Pairing : Jaehyun x Doyoung [JaeDo]

Warning : Yaoi, boyslove, typo

.

.

.

Doyoung menatap jarum pendek dari jam yang melingkar manis dipergelangan tangannya, jam yang telah menunjukan waktu sepuluh lewat dua puluh menit. Sudah hampir sejam berlalu sejak dia mengungsikan dirinya dihadapan bangunan yang telah tutup sejak kedatangannya. Doyoung merutuki dirinya yang lupa membawa payung, padahal jelas-jelas dia telah melihat ramalan cuaca malam ini Seoul akan dilanda hujan lebat.

Uap tipis mencuri keluar dari rongga pernafasannya. Menandakan suhu malam itu cukup rendah. Doyoung memandang lurus ke arah jalan yang tengah bermandikan air hujan. Tangan pucatnya bergerak merogoh ke dalam tasnya, dan mengambil headset untuk memutar siaran radio. yang ternyata tengah melantunkan musik yang sedang populer dikalangan anak muda saat ini. Kepalanya terkulai kebawah, dan kedua tangannya memeluk erat tubuhnya sendiri.

"Jaehyun."

.

.

.

"Aku duluan hyung."

Jaehyun melangkahkan kakinya tergesa setelah berpamitan dengan sang manager, menuju audi R8 miliknya, dan melesat membawa supercarnya tersebut keluar dari lokasi pemotretan. Jalanan cukup sepi, mengingat hampir tengah malam ditambah hujan yang belum juga reda, Jaehyun merindukan kasurnya tapi perutnya berteriak minta diisi. Jarang sekali ada restoran yang buka selama 24 jam, selain restoran yang menjual makanan sehat selain restoran fastfood. Selain itu hujan ini seperti menggelitik hatinya untuk bertahan dijalanan, tapi dia tidak tau apa itu.

Pandangan Jaehyun mengedar ke jalanan, tak sedikit orang menggerombol di halte untuk berteduh, terlihat juga orang-orang yang memilih untuk menembus derasnya hujan. Hingga pandangannya berhenti pada seseorang yang tengah bersandar di dinding kedai dengan kepala terkulai kebawah. Dengan tergesa Jaehyun menghampiri dan berhenti tepat disamping orang itu, yang sepertinya tidak menyadari kehadirannya, tidak melirik ataupun mendongak. Mata Jaehyun kemudian bergulir sejenak. Lalu pandangan Jaehyun beralih pada jalanan, tak mampu menatap lebih jauh.

"Hyun-ah."

'Aku disini hyung.'

Jaehyun memejamkan matanya mendengar lontaran itu. Keheningan kemudian datang melanda pada mereka. Jaehyun menunggu lanjutan apa yang akan keluar lagi dari mulut pria disampingnya ini.

.

.

.

"Jaehyun."

Doyoung muak mengingatnya, tapi nama itu seperti tak pernah absen mengitari kepalanya sekali saja dalam sehari. Jung Jaehyun hanyalah secuil tinta hitam dari masa lalunya.

Flashback

Doyoung meringis kecil, mengusap lengan kanannya yang terkena panasnya air kopi. Dia menatap pria tampan dihadapannya sejenak, sebelum berjongkok merapikan serpihan gelas yang pecah. Sedangkan pria itu melongos pergi.

"Sudah kubilang jangan pernah mencoba bersikap manis dihadapan ku, Kim Dongyoung."

Mendengar itu Doyoung menghembuskan nafasnya kasar.

"Wae?" Tanya Doyoung lirih berharap tidak terdengar sedikitpun oleh pria tampan yang kini menghentikan jalannya didepan pintu.

"Itu menggelikan." Jawab pria itu lalu pergi.

.

.

.

Jung Jaehyun meninggalkannya dalam kesendirian yang kesekian kali, pria tampan tersebut merupakan suami sahnya. Sudah terhitung empat bulan sejak mereka menikah. Mereka menikah karena perjodohan. Lebih tepatnya orangtua Jaehyun lah yang memintanya untuk menjadi pasangan seumur hidup Jaehyun. Demi balas budi mereka kepada ibu Doyoung yang telah menyelamatkan Taehyung, adik dari Jaehyun, dari peristiwa tabrakan yang telah direncanakan oleh salah satu musuh perusahaan Jung. Ibu Doyoung tak bisa diselamatkan karena benturan keras dan terseret cukup jauh dengan Taehyung yang masih berumur delapan tahun berada dalam pelukannya.

