HOLA!
Akhirnya saya bisa juga menulis project fanfic ini (TT_TT) *terharu* Setelah mati-matian melawan Titan UN setinggi kertas A4 dengan alat manuver 2B faberkastel /Udeh
Ini adalah fic fandom kurobas pertama saya. NYAHA HA HA! Awalnya ane mau buat Harem!Kuroko bergenre Yaoi. Tapi, gara2 banyak kejadian homosexsual diberita atas kasus di berbagai daerah di indonesia membuat moodku menjadi hilang. Saya juga turut prihatin dan tak mau menistai para uke dulu untuk diicipi oleh para seme (Kagi : APA HUBUNGANNYA PE'A)
Jadi, *ehem* Kali ini ane mau fakum dulu dari yaoi-yaoian. Ntar lanjutin Habis puasa *Senyum nistah* JADI JADI JADI, VERSI GENDERBENDERNYA KUROKO DULU YAH YAH YAH MUACH! (Ok! Reader ku tercintah boleh muntah *dilempar sendal sama kagi*)
Saya gak mau basa-basi lagi! Langsung saja ya dari pada kalian enek denger pembukaanku yang super alayh ini! *digevlak*
Ok! Douzo, READER-TACHI NE!
ooOooOooOoo
-MY LITTLE SISTER IS KUROKO TETSUNA-CHAN!-
Disclaimer : Kuroko No Basuke © Fujimaki Tadoshi
Story : Evamaru
Genre : Humour, Romance
Rated : T – M(?)
WARNING! : OOC, Alur maju mundur(?), Tanpa EYEDE, Bahasa campur-campur, Character dari anime lain yang numpang lewat jadi figuran (GEPLAK!) Dll. INGAT! Karakter disini bukan punya saya (udeh tau) Sebenernya sih saya pengen memiliki semua karekter ini tapi takut dipeggal kepalanya oleh Tuan Tadoshi *Plak*
ooOooOoo
.
Prologue : She is Kuroko Tetsuna
.
.
ooOoo
"Ini untuk ku?" ia mengagguk perlahan. Ku perhatikan gelang rangkai batu2 kecil berwarna hitam dan biru yang mengkilap. Gelang ini sama dengan gelang yang berada di tangannya. Memang kebesaran.
"Terima kasih ya! Aku senang berkunjung di desamu. Semoga kita dapat bersahabat dan bertemu kembali." Pria kecil bersurai baby blue itu tersenyum kecil dan kami berduapun mengaitkan kelingking.
ooOoo
Pipip…pipip…pip…pip
Kedua kelopak mataku terbuka perlahan. Sementara tanganku sibuk mencari-cari tombol jam digitalku. Heterochome milikku menangkap samar-samar keadaan di rungan ini.
"Kh! Masih jam 5 pagi!" ingin sekali rasanya menarik selimut kembali karena masuk sekolah itu jam 8 pagi.
Namun, semua ketenanganku itu terganggu ketika ku dengar suara ketukan dari pintu.
Tok…tok…tok…
JLEBBB!
KAMPRET SANGAT!
Gunting itu dengan indah menancap di pintu dimana orang itu mengetuknya.
"PERGI! Aku akan bangun sejam lagi!" aku melemparkan salah satu gunting yang memang sudah disediakan di meja samping kasurku. Problem?
"Tapi tuan muda, ayah dan ibu baru saja pulang. Ia ingin bertemu dengan anda karena ada sesuatu hal yang ingin dibicarakan dengan anda."
JLEBB!
"Tentang apa sih?" Aku melemparkan gunting lagi. Setengah mataku hampir tertutup.
"Saudara angkat anda tuan."
Mataku kembali terbuka. Kali ini mungkin lebih lebar. Adik angkat? Sepertinya aku tak pernah mendengar kata-kata adik angakat kecuali judul-judul sinetron yang pernah ibu tonton. Ya, Adik Angkat Naik Haji, Diam Diam Suka Adik angkat, dan Ganteng-Ganteng Adik Angkat. Ok, itu ngawur. Sebenarnya aku juga gak mau ngikutin skrip aneh ini dan ingin sekali melemparkan gunting kepada sang author berharap menancap di kepalanya *Ngelirik author di back stage* (Author : NGGGAK! DAN JANGAN LU BONGKAR PE- HIYYY! OKEOKE! JANGAN LEMPAR TUH GUNTING KEARAH GUA QAQ!)
JLEBB! Aku kembali melempar gunting ketiga "Maksudmu?"
"Nyonya, ibu an-"
"Sudah tau dia ibuku!"
"Maaf. Nyonya dan Tuan mengadopsi seseo-"
"Yaiyalah! Masa kucing!"
"Maafkan hamba. Mereka membawa gadis mungkin seusia anda untuk dijadikan anak."
