Ran! Maaf aku datang kesini tanpa memberitahumu dulu! Aku baru sampai selesai dari kasusku dan langsung datang kesini! Oh ya, kenalkan ini Shiho Miyano. Dia adalah partnerku saat menyelesaikan kasus." Pria yang bernama Shinichi Kudo dengan wajah tanpa bersalah memperkenalkan seorang gadis yang sukses membuat SMA Teitan ini gempar karena kedatangannya.
"Hai, namaku Shiho Miyano. Kau Ran Mouri kan? Aku sudah banyak mendengarmu dari Shinichi…" sapa gadis bule yang berada didekat Shinichi. Ran menatap kedua makhluk itu dengan pandangan kosong.
"Ah, namaku Ran Mouri. Salam kenal." Balas Ran begitu datar. Ia lalu tersenyum dan pergi dari sana karena Ran sudah begitu muak melihat gadis berambut coklat itu. Ran melangkahkan kakinya, tapi langkahnya terhenti didepan sebuah meja yang biasa didudukinya. Ia kemudian duduk dan menatap keluar jendela.
Kenapa kau datang bersama wanita itu Shinichi? Aku tau, kau pasti menyembunyikan sesuatu dariku. Aku tau itu Shinchi. Tapi kenapa kau tiba-tiba muncul dan langsung merusak hatiku? Kenapa?
Gadis berambut hitam panjang itu masih melihat menerawang kearah langit yang mendung. Sepertinya langit akan menumpahkan airnya dan membasahi bumi. Juga membasahi hatinya yang seketika kering dan melupakan masalah sejenak. Ya, gadis yang termenung itu memang mengharapkan itu.
Tapi, apakah seharusnya dia secemburu itu? Ya, boleh saja cemburu, tapi kenapa harus seperti itu? Shinichi kan belum menyatakan kalau Shinichi dan Shiho pacaran. Jadi Ran masih punya kesempatan untuk menjadi pacar Shinichi atau hubungannya seperti dulu.
"Kau marah ya, Ran?" ucap orang yang berhasil membuat hati Ran untuk sementara kering. Ran menoleh dan memberikan 'fake smile'nya kepada lelaki itu. Senyuman yang mengatakan 'aku-baik-baik-saja'
"Tidak. Oh ya,ngomong-ngomong, Shiho itu benar partnermu?" Tanya Ran dengan sedikit penekanan pada kata partner.
"Ya tentu saja. Dia cukup berjasa membantuku dalam penyelesaikan kasus. Ya dia sangat bisa dihandalkan. Walaupun dalam beberapa hal dia kadang sedikit merepotkan dan-" ucapan Shinichi terputus saat mengetahui Ran mulai beranjak dari duduknya.
"Maaf Shinichi, ada telpon masuk" ucap Ran sambil melangkah keluar dan menjahui Shinichi. Shinichi memandangi punggung gadis itu dengan pandangan bingung.
"Ada apa dengan dia?"
-xOx-
Sebenarnya, ada telpon yang masuk itu adalah bohong. Ya, Ran tidak mau mendengar cerita Shinichi tentang Shiho. Dirinya saja sudah marah saat mendengar nama Shiho Miyano atau saat mengingat ucapan orang-orang tetang Shiho. Wajah Ran begitu kusut saat itu-mungkin beberapa hari kedepan.
Ran menghela nafas begitu berat. Ia tidak tau harus melakukan apa atas rasa kecemburuannya yang terlalu besar. Akhirnya Ran mengambil keputusan untuk saat ini : aku harus mengintai mereka dan menjahui Shinichi untuk beberapa saat. Keputusannya sudah bulat walau ia tidak tau apa yang akan terjadi dengan hubungannya dengan Shinichi beberapa saat kedepan.
Bel pulang akhirnya berdentang juga. Pada saat yang sama, langit mengeluarkan air mata rintik-rintik. Orang yang mempunyai payung pasti bisa melewati hujan itu dengan aman. Tapi, tidak dengan Ran. Walaupun Ran punya 2 payung dilokernya, ia tidak segera pulang. Ia lebih memilih sedikit telat pulang ke rumah.