Sebenarnya Doyoung juga tak mau menerima pernikahan ini. Semasa sekolah dulu mereka adalah musu abadi, mungkin hingga sekarang. Jaehyun yang seorang berandal sekolah dan Doyoung yang merupakan seorang anggota kedisiplinan. Namun perlahan Doyoung menyadari secara perlahan dia menikmati waktunya bersama Jaehyun. Tidak tau sejak kapan perasaan itu muncul. Saat menyadarinya rasa itu telah ada begitu saja. Sedangkan Jaehyun sangat tidak menyukai Doyoung karena selalu ikut campur urusannya menurutnya, ditambah lagi sekarang mereka harus terikat suatu yang dianggap Jaehyun merepotkan. Doyoung tak bisa menolak permintaan orangtua Jaehyun, mengingat selama ini berkat beasiswa dari perusahaan Jung lah dia bisa berkuliah hingga sekarang. Beasiswanya dan Ibunya yang telah tiada.

"Eomma bogoshippoyo."

Doyoung melemparkan dirinya diatas kasur putihnya yang seharusnya dia tempati bersama Jaehyun. Memeluk bantalnya erat dan menenggelamkan kepalanya dibantal tersebut. Meredam sesuatu yang telah dia tahan sejak tadi.

Sesak. Itulah yang dirasakan Doyoung. Kesepian yang menyelimutnya dan sikap Jaehyun akan perhatiannya selama ini membuat Doyoung hampir menyerah. Tapi perasaan untuk bertahan lebih kuat. Doyoung terlalu mencintai Jaehyun.

.

.

.

Pagi telah datang menyambut, Doyoung baru saja selesai membersihkan dirinya dan berpakaian. Kemudian ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.

"Kau sudah sarapan?" Tanya Doyoung saat menemukan Jaehyun duduk diruang tengah dengan laptop dan beberapa dokumen.

"..."

Jaehyun tidak menjawab. Doyoung melanjutkan jalannya ke dapur dan menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Pria manis itu memilih untuk makan terlebih dahulu. Bukan pilihan baik mengajak Jaehyun makan bersamanya. Setelah selesai Doyoung mengantarkan sarapan itu ketempat Jaehyun.

"Sedikitpun aku tidak pernah mencoba bersikap manis kepada mu Jaehyun." Ucap Doyoung setelah meletakan nampan yang berisi sarapan itu diatas meja yang sama dengan laptop Jaehyun. Menatap lembut Jaehyun yang masih berkutat dengan laptopnya. "Tapi aku hanya mencoba menjadi seorang istri yang baik untuk mu Hyun-ah."

Doyoung mengusap setitik air mata diujung matanya. "Jja makanlah. Jaga kesehatan mu." Dan berlalu meninggalkan Jaehyun yang menatapnya datar, untuk segera berangkat ke kampusnya.

.

.

.

Doyoung terpaku dihadapan pintu rumahnya. Menatap dua pasang sepatu yang sudah pasti jenis kelamin pemakainya berbeda. Ragu Doyoung memasuki rumahnya

'Tenanglah Doyoung, ini sudah biasa.' Ucap Doyoung membatin sembari melewati dua manusia yang saling bergumul diatas sofa ruangtamu tersebut.

"Nghhh...ahm Hyun~..ahh."

Pegangan Doyoung pada tasnya mengerat mendengar suara wanita itu memanggil Jaehyun dengan erotis disela erangannya. Bergegas pria manis itu memasuki kamarnya.

Dalam kamar Doyoung menepuk pelan dadanya. Apa yang terjadi hari ini benar-benar menghempaskan Doyoung pada kenyataan bahwa garis yang dia tempati saat ini terlalu berat, dan dia harus berani melangkah keluar dari garis amannya. Dia memang mencintai Jaehyun, tapi dirinya bukanlah jodoh yang diberikan Tuhan untuk Jaehyun.

/Halo?/

"Hyung kenapa rasanya berat sekali?"

"Apa maksud mu? Apanya yang berat?"

"Hyung bisa kau menjemputku?" Doyoung sebisa mungkin untuk berbicara normal.

"Bocah kelinci kau kenapa? Katakan dimana kau sekarang, ku jemput sekarang juga."

"Jaehyun_."

"Ah aku mengerti, jangan kemana-mana."

Panggilan itu berakhir. Doyoung mengusap kasar air matanya lalu bergerak mengemasi barang seperlunya dia bawa ke dalam kopernya. Kakinya melangkah pelan, suara-suara erangan tadi sudah tak terdengar lagi. Doyoung perkirakan mereka baru saja selesai, Doyoung memasang wajah angkuh melewati Jaehyun dan wanita yang menjadi teman mainnya tadi.

"Mau kemana kau." Nada tegas Jaehyun menggetarkan Doyoung yang baru saja melangkah melewati pria itu.

"Jaehyun siapa dia?" Tanya teman bermain Jaehyun.

"Permbantu ku." Doyoung terkesiap mendengarnya. "Ku tanya sekali lagi, mau kemana kau."

