"Maaf kalau mengganggu ya,"
Soonyoung meringis sembari melepas sepatunya di pintu depan. Tangannya menggantung satu kantong plastik penuh cemilan yang baru saja dibelinya. Wonwoo, selaku tuan rumah, hanya menggeleng-gelengkan kepala akan kebiasaan sahabat satu fakultasnya ini.
Tiga anjing kesayangan Wonwoo menggonggong seakan menyambut kedatangan Soonyoung. Pemuda dengan rambut hitam ini malah mendadak merinding. Perasaannya tidak enak, tetapi ia berusaha menepisnya.
Andai ingin tahu, Soonyoung itu anak indigo sejak kelas satu sekolah menengah.
Wonwoo tentu tahu akan hal itu, namun ia menganggapnya sebagai angin lalu. Kerap kali Soonyoung bercerita tentang hal mengerikan yang baru saja dialaminya, namun Wonwoo hanya mengangguk sebagai respon. Soonyoung sendiri tidak mempermasalahkannya.
"Ayo, persiapkan filmnya, Won," ujar Soonyoung sembari menyamankan posisi duduknya dan mulai membuka beberapa bungkus snack. Wonwoo membuka laptopnya dan mulai memilih film yang akan di tonton.
Film horror.
Malam itu kota tengah di guyur hujan deras. Orang tua Wonwoo tengah pergi dinas, meninggalkan Wonwoo dan Soonyoung sendirian di rumah. Lampu di luar ruang tidur Wonwoo sudah dimatikan semua, hanya sisa satu atau dua lampu di dapur dan lorong rumah.
Lampu ruang tidur Wonwoo sendiri hanya dinyalakan satu buah, tepat ditengah langit-langit kamar. Namun, cahayanya menghasilkan cahaya redup-redup. Suara bising dari film yang tengah di putar menjadi salah satu suara yang memenuhi ruang tidur selain hujan.
Mendadak terdengar suara seperti ledakan dan saat itu pula seluruh listrik padam. Lampu serta laptop mati dan mengejutkan keduanya.
"Mati listrik ya?" Wonwoo meraih ponselnya dan menyalakannya, cahayanya agak membantu menerangi pandangan Soonyoung. Suasana begitu dingin, Soonyoung jadi merinding. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri dan terlonjak saat gonggongan anjing Wonwoo menghiasi pendengaran.
Pintu kamar Wonwoo tidak tertutup begitu rapat, dengan sedikit dorongan pintu akan terbuka. Oleh karenanya, Wonwoo memanggil anjing-anjingnya untuk masuk. Namun, anjingnya tetap menggonggong tanpa berniat menuruti kata majikannya.
Wonwoo sendiri hanya menghela napas, kemudian melirik Soonyoung yang terlihat linglung. "Boleh aku naik ke kasurmu?" kalau sudah begini pasti ada apa-apa, pikir Wonwoo dan hanya dibalas anggukan.
Soonyoung naik ke atas ranjang dengan salah satu kaki tetap di lantai. Suara petir mengejutkan mereka, dan kaki Soonyoung tanpa sengaja menendang salah botol minum. Botol tersebut menggelinding ke dalam celah-celah ranjang.
"Biarkan saja," Soonyoung hanya menurut, lagipula tingkat ketakutannya sudah mulai meninggi. Ia tidak mau repot-repot menjulurkan tangan ke dalam celah yang begitu gelap. Untuk membunuh waktu Wonwoo memaikan ponselnya dengan mata memicing, sesekali melirik Soonyoung yang memaikan jemarinya.
Padamnya listrik kali ini agak lama, sepertinya di karenakan hujan deras. Begitu kata Wonwoo setelah dapat berita dari salah satu temannya.
Namun, tidak ada angin atau getaran sama sekali kaki Soonyoung yang tinggal di lantai terasa mendapat sebuah sentuhan. Ia melirik ke bawah dan menemukan botol yang menggelinding ke dalam celah ranjang ditemukan kembali, tepat di belakang tumit kakinya.
Wonwoo diam kemudian menatap Soonyoung yang mulai mengeluarkan keringat dingin. Anjingnya terus-terusan menggonggong dari luar. Soonyoung kemudian berujar yang akhirnya di balas kata iya dari bibir Wonwoo.
"Boleh ku naikkan kedua kakiku?"
.
.
note:
haloooooow aku keliatan selo bgt gak sih? haha tadinya ini ff mau aku kirim tadi malam. tapi gara" ngejar makalah sama buat cerpen untuk majalah sekolah aku jadi ngerjain ini pagi hari dan baru dikirim sekarang. let me see your response for this story! thx
ps: ini kejadian nyata yg dialami teman kakakku.
