Café

© tooru12

.

Rate: T

Warning(s): BL, AU, OC, OOC, nonsense, typo, dll

.

.

Disclaimer: KnB itu milik Tadatoshi-sensei, bukan tooru...

.

Chapter 1

Waktu telah menunjukkan pukul 11 malam, namun pemuda berparas datar-tapi imut-ini tetap menemani sampai pekerjaan sepupunya selesai.

Sepupunya yang lebih tua itu menghentikan pekerjaannya sebentar untuk melihat digit-digit yang menunjukkan waktu, di samping kanan bawah layar laptopnya. Ia menghela napas lelah lalu menghadap ke sepupu tersayangnya yang masih setia menemaninya.

"Jangan memaksakan diri. Besok kamu ada jam kampus 'kan?" tanyanya dengan suaranya yang serak karena tidak mengkonsumsi air, yang sebenarnya sudah disediakan segelas kopi instan di samping laptopnya. Sepupu yang lebih muda itu menatap lekat-lekat sepupunya. Ia juga merasa khawatir dengan kerabatnya.

Sepupu yang lebih muda itu menggeleng, "Jam kampusku besok lusa, Nijimura-kun. Tidak apa-apa, aku juga ingin menemanimu mengerjakan proposal ini."

Penjelasan yang biasa-biasa saja itu bagaikan nyanyian dari malaikat-bagi Nijimura Shuzou-melalui sepupunya yang manis itu.

Atau mungkin, Nijimura mulai memasuki tahap delusi yang parah...

Mau tidak mau, Nijimura tersenyum simpul lalu menggosok pelan ujung kepala sepupunya. Sepupunya balas tersenyum.

"Terserah kamu, yang penting jangan salahkan aku kalau kamu nggak bisa bangun besok," kata Nijimura dan, akhirnya, mengambil kopi instan yang telah dibuat oleh sepupunya seraya menscroll layar laptopnya. Sang sepupu hanya diam.

"Ah iya, yang lain masih mau dengan pekerjaannya 'kan?" tanyanya setelah menyesap kopinya. Ia menaruh kopi tersebut dan kembali memposisikan kesepuluh jarinya di keyboard.

"...Iya...kurasa..."

Nijimura menaikkan alisnya, tanpa menatap sepupunya, akan nada ke ambiguannya. "Kok ragu-ragu? Sebaiknya kamu tanyakan kepada mereka berlima."

"Baiklah, Nijimura-kun."

Sang sepupu, Kuroko Tetsuya, sedikit mendekatkan kepalanya ke layar laptop. Ia terpana saat pekerjaan Nijimura itu hampir selesai. Karena sangking terpananya, ia sampai memijat pundak Nijimura yang menegang, rupanya.

"Oi! Geli!" ujar Nijimura menepis tangannya. Nijimura menatap tajam sepupunya yang tersenyum tipis itu. "Maaf, Nijimura-kun."

Nijimura memutar bola matanya dan kembali menekuni pekerjaannya.

Mereka kembali diam seperti sebelumnya. Yang dapat didengar sekarang adalah suara ketikan kecil yang cepat oleh Nijimura. Walupun rasa kantuk mulai menyerang kedua kelopak mata Kuroko, ia tetap bersikeras untuk bangun.

"Tetsuya-kun, kalau masih ingin menemaniku lebih baik kamu cuci muka dulu," kata Nijimura tanpa menatap Kuroko. Kuroko mengangguk dan beringsut ke kamar mandi.

.

Saat Kuroko telah mencuci wajahnya, keningnya sedikit mengernyit saat melihat refleksi dirinya di cermin.

"...Kuroko Tetsuya..." gumamnya memandang wajahnya dengan penuh rasa...

...kebencian.

"...kamu yang paling...terburuk."

Ia menundukkan kepalanya. Entah mengapa memorinya mulai berputar di saat-saat seperti ini. Ia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk melupakan semua itu, tapi...Kuroko tidak dapat meninggalkan masa lalunya sendiri.

"Paling terburuk melebihi apapun di dunia ini..." gumamnya sambil menutup matanya dengan tangan kanannya yang sedikit bergetar. Kuroko melepas tangannya dan menatap kembali cermin di depannya. Ingin sekali ia menghancurkan cermin di depannya itu dan membakarnya. Tapi, sayangnya, cermin itu bukan miliknya, melainkan sepupunya.