Jaehyun beranjak dan berdiri menghadap Doyoung yang tengah menunduk.

"Tentu saja pergi." Doyoug menatap Jaehyun dengan senyum kecut.

"Kkh bukankah kau bilang kau ingin menjadi pembantu yang baik untuk ku." Jaehyun mendengus yang dibalas senyum lembut oleh Doyoung.

"Kalau begitu terima kasih sudah menjadi majikan terbaik untuk saya Jaehyun-ssi." Doyoung membungkuk sebentar lalu berjalan melewati Jaehyun yang terdiam melihat reaksi Doyoung.

"Doyoung." Terlihat seorang pria dengan rambut kecoklatan terbelah dua. Mengundang senyum lebar terpatri diwajah Doyoung.

"Omo Johny Seo." Teman wanita Jaehyun terpekik kecil melihat siapa yang datang. Sedangkan Jaehyun hanya bisa mengerutkan keningnya karena tidak pernah mengenal pria itu sedikitpun.

"Johnny Hyung~."

Doyoung melambai, segera bergegas menuju orang itu. Namun dia terkejut saat merasakan genggaman seseorang menahannya.

"Kau tak akan kemana-mana." Semua orang ditempat itu memandang raut keras dari Jaehyun.

"Kau tak ada hak untuk menahan ku Jaehyun-ssi." Doyoung mencoba melepaskan cengkraman Jaehyun pada tangannya, tanpa melepaskan pandangannya pada Jaehyun.

"Aku memiliki hak, perlu kau ingat Doyoung-ssi."

Doyoung mendengus. "Maksud mu sebagai pembantu dan majikan?."

"Tentu saja tidak, Kita."

Jaehyun tercekat diujung katanya, Doyoung yang melihat itu menghempaskan tangan Jaehyun yang melonggar, dan segera berlari menuju Johnny.

"Sampai nanti Jaehyun-ssi."

Johnny tersenyum tipis, saat Doyoung memeluk erat lengan kanannya. Tanpa melihat kearah belakangnya Johnny melambai pada Jaehyun, lalu menarik koper Doyoung.

"Brengsek!." Umpat Jaehyun hingga terdengar keluar rumah.

Doyoung memandang sendu kearah rumahnya, tapi semua sudah terjadi apapun yang diinginkan Jaehyun dia akan menurutinya.

Flashback Off

Kenyataannya Doyoung masih mencintai pria itu. Fakta yang sangat dibencinya. Bahkan dinginnya malam ini tak dapat membekukan perasaan itu.

Tidak sadar bahwa headsetnya tak lagi bersuara, yang menandakan dia terlalu lama melamun hingga tidak menyadari bahwa hpnya telah dalam keadaan mati. Kalau begini lamat laun dia bisa benar-benar sakit. Untunglah dia sempat mengatakan pada orang rumah kalau dia akan menginap disuatu tempat karena hujan yang mendadak datang.

Mata Doyoung melirik sejenak pada sepatu orang yang berada disampingnya. Memperkirakan bahwa orang disebelahnya memiliki tujuan yang sama dengannya, yaitu berteduh. Ingin rasanya Doyoung menyapa, tapi kepalanya terlalu pusing hanya sekedar untuk diangkat jadilah pria manis itu memilih untuk terus menunduk saja, tanpa menyadari pandangannya yang semakin terhanyut dan bergumam kecil saat gambaran Jaehyun menyapa mimpinya.

"Hyun-ah."

.

.

.

Jaehyun memandang sendu sosok pucat Doyoung yang terbaring lemah diatas kasur rumah sakit. Pria manis itu terkena hipotermia karena berada terlalu lama diudara dingin. Beruntung Jaehyun segera membawa pria itu sebelum terjadi hal yang tidak di inginkan.

"Mianhe Dongie-hyung." Ucap Jaehyun lirih seraya mengecup jari-jari tangan Doyoung yang tidak tersambung jarum infus. Pandangannya menerawang ke masalalu dimana terakhir kalinya dia bertemu Doyoung.

Flashback

Sudah sebulan berlalu sejak perpisahan mereka malam itu, dan Jaehyu masih merasakan keresahan dalam hatinya karena Doyoung yang tak juga kembali ke rumah. Apakah hanya karena itu keresahan menyerang Jaehyun, atau karena pria bernama Jonhny Seo yang baru dia ketahui sebagai seorang teman dekat Doyoung melalui orangnya. Seorang asisten dosen yang selalu menolong Doyoung hingga skripsinya selesai. Jaehyun takut apa yang Doyoung lakukan diluar sana bersama Johnny bisa menjatuhkan nama keluarganya. Namun berapa kalipun Jaehyun berpikir tetap saja rasanya ada yang salah dari pikiran itu. Menginbat pernikahan mereka hanya dihadiri oleh beberapa sanak-saudara tanpa diketahui public. Karena itulah malam ini Jaehyun menunggu Doyoung yang pasti akan pulang kerumah untuk mengambil barangnya setelah acara wisuda hari ini.

