Fanfiction of Naruto

GHOST - Chapter 01 – "Reincarnate"

Genre: Drama Romance.

Original Story : Dunia Unik (Author)

Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto

WARNING: TYPO(S), OOC, GAJE, AMATIR !

Summary

Kecelakaan mengerikan harus Dialami seorang Gadis berambut Indigo. Sesosok Roh dari masa lalu mengisi tubuh Gadis ini, Hinata, setelah jasadnya dinyatakan meninggal dunia. Tujuannya untuk membalas dendam. Ia tak menyangka dapat bertemu dengan tubuh Reinkarnasi-nya sendiri. Roh Asli Hinata akhirnya bertemu dengan Roh dari masa lalu itu. Sungguh Aneh karena Rupa mereka identik. Roh Hinata asli tak dapat mengisi jasadnya sendiri karena suatu energi dari roh masa lalu ini.

-Selamat membaca-

Uzumaki Naruto, Akhirnya berhasil mendapat gelar Hokage setelah segala usaha dan kerja kerasnya ia jalani. Tak mudah memang, Namun inilah buah kesabaran yang pada akhirnya ia dapatkan.

"Konoha-gokure sudah aman, tentram dan damai. Bahkan seluruh dunia. Apa lagi yang harus kuperbuat untuk Desa ini?" Naruto terus saja menggerutu di kantor kepemimpinan desa itu, memandangi desa dari kaca jendela besar seraya melipat kedua tangannya di dadanya.

"Inilah yang kau inginkan, Naruto. Segala kerja kerasmu inilah Hasilnya." Sahut seorang wanita berambut pink sepanjang punggung.

"Tak ada lagi tim 7, guru Kakashi, Dan sasuke." Naruto langsung menampakkan wajah murung.

"Kau tak perlu lagi mengingat-ingat hal itu. Kakashi-san akan baik-baik saja selama masa pengobatan. Sedangkan Sasuke-kun, Dia pasti akan kembali." Tutur gadis itu.

"Tapi Sakura-chan, Sudah lebih dari setahun Kakashi-san koma, dan sudah lama juga Sasuke memutuskan untukpergi dari desa sejak perang usai."

"Jadi begitu. Bukankah lebih baik kau memikirkan bayi yang kukandung sekarang ini?" wanita berambut pink itu menampakkan wajah kesal.

Naruto berbalik badan, dan menyunggingkan senyum kepada wanita itu.

"Mana mungkin aku tak memikirkanmu dan anak kita..." kemudian setelah Naruto menghampirinya, ia memberikan pelukan hangat, serta kecupan yang sudah menjadi sarapan mereka sehari-hari sebagai pasangan Suami istri.

"Aku mencintaimu, bahkan sebelum kau mengetahuinya."

"Kau yakin akan meninggalkan desa ini, Hinata?" tanya pria bercodet merah yang mencegah seorang gadis berambut indigo yang hendak bersiap pergi.

"Ya. Desa ini sudah aman. Aku berhenti menjadi kunoichi. Aku hanya akan merantau ke beberapa tempat." Sahut gadis itu.

"Ayahmu, Hiashi-sama pasti sangat kecewa." Ujar pria itu.

"Dia sudah lama kecewa padaku."tutur Hinata.

"Baiklah, aku takkan memaksamu. Kembalilah jika kami membutuhkanmu." Kata pria itu antusias.

"Kiba, Hokage yang sekarang akan lebih membantu daripada diriku."

"Kurasa dia hanya akan memikirkan istrinya yang sedang hamil dua bulan itu."

Hinata sedikit murung mendengar pembicaraan ini. "Tapi, dia seorang Hokage yang Hebat."

"Huh, jika bukan karena kau juga, monster itu takkan bisa ditaklukkan."

"Aku hanya memainkan sedikit peran pada saat itu. Dia lebih berjasa."

Untuk beberapa saat, suasana diantara mereka terasa hening. Mereka diam satu sama lain. Tak lama, Akhirnya melangkahkan kakinya keluar dari gerbang utama konoha.

Saatnya era modern. Satu abad sudah terlampaui. Kini banyak perubahan yang terjadi di sana sini. Gedung-gedung menjulang dengan begitu tingginya. Kendaraan berlalu lalang disana sini. Kereta melesat begitu cepatnya di jalurnya. Konoha-gokure telah berubah menjadi Provinsi Konoha, setidaknya begitu yang tertulis pada papan besar di jalan raya yang bertuliskan "Selamat datang di Provinsi Konoha"

"Selamat pagi!" Seru seorang pria berpakaian kemeja kantoran kepada Gadis berambut indigo yang sedang berjalan di trotoar.