Kuroko memutar kran air dan mencuci wajahnya lagi, untuk mendinginkan pikirannya. Setelah tenang, ia menggoyangkan kepalanya untuk sekedar mengeringkan kepalanya dari air.

Kuroko menghela napasnya lalu keluar dari kamar mandi.

"...Sungguh, kata-katamu seperti seorang psikopat yang mau membunuh orang, Tetsuya-kun." Kuroko tertegun, kadang ia tidak mengerti maksud Nijimura. Tetapi Kuroko tetap membalasnya.

"Itu karena Nijimura terlalu banyak menonton cerita yang mangandung unsur psikologi."

Nijimura tersenyum paksa. Ia tidak terkejut akan bela diri Kuroko.

Tak lama Kuroko dapat merasakan keberadaan Nijimura yang mulai mendekat. Kuroko mendangak untuk melihat sepupunya. "...Kenapa...?"

Nijimura menyentuh pipi Kuroko yang masih basah, "Jangan berpikir kalau semua itu salahmu. Dan jangan pernah berpikir kalau...kematian mereka itu salahmu."

Mata Kuroko membulat saat Nijimura mengatakan 'kematian', karena itu malah membuatnya semakin terpuruk. Ia menepis pelan tangan Nijimura.

"I-iya..." gumam Kuroko.

Nijimura hanya dapat menatap khawatir Kuroko yang menjawabnya dengan tidak pasti. Memang, sangat susah untuk membuat Kuroko untuk berhenti dan move on.

Tiba-tiba Nijimura merangkul pundak Kuroko dan mengusap kasar rambut Kuroko yang sebelumnya masih rapi. "N-ni...Nijimura-kun!"

Nijimura menyeringai lebar dan menghentikan aksinya setelah puas melihat Kuroko yang menggeliat di rangkulannya.

"Besok, aku akan menyerahkan proposal ini. Jadi jangan pasang muka seperti itu, Tetsuya-kun!" kata Nijimura sambil menunjuk wajah Kuroko. Kuroko hanya bisa sweatdrop.

"Aku yakin proposal ini akan diterima. Café kita selalu laris! Ya 'kan?" kata Nijimura berusaha mengalihkan pikiran sepupunya sambil berjalan ke arah kamarnya.

Kuroko tersenyum tipis. "Iya," gumamnya sambil menunduk. "Ini adalah satu-satunya kesempatanku untuk membalas budi Nijimura-kun."

Kuroko mengikuti Nijimura untuk menemaninya lagi untuk menyelesaikan proposal tentang café milik sepupunya.

'Aku akan selalu mendukung Nijimura-kun. '

[`°`] !? Time Skip

Nijimura terduduk seketika saat cahaya matahari menyilaukan matanya, walaupun matanya masih tertutup. Ia segera mencari-cari jam alarm yang ia jatuhkan tadi.

"Jangan bilang...!"

'10.10 '

Nijimura mendecak pelan lalu berseru.

Kuroko tertegun saat mendengar suara frustasi yang sangat keras milik Nijimura. Kuroko segera menghentikan kegiatan membacanya dan berjalan cepat kearah kamar sepupunya.

"Ada apa Nijimura-kun?"

"TETSUYA-KUN! KENAPA KAMU NGGAK BANGUNIN AKU!?"

"...Aku bangun kesiangan dan Nijimura-kun tidak menyuruhku untuk membangunkanmu 'kan?" jelas Kuroko dengan tenang. Nijimura menatap tajam sepupunya sebentar lalu bergegas untuk melakukan ritual paginya.

"Tch! Aku harus menyerahkan proposal itu dua puluh menit lagi!" erang Nijimura saat ia sudah keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada.

Kuroko hanya menonton acara mondar-mandir Nijimura plus omelannya, yang tidak jelas, sambil menyesap teh campur susunya (teh tarik?). Sepertinya si pemilik wajah datar itu sedang menikmati tontonannya sekarang.

"Ganbatte kudasai, Nijimura-kun."

[`°`] !?

Ini adalah mimpi yang sudah tercapai bagi seorang Nijimura. Kenapa?

Simpel saja, karena proposalnya diterima begitu saja!

...Walaupun ia terlambat menunjukkan batang hidungnya, kepada orang yang benci keterlambatan, selama 10 menit.

Nijimura harus berterima kasih banyak kepada mahkluk hijau Oha-Asa freak itu, karena telah menyarankan untuk membawa kertas berwarna putih yang tercetak tulisan (sebagai benda keberuntungannya). Ternyata proposal itu sendirilah yang menjadi pusat dari keberuntungannya! Mungkin ia harus mencium kaki si mahkluk hijau itu dan mencium ta...lupakan itu.