"Jaehyun-ssi." Ucap Doyoung saat melihat Jaehyun yang berjengit saat dia memanggil namanya diruang tengah dengan seberkas dokumen diatas meja. "Tenang saja aku hanya sebentar, setelah itu aku akan benar-benar pergi dari hidup mu."

"Baguslah, sebelum itu tanda tanganilah ini." Jaehyun menyerahkan sebuah berkas kehadapan Doyoung. Jaehyun menatap raut Doyoung yang gusar melihat berkas ditangannya.

"Baiklah. Dengan satu syarat." Doyoung menatap Jaehyun menantang.

"Apa?"

"Selama ini kita tidak pernah melakukan hubungan intim sebagai suami istri." Doyoung menarik nafasnya. Muka Jaehyun mengeras mengetahui kelanjutan dari omongan Doyoung. "Sekslah dengan ku."

"Apa seorang Johnny Seo tidak cukup memberikan kenikmatan untukmu? Jalang seperti ibu mu heh." Rahang Doyoung menggeretak mendengar omongan Jaehyun.

"Ibu ku memang bekerja di klub malam Jaehyun-ssi tapi dia tidak pernah menjual dirinya. Camkan itu."

Doyoung menghembuskan nafasnya pelan. Lalu merangkap tubuh Jaehyun diantara tubuhnya. Dan berbisik dengan nada rendah ditelinga Jaehyun.

"Bagaimana dengan mu? Seorang suami yang tidak bisa memberikan kenikmatan surgawi pada istrinya. Wajar saja istrinya memilih berpaling pada lelaki lain bukan."

"Bitch. Akan kuperlihatkan seberapa hebatnya suami mu ini. Jung Dongyoung."

Dan malam panas itu Jaehyun dan Doyoung lalui dengan penuh erangan dan nafsu.

.

.

.

Jaehyun memandang Doyoung, nafasnya terdengar teratur tanpa sedikitpun terganggu dengan cahaya matahari yang mengenai wajahnya. Pikiran Jaehyun mengingat jelas bagaimana kegiatan mereka tadi malam. Kulitnya, bibirnya, erangan Doyoung, Jaehyun masih mengingatnya dengan jelas. Tangannya terulur untuk menyentuh bibir kissable Doyoung. Namun lenguhan dari pria manis itu menyadarkan Jaehyun dari apa yang tengah coba dilakukannya. Jaehyun seketika menarik tanganny dan memejamkan matanya kembali berharap Doyoung tidak tau bahwa pria tampan itu telah terbangun.

"Appo~ ah Jaehyun brengsek, mainnya kasar sekali, aduh pinggang ku." Ingin rasanya Jaehyun tertawa mendengar ringisan Douyoung, tapi tentu saja dia harus menahannya. Membiarkan dirinya terhanyut oleh dinginya udara pagi dan gemerisik Doyoung yang membereskan barangnya.

"Hyun-ah."

Jantung Jaehyun berdebar kencang mendengar nada lembut Doyoung yang berada tepat didepan wajahnya.

"Kau berandal tengil dan aku musuh abadi mu. Dulu kita sering sekali bertengkar, tapi kau harus tau aku menikmati setiap waktu ku bersama mu." Doyoung terkekeh pelan. "Sayangnya, kau masih kesal dengan ku sepertinya. Ekhm, maafkan ku selalu membuat mu kesal. Ok."

Jaehyun merasakannya. Lembutnya bibir Doyoung mencium keningnya, pipinya, dan meresapi bibirnya cukup lama.

"Saranghae Jung Jaehyun."

Kenyataannya selama ini dialah yang buta akan cinta yang Doyoung berikan. Dan saat menyadari itu. Jaehyun hanya dapat menemukan seberkas dokumen yang telah ditandatangani pria manis itu.

Flashback Off

"Saranghaeyo Hyung." Ucap Jaehyun memecah keheningan kamar inap Doyoung sebelum kemudian tertidur menyusul pria manis itu.

.

.

.

TBC

Mencoba mejamurkan ff JaeDo, khususnya buat JaeDo Shippeer, nih pair emang jarang banget ada padahal suka banget pair Fav O~O , Kebanyakan FF NCT itu JaeYong Omg walaupun Taeyong emang manis kalau malu bin ganteng banget anaknya Holkay Suhogong ama Kris turunannya Nenek Jejong #digebukinYunJae, tapi aku lebih suka dia jadi semenya si Yuta atau semein si Doyoung saingan ama Jaehyun.

Salam JaeDo shipper, DoyoungUkeshipper.