"Selamat pagi!" Gadis ini juga membalas seruan itu.

Inilah yang Harus ia lakukan setiap hari. Jika tidak orang di pinggir jalan, orang-orang di kantor "Hyuuga" CORP harus ia balas setiap sapaan "selamat pagi" yang ia terima. Begitu saja sudah membuatnya lelah sebelum mencapai ruangan pribadinya sebagai Direktur.

Tiba-tiba seorang pria mengetuk pintu ruangan itu. Gadis berambut indigo yang beru saja menghela napas di kursi nyamannya itu harus menghadapi seorang yang kini sedang mengetuk pintu ruangannya.

"Masuklah." Sahut Gadis ini.

"ohayou, Hinata-sama!" pria ini memberikan salam hormat pada gadis ini yang merupakan atasannya.

"Ohayou. Ada perlu apa, Yamada-san?"

"ummm, seperti biasa..."

Gadis bernama Hinata ini langsung menampakkan wajah stress seketika setelah ditunjukkan tumpukkan dokumen yang harus ia tangani. Tumpukan itu kira-kira seberat 8kilogram, setinggi 50cm. Bayangkan ada berapa lembar dokumen dalam tumpukan itu.

"hhh, sampai kapan aku mengerjakan pekerjaan membosankan ini." Gerutu Hinata mengusap keningnya sembari menangani satu per satu dukumen yang diberikan padanya tadi. Tak sadar, waktu sudah menunjukkan pukul 09.05 di jam dinding yang berada di ruangan itu.

"Cklek, griiiiiit..." tiba-tiba seseorang membuka pintu ruangannya tanpa mengetuk terlebih dulu. Sontak saja urat Hinata langsung menonjol di keningnya. Sebagai atasan tertinggi, ia sudah pasti tak suka siapapun masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu.

"Hinata-sama, ada..."

Sang atasan pun langsung menunjukkan rasa kesalnya. "Bisakah kau ketuk pintu dulu sebelum masuk, Kiba-san!?" dengan nada datar dan menurun seraya helaan napas di sela-sela gerutunya.

"ah, i, iya. Maaf. Tapi, ada yang ingin kusampaikan, Hinata sama." Ujar pria bercodet merah di pipinya itu.

"Baiklah, Siapa dia?"

Waktu sudah menunjukkan pukul 12.06 di jam tangan milik Hinata yang wajah jamnya berada sejajar dengan telapak tangan kanannya. Sehingga ia harus memutar tangannya untuk melihat 'jam berapa sekarang'. Perjalanan Hinata kini menuju area parkir, tempat ia memarkir mobil pribadinya. "PIP, PIP !" sebuah kendaraan berwarna Hitam metallic bermerek hyundai berbunyi seketika setelah Hinata menekan Suatu tombol. Ia pun memacu kendaraannya menuju suatu tempat.

"krrrrrrrrng, krrrrrrrng!" nada yang merupakan dering telepon masuk di ponselnya itu harus membuyarkan Konsentrasi berkendaranya. Ponsel itu berada di balik saku kemejanya. Dengan segera, ia menerima panggilan tersebut, "Halo, saya bicara dengan Siapa?"

"wooo, Lihat siapa yang sedang sibuk sekarang." Seorang pria di sebrang telpon memberikan kelakar.

"Naruto-kun?" Hinata sedikit terkejut "Kenapa nomormu beda?"

"Ya, ponselku Hilang. Dan sebagai informasi, ini nomor baruku ya." Ujar pria bernama Naruto di sebrang telpon itu.

"hmmm, baiklah." Sahut Hinata.

"Hinata, jangan lupa ... " suara di telepon.

"BRAAAKKKKKK!"

Sebuah truk besar menabrak mobil yang dikendarai Hinata. Truk itu langsung menghantam bagian kanan Mobil Hinata hingga Hancur parah seketika. Untunglah tidak menabrak bagian kiri yang merupakan kursi pengemudi. Namun sayang, tubuh Hinata berlumur darah. Terutama di kepalanya. Ia baru saja membentur kaca mobilnya sendiri disamping hingga bercak darah yang disisakan cukup memenuhi kaca jendela mobil itu. Kaca itu sangat kuat bahkan mendapat benturan yang begitu keras.

"Hinata! Suara apa itu!" Pria disebrang telpon ternyata masih terhubung dengan ponsel Hinata. "Apa yang terjadi, Hinata!" pekiknya Hingga suara telpon yang sebenarnya kecil itu dapat terdengar cukup jelas.