JLEBB! Gunting ke-empat ku lemparkan lagi. (Gile nih bocah! Gunting lu berapa sei? -_-)
"Aku tak peduli!"
"Tapi Tuan muda, kalau anda tak turun kebawah sekarang, Ayah anda akan marah dan membakar habis seluruh koleksi gunting anda. Perintah ini Absolute revo!"
Aku menggerang dan menarik diri dari kasurku. Plis deh! rempong banget sih nyokap bokap gua! segala mau adopsi anak pake bangunin gua lagi! bobok manis ku kan jadi terganggu! (Seijuro : *Lempar gunting ke author* EH, PE'A! Kenapa gua jadi OOC gini? | Author : *ngindar* a-ampun! )
Merasa belum puas, akupun melemparkan gunting terakhirku. JLEEBB! "IYA-IYA!"Ujarku sedikit berteriak.
Setelah mendengar suara kaki yang mulai menjauh, segeraku gerakan badanku menuju kamar mandi ya tentu saja untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Lihat! Kupandang cermin yang memantulkan diriku. Asoy! Gua kok ganteng banget ya? Pantes para cewek-cewek terlena dengan pesona ku. Tak hanya wajah, tubuhku yang six pack ini mungkin jadi daya tarikku juga! Ok, gua ke-PEDE-an.
Ku basuh muka ku dengan air yang mengucur dari keran. Rasanya segar dan mulai menghilangkan iblis kantuk yang bertengger pada bahu ku. Sambil menggosok gigi, aku menyisir rambutku sampai benar-benar rapi. Aku baru merasa kalo jidatku memang agak jenong. Salahku juga sih! Waktu potong poni hanya sekedar menggunakan perasaan dan benda keberuntungan gunting milik shintaro. Harusnya waktu itu aku tak terburu-buru dan memotong rambut di tukang cukur elit langganan ku.
Aku menyengir dan menunjukan deretan gigiku yang rapi dan bersih seraya meletakan kembali sikat gigiku. Setelah merasa nyawaku telah terkumpul sepenuhnya, hanya dengan menggunakan kaos oblong putih dan celana pendek longgar yang kugenakan waktu tidur tadi, aku pun berjalan menuju lantai dasar dimana kedua orang tua ku menunggu ku.
ooOoo
"Ah! Seijuurou, sini nak!" Ayah menyuruhku untuk mendekat kearahnya dan aku hanya menurut.
"Ara, ara! Sei, kenapa kau hanya menggunakan kaos oblong dan celana longgar saja? Kau tak malu berhadapan dengan kedua orang tuamu dengan penampilan seperti itu? Dasar!" kritik inu. Ia menyibakan rambut panjangnya yang teruai.
Dengan malas, aku hanya memutarkan kedua bola mataku dan duduk di sofa yang berada di samping ayah.
"Jadi?"
"Begini nak, ibumu mau mengadopsi seorang anak. Ia seumuran denganmu. Sebenarnya ayah juga kaget karena tiba-tiba ibumu meminta paksa untuk mengadopsi anak itu. Ntah kenapa yang jelas ayah takut pada ibumu. Kalau ayah menolak, ibumu akan memotong habis kejantanan ayah dengan pisau dapur dapur miliknya." Ayah sedikit gemetar lalu melirik ke arah ibu yang tersenyum penuh kemenangan.
"Itu masalah ayah. Bukan masalah ku! Lagi pula apa hubungannya dengan ku? Kalau mau adopsi ya adopsi saja!"
"Kau tidak keberatan Sei?" tanya ibu.
"Sebelum itu, dimana sosok anak yang mau kalian adopsi? Masih di panti asuhan?"
Ayah dan ibu saling berpandangan dan mengerjapkan kedua bola mata. Ok, terjadi awkward moment sesaat sampai ibu membuka kedua belah bibirnya.
"Kau tidak sadar sama sekali? Kata-katamu juga kenapa kasar sekali sih? Sudah jelas orangnya ada disampingmu! Ibu kira kau sudah menyadarinya makanya ibu diam saja."
Eh? Disamping ku?
"E-eto, go-gomen ne!"
Terdengar suara gadis tepat disampingku dan membuatku refleks untuk menengok kearahnya.
"Ah! Maa-?!"
Mataku membulat seketika. Ku perhatikan gadis itu secara seksama. Rambut bersurai baby blue sebahu, dengan kulit putih yang agak pucat. Bola matanya bulat bewarna biru langit. Tubuhnya langsing, dan ia terus menunduk kebawah.
Baru pertama kali bertemu reaksiku sudah begini. Tanpa sadar ternyata mulutku ternganga sampai sebuah pisau melesat tepat di depan wajahku.
"Sudah selesai terpukaunya?jangan sampai kau berpikiran kotor ya! Dia gadis yang sangat polos dan juga calon adik mu."senyum ibu.