Alasannya hanya satu, yaitu ingin mengetahui seberapa dekat Shinichi dan Shiho. Dari apa yang dilihat Ran sejak tadi, ia bisa menyimpulkan kalau Shinichi sangat dekat dengan Shiho. Buktinya saja mereka selalu bergurau satu sama lain, berselisih kecil, saling adu mulut ; hal yang tidak pernah ia lakukan dengan Shinichi sebelumnya.
Hubungan Ran dengan Shinichi dulu datar. Tidak ada berselisih atau seperti yang dilakukan Shinichi dan Shiho. Ya walaupun ada, pasti nanti ada salah satu yang mengalah. Entah itu Ran atau Shinichi. Shinichi pun sampai saat ini belum pernah memberitahu perasaannya 'secara resmi' kepada Ran. Tapi dari dulu Ran yakin kalau mereka saling menyukai.
"Hei, kau tidak mau pulang?" ucap Shinichi ke Shiho. Ran memasang telinganya agar bisa mendengar percakapan Shinichi.
"Aku menunggu disini sampai hujan reda. Kalau kau mau pulang, pulang aja sendiri-" ucap Shiho. Tapi Shiho merasa kalimat yang diucapkannya kurang tepat. "-bersama pacarmu itu"
"Oi, oi, aku kan mengajak kau! Oh ya, tapi aku tidak melihatnya sejak pulang tadi. Apa dia sudah pulang?"
"Dia belum pulang. Dia pasti masih menunggumu untuk pulang bersama Shinichi" ucap Shiho dengan nada sedikit menggoda. "Ia menunggumu dibalik tembok di belakangmu dengan wajah yang was-was. Aku rasa ia cemburu padaku" kini Shiho memelankan suaranya.
"Aku juga dari tadi merasakan ada sesuatu yang aneh dari Ran dan aku rencananya ingin berbicara dengannya nanti."
Shiho hanya diam saja. 'Dasar tidak peka.' Ucap Shiho dalam hati. Shinichi mengeluarkan payungnya dengan ragu-ragu. Lalu ia memberikan payungnya kepada Shiho.
"Kau pulanglah dulu, aku masih ada urusan." Ucap Shinichi lalu pergi dari hadapan Shiho. Shiho mengambil payung itu sambil tersenyum kecut 'ternyata kau tidak ahli dalam urusan cinta dan perasaan ya, detektif'
Anyone who had a heart
Would take me in his arms and love me, too
You couldn't really have a heart and hurt me,
Like you hurt me and be so untrue
What am I to do
Mengetahui Shinichi yang tiba-tiba menghilang dari pandangan Ran membuat ia harus mencari dimana Shinichi sekarang. Ran mendesah berat berusaha untuk meringankan masalahnya. Ia tau kalau seperti itu hanya akan membuat masalah terasa lebih berat.
"Hei Ran. Sedang apa kau disini?" laki-laki yang membuat hidup nyaman Ran terganggu menyapanya dengan wajah tanpa dosa sepertu bayi yang baru lahir.
"A..aku menunggu hujan reda sedikit. Kau sendiri?" balas Ran sedikit gugup. Mungkin karna jarak mereka cukup dekat.
"Kita pulang bareng yuk! Sudah lama kita tidak pulang bareng." Laki-laki itu dengan wajah polos mengajak Ran untuk pulang bareng. Detektif dari timur ini benar-benar tidak peka
"Ajak Sonoko juga ya. Sepertinya banyak hal yang akan dia ceritakan padamu, Shinichi." Ran sangat malas untuk pulang bersama Shinichi hari ini, tapi ia tidak berani untuk berkata 'tidak'
"Tidak usah, aku hanya ingin pulang bersamamu sekarang. Oh ya, kau bawa payung tidak? Aku lupa bawa karna tidak menyangka hujan akan datang saat aku baru kembali." Ucap Shinichi sambil menarik tangan Ran keluar. Seketika pipi Ran sedikit memerah, tapi gadis berambut hitam ini berhasil menutupinya dengan baik. Ran lalu memberikan salah satu payungnya kepada Shinichi yang menggandeng tangannya.