"Hinata! Hinata!"

"Hei ada kecelakaan!" pekik orang tua di pinggir jalan.

Suasana Hiruk-pikuk mulai terdengar. "cepat panggil bantuan!"

"Panggil Ambulans!"

"Bawa orang dalam mobil itu ke unit gawat darurat!"

"pip, pip, pip, piiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiip..." suara mesin pendeteksi jantung itu langsung menjerit tanpa Henti dengan garis lurus berwarna Hijau di layar hitamnya.

"gawat! Panggil dokter segera!" pekik seorang suster yang sedang memeriksa keadaan gadis berambut indigo bercampur darah ini.

Dua Alat pengejut berbentuk setrikaan itu ditempelkan ke dada Hinata oleh dokter wanita paruh baya. "jebb" tubuh Hinata langsung bereaksi hingga terangkat cukup tinggi, namun tak ada reaksi di jantungnya. Dokter beserta asisten dan perawat di ruangan itu melakukan segala cara untuk mendapatkan detak jantung dari gadis itu.

Sekumpulan orang yang sedang menunggu di depan Ruangan tempat Hinata berada tampak begitu gelisah. Sepertinya, empat orang orang yang sedang duduk di bangku yang disediakan ini adalah keluarga dari Hinata. Terlihat dari paras setiap dari mereka yang mirip dengan Hinata.

Ditengah kegelisahan Mereka, Sang dokter pun muncul dari ruang yang diberi tanda "Unit gawat darurat" itu. Kemudian salah seorang dari mereka berdiri. Pria paruh baya berambut gondrong. "saya adalah ayahnya, bagaimana keadaannya?"

"Dengan menyesal yang harus mengatakan ini. Putri anda kami nyatakan telah meninggal dunia." Ujar sang dokter.

Seketika tangis pun pecah dari gadis kecil yang bersama pria paruh baya ini. Pemuda yang memiliki rambut panjang yang berdiri di dekatnya pun langsung menenangkan gadis tersebut. Meskipun dengan raut wajah yang sama-sama bersedih.

"tapi tentu saja kami mengambil langkah alternatif." Ucap sang dokter menghentikan kesedihan yang melanda keluarga ini.

"dengan menggunakan alat, kami memompa jantungnya sedemikian rupa. Dan udara yang dihembuskan kedalam paru-parunya."

"apa maksud anda?" tanya seorang pemuda berambut panjang yang baru saja menenangkan seorang gadis kecil yang bersamanya.

"kami hanya bisa menopang hidupnya dengan alat. Otaknya tak memberikan reaksi apa-apa. Meskipun jantung dan aliran darahnya bekerja, dia tak bisa sadar karena otaknya telah mati." Dokter itu. "mari berharap, dan berdoa. Agar otaknya dapat merespon aktivitas jantungnya."

"itu artinya..." gumang pria paruh baya yang merupakan ayah Hinata.

"Secara Spiritual, Rohnya tidak ada dalam tubuhnya. Atau mungkin rohnya ada namun tak lagi memberikan kehidupan bagi jasadnya."

"pip, pip, pip" suara itu perlahan sekali muncul dari mesing pendeteksi jantung. Dari informasi yang didapat dari layar itu menunjukkan bahwa detak jantung buatan itu sangat lemah.

Mata lavender yang sejak tadi bersembunyi itu akhirnya muncul juga. Ia menoleh kesana kemari dengan cepat ingin tahu dimana dia berada sekarang. Ia sadar tangannya sedang diinfus. Dan dadanya ditusukkan oleh sebuah alat yang entah apa namanya. Hidungnya juga dimasukkan selang yang entah apa fungsinya.

Ia pun bangkit dari berbaring-nya. Tanpa ada lagi benda-benda tersebut ditubuhnya.

"Aku dirumah sakit. Astaga, tadi aku mengalami kecelakaan." Katanya berbicara sendiri.

Kemudian ia terkejut melihat sesuatu di kasur tempat ia berbaring tadi. Aneh, ada seorang gadis yang serupa dengan dirinya terbaring di tempat itu. Sejak kapan?

"tidak, itu... itu..."

"Itu aku"

"tapi... ada apa denganku?"

"Apakah dia, adalah tubuhku?"

Ditengan pertanyaan yang terus saja membingungkan dirinya, tiba tiba muncul sesosok lagi dibelakang Hinata.

"Kau adalah Roh dari jasad itu."