Aku tersadar dan menggelengkan kepalaku dan mencoba menyadarkan diri. Kenapa dari tadi aku tak menyadarinya? Keberadaannya tipis sekali!
"Di-dia siapa? Datang dari mana?"
"Perkenalkan, dia Kuroko Tetsuna. Dia dari desa yang berada di fukushima. Mulai sekarang ia kan menjadi adikumu."
"Kenapa ibu tiba-tiba ingin mengadoopsinya?"
Ibu menyeruput tehnya dan menarik nafas perlahan.
"Saat ibu dan ayah menginap di penginapan di desa untuk masalah bisnis perkebunan, ibu menemukan gadis yang imut ini. Ia bekerja di penginapan tersebut. Entah kenapa ibu jadi tertarik kepadanya dan ingin menjadikannya seorang anak. Habis ibu ingin punya anak perempuan sih! Tapi malah lahirnya kamu."
JLLEEBB! Terasa gunting yang telah ku lemparkan dan menancap pada pintu kamarku tersebut kembali lagi kearahku dan menusuk hatiku. Aku anak yang nggak diharapkan ya?
"Bercanda! Sei! Ibu memang menginginkan anak laki-laki kok! Tapi, kali ini ibu mau anak perempuan. Makanya ibu mau mengadopsi Tetsuna. Dia sudah imut, pandai memasak, sopan santun, rajin, tekun, santun, dan baik pula. Benar-benar kriteria anak yang pantas masuk ke keluarga Akashi!" ucap ibu dengan semangat. Aku hanya menarik nafas.
"Lalu, apakah kedua orang tuanya tidak keberatan?"
"Tetsuna –san sudah tak memiliki kedua orang tua. Orang tuanya meninggal akibat kebakaran rumahnya yang terjadi 2 tahun lalu. Kini, ia hanya tinggal dengan paman dan bibi pemilik penginapan onsen. Awalnya, mereka keberatan jika Tetsuna kami adopsi sebagai anak karena mereka sudah menganggap tetsuna sebagai bagian dari keluarga mereka bersama ke-7 orang anaknya yang cowok semua. Dari sanalah ibu mulai khawatir dengan Tetsuna. Takut ia diapa-apakan dan memohon-mohon sambil menodongkan pisau dapur pada paman dan bibi itu dan berjanji akan mencerahkan masa depan tetsuna. Setelah berpikir matang-matang sampai hampir gosong, mereka pun mengizinkan untuk mengadopsi Tetsuna." Terang ayah seterang kepala Mario Teguh.
"Kenpa aku harus menerima gadis kampung ini sebagai adik-ku?"
Muncul perempatan di kepala ibu.
"PERINTAH INI ABSOLUTE! Bagaimana pun juga kau harus menganggap Tetsuna sebagai adikmu." Senyum ibu dengan licik sambil mengeluarkan pisau dapur.
"Lagipula kau kan sendirian dirumah, hanya bersama Pak Wataru, pelayanmu, Bibi Sakamoto, maid disisni, Pak Takeshi sopirmu, dan Hanamura chef disini. Kau gak merasa kesepian? Dengan adanya Tetsuna ia mungkin bisa mewarnai kediaman keluarga akashi ini. Iya kan Tetsuna-san? Hei, ucapkan sesuatu dong." Ujar ayah.
"I-iya. Sa-salam kenal Akashi Seijurou-kun. Mohon bantuannya." Ucap Tetsuna dengan lembut.
"Ara ara! Tetsuna-chan, kamu tak perlu malu begitu! Sebentar lagi kau kan jadi bagian dari keluarga kami. Santai saja! Tak usah kaku." Ibu kembali menyibakan rambut panjangnya.
"Salam kenal, Tetsuna. Maaf aku kasar padamu." Aku menyondorkan tanganku padanya. Dengan sedikit malu-malu, iapun menjabat tanganku sambil tersenyum kecil.
"Nah, Tetsuna-chan! Mulai hari ini kau resmi menjadi bagian dari keluarga Akashi. Kami akan segera mengubah margamu nanti. Nanti, kau juga akan bersekolah di tempat yang sama dengan Sei di SMA TEIKO. Kami sudah mengurus semuanya dan seragamnya pun sudah disediakan." Ibu bernajak dari duduknya dan berjalan menuju arah Tetsuna seraya memeluknya.
" Sekarang kau istirahat dulu saja. Kamar mu ada di lantai 2 tepat di depan kamar Seijurou. Itu tadinya adalah kamar tamu tapi sekarang itu jadi kamarmu. Biar Bibi Sakamoto yang membantumu nanti. Juga Seijurou, antarkan juga Tetsuna-san kekamarnya agar kalian semakin akrab." Ayah meletakan cangkir kopinya.