Tapi ada sesuatu yang ganjil.

"Erm...apakah kamu tidak akan melihatnya lagi...?" tanya Nijimura untuk memastikan sambil berusaha menahan senyumnya. Si penerima proposal Nijimura menatapnya dengan tatapan menusuk.

"Apakah ini perlu kuulangi lagi? Café-mu diterima. Itu absolut." Nijimura setengah tidak mengerti arti 'absolut' dari kalimat si penerima proposalnya, tapi ia mengangguk senang. Karena benar-benar, secara lisan, diterima.

Setidaknya itu membuat Nijimura puas dan tentram.

"Blok-mu sudah kutentukan," kata orang itu sambil memberi Nijimura selembar kertas yang tercetak gambar denah. Nijimura dapat melihat goresan stabilo berwarna merah muda yang menutupi salah satu blok dari beberapa blok.

"Aku harap kamu datang besok pagi, jam sembilan, untuk memberi gambaran tentang dekor café-mu." Nijimura mengangguk mengerti.

"Um...bisakah kau jelaskan dimana letaknya?" tanya Nijimura berusaha menyembunyikan rasa antusiasnya. Orang itu mengambil gambar denah tersebut dari tangan Nijimura dan menunjuk goresan itu.

"Ini adalah blok-mu, Nijimura-san. Tepatnya di lantai dua. Blok ketiga dari ujung, disebelah toko buku dan toko roti," jelasnya. Nijimura tersenyum kecil karena teringat oleh Kuroko.

"Kami hanya dapat menyediakan satu blok saja kepadamu," Kini kerutan di kening Nijimura mulai nampak.

"Maksudmu?"

"Kenapa? Ingin protes?"

Nijimura tambah kesal akan nada sinis dari orang tersebut.

"Kalau kamu benar-benar ingin menambah blok-mu, Nijimura-san..." orang itu menanggalkan kalimatnya. Nijimura mendengus pelan, berusaha menahan amarahnya. Sebenarnya ia sudah muak dengan sikap orang didepannya ini.

"Apa yang kau inginkan?"

"Buatlah semua pengunjung menulis nama café-mu."

Nijimura bingung sekaligus tercengang. Ia sudah mengenal sistem tempat dimana café-nya akan dijabarkan. Tapi itu...tidak mungkin. Atau malah tidak akan mungkin.

"Setiap bulan kami selalu menyediakan kotak suara khusus untuk para pengunjung. Tidak peduli mereka telah mengunjungi atau belum pernah, mereka tetap menulis sebuah nama tempat disini yang...membuat mereka terpukau."

"Aku tahu itu, tidak perlu menjelaskannya lagi."

"Itu lebih baik."

Menurut Nijimura itu tidak mungkin, karena ketertarikan setiap pengunjung selalu berbeda-beda.

"Bagaimana kalau tidak ada yang menulis nama café kita?" tanya Nijimura yang berhasil membuat alis orang itu naik.

"Dengan senang hati, kami menolak kontrakmu."

'Hm...cukup menarik...' Nijimura tersenyum tipis setelah mendengar nada sarkastis itu. Ia merasa tertantang.

Orang itu menyeringai, seolah-olah telah membaca pikiran Nijimura. "Jadi..." Ia melipat kertas tersebut dan memberinya kepada Nijimura dengan sopan.

"...selamat datang dan selamat berjuang di Klavier Mall, Nijimura-san." orang itu berbalik dan meninggalkan Nijimura setelah membungkuk dalam kearahnya.

"Heh, café ini akan selalu membuatmu terkejut...Akashi-san, manajer utama Klavier Mall~"

Setelah itu Nijimura kembali ke rumahnya, membawa kabar gembira untuk teman-teman dan sepupu tercintanya.

.

.

Tsuzuku da

.

Author's note: Ok...ini bener2 gaje chap pertama pendek pula...

Um...untuk sementara tooru berhenti dulu dari 'After-School'nya ya~ (author kehabisan akal buat fic multi chap satu itu...) *ojigi*

Daaan sesuai warning, ini memang nonsense~ (mana ada manajer mal ngomong 'kamu' ke pemilik toko xDD). Begitupula untuk chap. berikutnyaa~~! *disawat* e-eniwei...

Review? Flame? Up to you!