Menyadari itu, Hinata langsung menoleh ke arah suara yang berbicara dengannya. Dan betapa terkejut dia, ternyata orang itu adalah seorang gadis yang rupa-nya begitu identik dengannya. Memakai sweater putih ke-abu-abu-an dan celana berwarna biru gelap seukuran dibawah lututnya.

"Pakaian yang bagus." Ujar wanita yang begitu mirip dengannya itu.

"Sss, si... siapa kau!?"

"Pertanyaan bagus. Darimana aku harus menjawabnya?" wanita itu menjawab dengan pertanyaan dengan gaya yang cukup dingin.

"Kkke, kenapa... kkau..."

"jangan begitu. Kau dan aku adalah sama. Bedanya, aku sudah ada dari masa lalu, di tempat ini." Ujar wanita tersebut.

"a.. apa maksudmu?"

"jasad itu adalah reinkarnasi diriku. Karena kau sudah dinyatakan meninggal, maka kau tak bisa menempatinya lagi?" tutur wanita itu.

"Reinkarnasi? Kau pasti sudah gila!" Hinata menepis pernyataan wanita itu.

"asal kau tahu, Namaku juga adalah Hyuuga Hinata. Sama sepertimu. Kau dan keluargamu, semuanya, telah bereinkarnasi di zaman ini. Hanya saja, jiwa keluargaku di masa lalu sudah berada di tempat mereka yang sekarang." Wanita itu memberikan argumen yang semakin membuat Hinata bingung.

"Aku sungguh tak mengerti."

"Kita berdua adalah Hantu." Wanita itu menatap tajam dengan ekspresi 'kenapa kau bodoh sekali' kepada Hinata. "kontrakmu dengan jasad itu sudah habis oleh kecelakaan itu."

"Kontrak?"

"begini saja, masa hidupmu sudah habis. Dan sekarang kau seharusnya sudah kembali ke alam-mu yang seharusnya." Ujar wanita itu

"baiklah, aku sama sekali tak mengerti yang kau katakan. Tapi jika teorimu itu benar, kenapa aku masih berada disini?" Hinata mengutarakan pertanyaan yang sejak tadi membingungkannya. "jika aku memang mati, seharusnya aku tak bergentayangan di tempat ini, kan?"

"pernyataannmu itu memang benar. Seperti yang kukatakan, jasad itu adalah reinkarnasi diriku di masa lalu. Dan sejak dulu aku tak pernah pulang ke alamku. Karena suatu alasan. Sekarang, rohmu tak bisa kembali ke alam yang seharusnya. Itu karena roh dari tubuh reinkarnasiku masih ada di dunia ini. Artinya, selama aku masih ada di dunia ini, roh yang berkaitan dengan reinkarnasi jasadku takkan bisa pergi meninggalkan dunia ini." Jelas wanita itu.

"jadi, kau... dan aku...?" Gumang Hinata.

"benar. Karena kau tinggal di tubuh reinkarnasiku, kau memiliki ikatan denganku. Tapi kau tak diizinkan menempati tubuh itu lagi." Ujar wanita itu

"Maksudmu, kau bisa menempati tubuh itu? Kenapa aku tak diizinkan?"

"Energimu tak lagi bisa tersambung dengan tubuh itu. Sebuah energi alami setiap makhluk astral seperti kita." Sanggah roh Hinata dari masa lalu itu.

"energi?"

"Yah, ini adalah pelajaran bagimu. Energi yang kumaksudkan adalah energi yang dapat mengaktifkan kembali otak jasad ini. Namun sayang. Sepertinya tubuh ini akan mengalami amnesia."ujar roh Hinata dari masa lalu.

"apa maksudmu?"

"Aku akan membalas dendam." Aura dari Sikap roh masa lalu itu berubah menjadi gelap.

"membalas dendam.?"

"kekasihmu itu. Tubuhnya juga reinkarnasi dari masa-ku. Akan kubuat dia menderita seperti yang kurasakan dulu."

"Maksudmu, Naruto? Apa dia juga kekasihmu di masa itu?" tanya Roh Hinata.

"tidak. Aku akan membalas cinta yang tak terbalas ini."

"membalas... cinta yang tak terbalas?" Gumang Roh Hinata.

"Dia tak pernah membalas perasaanku. Dan memilih menikah dengan perempuan itu!" ucap roh Hinata masa lalu dengan begitu penuh kebencian.


Waduuh, ni yang bikin cerita amatir amat!

eniwe, thor yang satu ini masih pemula. jadi pasti ngebacanya ngga enak khan?

yang udah baca reviewnya boleh...