Warning: Gempa x Yaya, rating T, genrenya romance gagal(?), baca ajadeh
Boboiboy charas are Animonsta's
Happy reading!
.
.
.
1
Boboiboy Gempa namanya. Pertama sekali aku melihatnya saat kelas 1. Ia terlihat sangat lucu dengan seragam berlogo SMP Pulau Rintis tersebut. Ia adalah anak yang supel, baik, juga pintar. Dia juga masuk kedalam OSIS dan Paskibraka. Badannya tidak atletis, malah cenderung gembil, namun aku suka. Dia masuk di kelas 7-1 sedangkan aku berada di kelas 7-2. Saat awal awal aku menyukainya, rasanya aku kesal pada bagian kesiswaan karena menempatkan kami di kelas yang berbeda.
Menyukainya?
Ya, aku menyukainya.
Dan gara gara itu, setiap jam istirahat aku berusaha agar dapat melihatnya, walau dari jauh. Terkadang temanku kesal karena saat aku mengajaknya untuk pergi ke kantin, hasilnya malah mengitari seluruh sekolah untuk dapat bertatap muka dengannya.
"Hey Yaya, niatnya tadi kan kita mau ke kantin, kok malah muter muter." Aku hanya menepuk dahiku. Lalu dengan berat hati aku menariknya ke kantin. Namun saat masuk ke dalam kantin, semuanya terasa lain. Hanya bagiku saja sih. Karena...
Karena dia ada di sana.
Aku nyaris menjerit tertahan, untung saja aku dapat menahan diri. Akupun berdiri bersisian dengannya untuk membeli jajanan, dan kuatur degup jantungku sebaik mungkin. Kan, malu kalau sampai aku ketahuan degdegan, soalnya dia tidak mengenalku sama sekali. Mungkin kalau dipikir pikir kembali, aku ini pengagum rahasianya, dan itu memang benar. Fakta yang menyakitkan memang.
1 tahun aku jalani kehidupan sekolahku seperti itu, menjadi pengagum rahasia. Cukuplah seperti itu, walau sebenarnya aku juga berharap lebih. Sebenarnya aku ingin curhat pada teman temanku tentang ini, tapi aku takut jika mereka membocorkannya pada Gempa.
Akhirnya kamipun menerima rapor tahunan untuk pertama kalinya. Aku sangat senang mendapat nilai yang sangat memuaskan.
"Selamat ya Yaya!"
"Cieee, Yaya si 5 besar..."
"Kalau kelas 2 sekelas lagi, aku bisa minta contekan matematika nih. Hahaha!"
"Wah, kayaknya ada traktiran nih!"
Aku hanya tersenyum malu menanggapi ledekan teman temanku.
"Hehe, makasih... traktiran sama contekannya nggak janji yah! Kan belum juara satu, minta sama Stanley saja sana. Hahahahah," oh ya, bagaimana dengan Gempa? Dia peringkat berapa? Setahuku sih, dia pintar. "Eh, 3 besar di kelas 7-1 siapa saja sih?"
"Juara satunya sih Hanna, kedua Fang, ketiga Gempa..." Gempa peringkat 3? Wah! Rasanya aku ingin mengucapkan selamat untuknya, tapi dia tidak kenal padaku. Lalu beberapa saat kemudian Ayahku yang baru selesai mendengar keterangan dari wali kelasku, mengajakku pulang. Aku memandang wajah Gempa yang terlihat senang bersama teman temannya sekali lagi. Selama libur panjang nanti, aku tak dapat melihat wajah itu secara langsung. Paling hanya melihat foto profilnya di sosial media sambil rindu rindu tidak jelas. Bahkan, aku tak berani menekan tombol 'follow' di akunnya. Pengecut memang.
2 minggu kemudian, libur telah berlalu dan sekarang aku resmi menjadi siswi kelas 8. Aku sangat senang menghabiskan liburan dengan keluargaku, namun tak dapat kupungkiri aku juga merindukan sekolah.
Tepatnya, dengan dirinya.
Dimana dia? Mungkin ia sedang mencari kelas, karena kelas kami ditukar kembali, namun akan permanen sampai tamat. Aku sangat berharap bisa sekelas dengannya. Aku terus menyusuri kelas demi kelas. 8-8, tidak ada. 8-7, tidak ada. 8-6, tidak ada. 8-5, tidak ada. 8-4, tidak ada. 8-3...
6. BOBOIBOY GEMPA
DEG. Dia di kelas 8-3. Aku segera mencari namaku di deretan huruf Y.
Namaku tidak ada.
Kami tidak sekelas.
Rasanya sangat sedih. Aku kembali menyalahkan kesiswaan, mengapa dari sekian banyak anak harus aku yang dipisahkan dari Gempa? Mengapa tidak... dia ini, Rara, atau Suzy, atau Nurul. Mengapa harus nama Yaya?! Aku menunjuk nunjuk nama 'Nurul Izza' di kertas dengan kesal.
"Hey, mengapa kau menunjuk namaku?"
Aku menoleh ke belakang dan melihat seorang gadis yang wajahnya sangat cantik dan bersih, sedang menatapku kesal. Ternyata dia yang bernama Nurul Izza. Aku hanya tersenyum malu dan segera menjauhi kelas 8-3. Setelah agak jauh, aku menoleh ke belakang dan melihat Nurul masuk kedalam kelasnya. Setelah kulihat lihat, dia memang cantik sekali. Aku jadi iri.