-xOx-
Dua buah cangkir yang berisi kopi berada didepan mereka. Tapi, suasana mereka sangat hening. Paling suara televisi atau obrolan orang lain. Tidak ada salah satu dari mereka yang akan membuka suara masung-masing.
"Jadi.." ucap Ran terhenti karena meletakkan cangkir kopi yang dipesannya. "kenapa kau membawaku kesini?"
"Aku tau kalau kau marah padaku. Tapi, aku rasa aku tidak punya salah padamu. Bisakah kau bilang apa yang sudah membuat kau mengelakku seharian ini? Aku tau waktu kau mengatakan telepon yang masuk itu adalah bohong. Apa ini berkaitan dengan Shiho?"
Tidak ada kata yang keluar dari bibir Ran. Gadis di hadapan Shinichi ini melesap kopi hangatnya sedikit. Shinichi terlihat sangat menanti satu kalimat ataupun satu katanya.
"Aku tau kalau ini tentang Shiho. Tapi memang benar, untuk sementara diantara kami tidak ada hubungan apa-apa, hanya sebatas teman" ucapan Shinichi terhenti karna dia kembali meneguk kopinya. "Tapi aku tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya."
Ran masih terdiam. Ia tidak tau apa yang harus dilontarkannya. Tenang seperti gunung.
"Apa kau cemburu padanya, Ran?"
"Tidak!"
"Tapi wajahmu mengatakan iya. Hahaha" Ucap Shinichi sambil memperhatikan wajah Ran yang memang memerah tipis di pipinya.
Setidaknya kecurigaan aku pada gadis itu berkurang. Tapi apa maksud Shinichi dengan kata 'untuk sementara' dan 'yang akan terjadi selanjutnya'?
"Oh ya, selama ini kau kemana saja? Shinichi, kau sudah tidak datang hampir satu tahun. Apa kemampuanmu menurun?"
"Oi, oi. Tidak mungkin kemampuanku menurun. Memang kasusku kali ini sangat sulit"
Aku senang kau kembali seperti sebelumnya, Shinichi…
"Tapi ngomong-ngomong, kenapa dia sangat mirip dengan Ai ya? Apa mereka kembar?" ujar Ran dengan nada penuh tanda tanya.
"Kau ini mengelantur ya?" Shinichi memasang wajah membosankan.
"Tidak." kini giliran Ran yang memasang wajah itu. Setidaknya pada saat itu, hati Ran yang tadi kering setidaknya mulai sedikit basah dengan mendengar suara lelaki itu berbicara padanya.
-xOx-
Malam sudah semakin larut, sudah saatnya bagi seorang wanita untuk tidur. Tapi mata Ran tidak mau tidur juga. Kata-kata Shinichi tadi membuat otaknya sedikit terganggu. Dia kembali mencoba untuk mencerna kata-kata dari Shinichi
'Tapi memang benar, untuk sementara diantara kami tidak ada hubungan apa-apa, hanya sebatas teman. Tapi aku tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya.'
Banyak misteri dalam 2 kalimat itu. Apa maksud Shinichi dengan itu semua? Apakah itu berarti bisa saja mereka berpacaran? Memang, perkataan Shinichi itu benar, sangat benar. Tidak ada orang yang tau kedepannya. Bisa saja jodoh Ran tidak dengan Shinichi, tapi dengan Kaito Kid, si pencuri atau Heiji, si bocak Osaka atau pria lain diluar sana. Who knows?
Ran mendesah pelan . Ia kemudian menatap langit yang hari itu tidak ada bintang yang berkelip seperti biasanya, yang ada hanyalah sang dewi malam. Ran mencurahkan segala hal yang menganggunya kepada bulan. Bulan hanya diam saja-bulan memang tidak bisa bicara. Pancaran sinarnya seperti memancarkan kesenduan.
Tiba-tiba saja perasaan Ran tidak enak. Ia menoleh ke arah pintunya yang tertutup rapat. Tidak ada siapa-siapa. Lalu pandangannya teralih kearah jam dinding yang tepat berada diatas pintu kamarnya. Ah, masih pukul 22.12. Belum terlalu larut bagi seorang gadis untuk keluar sebentar.