"Baik ayah. Tetsuna, kau mau istirahat sekarang? Ayo kuantarkan!" Kataku dan menjulurkan tangan untuk mendampingi Tetsuna.
"U-Un" Ia meraih tangan ku dan berdiri. Ibu tersenyum puas melihat semua hal yang terjadi.
"Baikalah! Sei, tolong jaga Tetsuna ya!"
"Tanpa disuruh pun, aku akan menjaganya bu! Mulai saat ini, ia adalah adik ku yang berharga!" Seringai ku lalu menatap ke arah Tetsuna. Wajahnya seketika memerah dan hanya menundukan kepalanya.
.
.
ooOoo
.
.
"Ayah, sepertinya kita berhasil."
"Yah, kau benar! Sepertinya gadis itu memang cocok ya!"
"Aku tak sabar menunggu hal yang seharusnya terjadi!"
"Itu tak akan lama. Seijurou sepertinya mulai tertarik."
.
.
ooOoo
"Hei! Tetsuna!"
"I-iya?"
"Kau tidak merasa takut tinggal disini? Kau sudah melihat kelakuan aneh dari keluarga ini kan?"
Tetsuna menggeleng. "Tidak. Sebentar lagi kan aku mulai terbiasa karena aku harus mencoba beradaptasi dengan keluarga Akashi agar bisa menjadi bagian dari ini juga."
"Mungkin nanti kau akan kaget! Karena ayah yang selalu membawa-bawa cutter sebagai mainannya dan ibu yang membawa pisau dapur kemana-mana."
"Ja-jangan-jangan Akashi-kun juga membawa gunting kemana-mana untuk berjaga-jaga?"Aku sedikit terkejut.
"Bagaimana kau tau?"
"I-itu, disaku celamu ada gunting."
PLAK! Aku menepuk jidatku. Bodohnya aku buaknnya menaruh gunting terakhir yang tadinya ingin kulemparkan ke pak Wataru yang tadi mengetuk pintu malah ku sakuin.
Kami berdua terus melangkah menuju kamar Tetsuna. Dengan Bibi Sakamoto yang memimpin didepan seraya membawa bawaan Tetsuna.
"Kau tak keberatan saat ibu tiba-tiba ingin menjadikanmu anak dan adik tiriku?"
"A-awalnya aku kaget karena tiba-tiba bibi memintaku untuk menjadi anaknya. Tapi, aku tak bisa menolak. Lagipula, Anda, paman, dan bibi adalah orang baik yang mau menerimaku." Senyum Tetsuna
"Kau cukup menarik." Aku tersenyum. Bukan bukan! Bukan tersenyum mesum! Hanya tersenyum biasa dan bukan senyum licik.
"Nona Tetsuna, disini kamar anda. Mari saya bantu untuk rapi-rapi." Kata bibi Sakamoto.
"Baikalah bibi!"
"Sana kau istarahat dulu! Jam 7 nanti, kita akan sarapan dan berangkat ke sekolah. Akan ku kenalkan kau dengan sekolahku. Tenang-tenang! Aku akan menjagamu kok! Kau tak usah takut." Ucapku lalu mengelus-elus rambut Tetsuna.
"BA-BAIK! Aku a-akan berusaha!" Seru Tetsuna dengan agak semangat.
Khuh! Benar-benar calon adik perempuan yang menarik!
ooOoo
-To Be Continued-
ooOoo
GHUAAHH! AKHIRNYA KELAR! (QAQ) *update tengah malam*
Maaf ya kalau prologue nya pendek! Tapi tenang, Di chapter satu nanti semuanya akan segera dimulai jadi, para Reader-Tachi harap bersabar ya!
Sebenernya aku bingung, kalau Kuroko masuk ke dalam keluarga Akashi, aku memikirkan agar tetsuna juga memiliki senjata. HUE HUE HEHEHE! *Plak*
Karena Akashi udah paten Gunting, Ayah Akashi yang menggunakan Cutter, dan ibu akashi yang kelihatannya emang rada psikopat yang pake pisau dapur, kira-kira tetsuna cocoknya apa ya?
Saya sudah memikirkan agar tetsuna menggunakan penggaris besi saja agar image imutnya tak ternodai. Atau apa? Menggunakan garpu kesannya seperti kembarannya murasaki. Pake paku dikira kugiko-san ntar *Plak* ada yangpunya ide? Atau tak usah pake senjata?
YOSH! SEKIAN DARIKU MINNA!
Spoiler!
"Oni-san! Sei-nii, boleh kan aku memanggilmu begitu?"
"AKASHI! SIAPA DIA?!"
"Tetsuna-chan, kau petanko ya!"
"Benda keberuntungan Sagitarius hari ini adalah rok selutut"
"AARRGGG! HENTIKANN!"
Next : Chapter 1. Red Devil and Blue Angel
ooOoo
Mind To Ripiu? (OwO)
ooOoo