Eh, benar juga. Gadis idaman Boboiboy Gempa yang bagaimana ya? Pasti gadis cantik, tinggi, dan putih seperti Nurul tadi. Atau jangan jangan Gempa menyukai Nurul selama ini? Mungkin saja. Kalau dia tiba tiba jadian dengan Nurul, atau gadis cantik lainnya bagaimana? Aku tiba tiba cemburu memikirkannya.
Kuraih ponselku dan berkaca di layarnya. Aku, bukan gadis cantik putih tinggi semampai seperti Nurul. Pipiku cenderung chubby, dan aku tidak terlalu putih. Wajahku juga sangat melayu. Uh, apa mungkin seorang Gempa bisa menyukai orang sepertiku ini?
Ah, lupakan. Aku belum menemukan kelasku. Aku segera menuju kelas 8-2 dan mencari namaku. Dan tidak ada. Uh, apa artinya aku siswa kelas 8-1?
Wow, katanya kelas 8-1 dan 9-1 adalah kelas yang paling unggul. Sebenarnya kelas 8-1, 8-2, dan 8-3, namun orang orang lebih membicarakan kelas 8-1. Aku sedikit merasa bangga kalau aku memang benar masuk kelas 8-1. Kalau tidak? Berarti aku silap membaca di kelas kelas sebelumnya. Aku berharap namaku tidak ada di kelas 8-1 lalu tiba tiba muncul di 8-3.
Ah, khayalan.
Aku berjalan menuju kelas 8-1 dan melihat daftar nama disana.
27. Yaya Yah
Aku benar benar masuk kelas 8-1 rupanya. Senang, karena katanya ini kelas terbaik. Sedih, karena tidak sekelas dengan Gempa.
Aku mencari deretan kursi paling depan, namun kelihatannya sudah habis. Akupun beralih ke kursi paling ujung kiri di barisan kedua dan meletakkan tasku di sana. Didepanku ada seorang gadis lucu berkacamata yang sedang bermain ponsel. Aku rasa, lebih baik aku menyapanya.
"Hai, selamat pagi." Wajahnya menoleh ke samping, menyadari keberadaanku. Ia menyimpan ponselnya di laci dan menghadap ke arahku.
"Hai juga."
Tampaknya ia adalah gadis yang pemalu, namun enak diajak berbicara. "Namamu siapa? Aku Yaya. Yaya Yah."
"Namaku Ying. Salam kenal ya." Ia menjulurkan tangan kanannya kearahku dan aku menjabat tangannya.
"Hai, Ying! Kamu dari kelas berapa?"
"7-3. Kamu?"
"7-2"
"Wah, kelas kita dulu bersebelahan ya!"
Aku dan Ying pun saling bertanya tentang diri masing masing dan mulai akrab. Setelah cukup saling bertanya, kami pun membicarakan tentang apa saja, mulai dari musik sampai jenis jenis makanan. Kelas mulai penuh, namun kami tidak berhenti mengobrol. Sampai akhirnya ada seseorang yang memasuki kelas dan aku merasakan sesuatu. Aku menoleh ke arah pintu.
Boboiboy Gempa masuk ke kelasku.
Aku mengekori kemana dia berjalan dan dia berjalan menuju satu satunya kursi yang masih kosong, di pojok kiri paling belakang lalu meletakkan tasnya disana. Loh... bukannya dia di kelas 8-3?
"Oh, hai Gempa! Ternyata kau pindah ke kelas ini, ku kira kau mau pindah kemana." Aku menguping percakapan seseorang dengan Gempa yang kini berada di belakangku. Aku gugup, namun aku berusaha menghilangkannya dan kembali beralih pada Ying.
"Eh, Ying, memangnya boleh pindah kelas, ya?"
Ying mengernyitkan dahi. "Loh, kamu nggak tau? Kan memang boleh. Yang mau pindah kelas datangi saja ruang kesiswaan sampai jam 9, dengan membawa seseorang di kelas tujuan yang juga bersedia pindah ke kelasmu yang sekarang. Tukar siswa gitu. Memangnya kamu mau pindah kelas ya?"
Aku menggeleng, lalu termenung. Hatiku serasa mau meledak. Perutku serasa diterbangi jutaan kupu kupu. Jantung ini, berdegup begitu kencang.
Boboiboy Gempa masuk kelasku.
.
.
.
TBC
A/N: Sebenarnya, aku buat FF ini dengan keadaan antara sadar dan tidak(?) maksudku, aku nggak terlalu niat buat FF ini, dimana aku seharusnya melanjutkan FF Eager yang masih seperempat jadi, tapi nggak mood. Ah tapi yaudahlah. Sesukaku saja(?) *dikeroyok*
Iyei, utang FF aku nambah lagi! Nggak apalah(?) wkwkwk. Dan aku sekarang bingung mau lanjut yang mana dulu. Coba kalian sarankan aku harus lanjut yang mana:
Home Vibe
Love, Life, Light
Eager
I
FF ini
Atau, re-continue Remember?
Banyak amat, sampai 5:") yasudahlah. Selama kalian antusias menyambut ceritaku, aku tetap semangat nulis kok. Jadi, review ya. Dan terimakasih yang sudah mau membaca! ^^