Langkah Ran terhenti di depan rumah Shinichi. Ia sedikit ragu untuk menekan bel rumah Shinichi. Tapi akhirnya ia beranikan juga. Meskipun Ran sudah menekan bel rumah bergaya eropa itu, tapi tidak ada seorang pun yang keluar.
Ran yakin, penghuni rumah itu sedang tidak berada didalam rumah. Ia malah membayangkan Shinichi jalan-jalan tangan dengan Shiho sambil menggandeng tangan gadis berambut coklat itu dan Shinichi dengan senyum sumingrah. Ran menggelengkan kepalanya cepat.
"Tidak, tidak, tidak! Tidak mungkin mereka seperti itu!" ucap Ran meyakinkan dirinya
Instingnya sebagai teman sepermainan Shinichi mulai beraksi. Ia merasakan Shinichi mendekat dari salah satu arah. Ran bersembunyi dibalik tembok terdekat. Ternyata benar, itu Shinichi dengan disebelahnya…Shiho? Mereka sepertinya baru pulang dari salah satu pusat perbelanjaan di Tokyo. Dugaan dia sepertinya tepat, tapi bedanya mereka tidak bergandengan tangan.
Setiap gerak-gerik mereka Ran rekam secara rinci. Matanya memandang tak percaya. Ia lalu menoleh ke arah kantung belanjaan Shiho. Kantung belanjaan yang dibeli Shiho adalah kantung belanjaan dari toko Fusae dan itu sepertinya asli. Lagi-lagi sesuatu hal yang sangat jarang dilakukan Shinichi padanya.
Ran kembali memfokuskan pandangannya pada , gerak gerik mereka cukup mencurigakan bagi Ran. Ia rasanya ingin segera menghancurkan gadis berambut coklat dengan tendangan karatenya. Tapi, ia berusaha berpikir dengan kepala dingin dan berpikir positif.
Mungkin saja itu hadiah dari teman Shiho, tapi Shiho takut untuk menggambilnya sendiri pada malam-malam seperti ini.
Ran berkali-kali mengucapkan kata-kata itu diotaknya. Otaknya terasa sangat capek mengingat kejadian sejak tadi pagi hingga sekarang yang cukup menguras perhatiannya. Gara-gara itu saja membuat Ran tidak focus untuk mengikuti pelajaran, bahkan ia sempat ditegur sekali karna tidak memperhatikan. Dia memang sangat kacau.
Pikiran Ran sudah mulai tidak jernih lagi. Sedang menimbang-nimbang untuk kesana dan akhirnya ia memutuskan untuk tetap di sini sambil mengawasi gerak-gerik Shinichi dan Shiho. Ia beberapa kali juga mengelus pelan dadanya.
Shinichi dan Shiho tidak mengetahui kalau Ran mengawasi mereka. Shinichi mendekatkan badannya beberapa langkah kearah Shiho lalu mengecup pelan pipi wanita itu. Selanjutnya ia menyingkirkan rambut-rambut yang menutupi indah Shiho. Tentu saja Ran sangat kaget dengan apa yang dilakukan Shinichi begitu pula Shiho. Karna, lelaki itu, Shinichi jarang melalukannya pada seorang wanita.
Ran segera berlari meninggalkan tempat terkutuk itu. Ia ingin segera sampai kerumah dan tidur. Langkah-langkah lebarnya terasa begitu bergetar. Kemudian ia merasakan air yang hangat menetes pelan mengaliri pipi putihnya. Ran menghapus air matanya dengan kasar sambil tetap berlari menuju rumahnya. Gadis berambut panjang ini begitu menyesal telah pergi kerumah terkutuk itu.
Kau memang bodoh, Ran…
Every time you go away, I always say
This time it's goodbye , dear
Loving you the way I do
I take you back, without you I'd die dear
Knowing I love you so
Gimana? gajekah? ini dapat inspirasi dari slah satu senpai yang menyimpulkan kalau ran itu gimanaaaa gitu *curcol* makasi yang udah baca dan yang mau review ^^
