Warning: AU. Chara x Reader. School-life, shounen-ai.
Bahasa tidak baku, abal-abal.
Disclaimer : Kuroko no Basket milik Fujimaki Tadatoshi.
A/N : huaaa, maaf semuanya T_T. Story chapter 1 yg aku publish sebelumnya ternyata benar-benar gagal total. Aku gak tau kalo di Jepang itu April sudah tahun ajaran baru (baru googling pas selese publish /plakk) jadi saya remake semuanya dan mengubah alurnya. Selain itu Kagami juga aku keluarkan dari cerita (huhuhu... Maafkan aku kagami, jangan terkam aku dengan amarahmu(?) /plakk). Story ini memiliki reader PoV dengan reader sebagai cowok(laki-laki), ada hubungannya dengan shounen-ai, tapi untuk chapter awal belum terlalu keliatan. BTW, enjoy yah remake chapter 1 yang berjudul "My Second Personality" ini. Review anda sangat aku perlukan untuk kemajuan cerita ini :p. Mohon kerjasamanya m(_ _)m
.
.
Chapter 1: Hi, My Name is...
Juni tahun 2014, minggu ke-4, aku mendapatkan informasi bahwa aku akan pergi ke Jepang untuk pertukaran pelajar. Pertama kali aku dengar, aku tidak percaya, namun setelah aku tanya ke lembaga pengurus pertukaran pelajar, ternyata informasi tersebut benar. Ya, aku dikirim ke Jepang. Aku bahagia bukan main karena impianku untuk ke Jepang sekali saja terkabulkan.
3 hari setelah informasi tersebut, aku pergi ke Bandara untuk berpamitan dengan orang tuaku. Tentu saja aku sudah menyiapkan keperluanku selama 1 tahun di Jepang nanti, "Hati-hati yah nak, jangan nakal-nakal disana. Jangan mudah terpengaruh oleh ajakan orang luar sana. Dan yang terpenting, buatlah kami bangga atas usahamu." Kalimat itu merupakan kalimat terakhir yang diberikan oleh ibuku sebelum berpisah untuk waktu yang cukup lama. "Jangan lupa bawa oleh-oleh yah" sahut kakak perempuanku sebelum kami semua berpisah.
Setelah berpamitan, aku pun naik ke pesawat dan memejamkan mataku. Berharap aku dapat menjalankan hidup yang baru di luar sana untuk sementara. Selamat tinggal ayah dan ibu, aku tidak akan lama kok disana.
Perjalanan dari Indonesia menuju Jepang menghabiskan waktu 4 jam. Akhirnya aku tiba di Tokyo, ibukota negara ini. Setelah pesawat yang kutumpangi berhenti dengan sempurna, kusiapkan pasporku untuk ditunjukkan pada orang imigrasi. Lalu, aku pun melangkahkan kakiku menuju tempat pengambilan bagasi.
Sebelum melangkahkan kakiku pergi mencari taksi, kuedarkan pandanganku pada bandara Narita ini. Mewah. Besar. Keren.
Aku tersenyum, aku berada di Jepang!
Akhirnya aku sampai di apartemen tempat aku menginap. Ah, dan syukurlah apartemen yang kusewa tidak jauh dari sekolah baruku. Meskipun aku sempat ditawarkan orang tua pengganti untuk pertukaran pelajar, namun aku lebih memilih apartemen karena aku lebih senang menyendiri dan menyenangi keadaan yang sunyi, meskipun biaya hidupku bertambah lagi.
Keesokan paginya, aku bangun pukul setengah enam pagi waktu Jepang untuk bergegas menuju sekolah baru saya. "Yosh, SMA Teikou! Here I come" gumamku bersemangat dalam hati.
Kulangkahkan kakiku di sekolah asing ini. Dan mendatangi ruang kepala sekolah disekolah itu. Aku diberitau bahwa aku masuk ke kelas 10-1. Kelasku dipimpin oleh seorang guru muda yang manis bernama Aida. Guru kelasku terlihat masih sangat muda. Kurang lebih 25 tahun. Kebetulan jam pertama hari ini adalah "Homeroom", jadi saya didampingi oleh Wali kelas saya, bukan guru lain.
Sesampainya di depan kelas 10-1. Bu Aida masuk terlebih dahulu, sedangkan aku diluar menunggu perintah masuk dari bu aida. Setelah dipersilahkan masuk oleh bu Aida, aku memperkenalkan diri di depan kelas "ohayou gozaimasu, watashi wa Doni Samueru (Donny Samuel). Yoroshiku onegaisimasu". Selesai perkenalan, aku disuruh bu aida untuk duduk di kursi yang masih kosong. Maka aku memilih kursi paling belakang dekat jendela luar. Ya, selain viewnya bagus, aku juga lebih memilih dekat dinding.
Saat sesi Homeroom selesai. Banyak siswa yang datang menuju tempat dudukku.
"Kau dari Indonesia yah?" Tanya salah satu anak padaku.
"Iya, aku dari Indonesia." Lalu, mereka heboh mendengarnya. Sebenarnya masih banyak lagi pertanyaan yang mereka ajukan namun saya bingung harus menjawab apa.
Setelah diinterogasi oleh mereka, aku mencoba mengobservasi kelasku. Meskipun ada guru di depan kelas, namun rasa penasaranku lebih menarikku untuk melihat ke sekeliling kelasku. Kebanyakan siswa tidak terlalu mencolok. Berambut hitam, kulit putih, kecuali pria berambut biru tua dan berkulit tan itu. Aku tidak tau namanya siapa, namun dari sorotan matanya yang tajam ke depan, aku hanya bisa menyimpulkan bahwa dia sepertinya preman sekolah. "Semoga aja aku tidak menjadi objek ijimenya dia" pikirku.
Terlalu terlarut dalam kegiatan mengobservasiku, bel pun akhirnya menginterupsi kegiatanku. Kulihat jam tangan yang kukenakan. Pukul 12.00. Saatnya makan siang.
Aku pun pergi keluar kelas bersama dengan bekalku. Meski agak takut keluar kelas, namun aku ingin melakukan hal-hal ini yang biasanya dilakukan oleh beberapa karakter di anime yang pernah aku tonton. Yap, makan siang di atap sekolah. Maka, aku memilih atap sekolah menjadi tempat untuk menghabiskan bekal makan siangku.
Sesampainya di sana, kucari tempat yang nyaman dan segera menikmati bekalku sambil mengirimi teman saya (yang sedang berada di Indonesia) pesan.
Ketika aku baru saja memakan bekal satu suap dari bekalku, tiba-tiba muncul sebuah tangan mengambil laukku dari belakang, "Apa yang kau bawa itu? Sepertinya enak." Kulihat pemilik tangan itu dengan warna kulit yang cukup familiar dimataku. Dan ternyata tangan itu milik seorang pria bersurai biru tua yang merupakan murid kelasku sendiri.
Aku kaget namun aku tidak bisa bergerak, entah karena tatapannya atau terjepit oleh situasi, tapi benaran, AKU GAK BISA BERGERAK! Bahkan ngomongpun tidak bisa. Aku hanya bisa terpaku menatap dalam tatapan dingin dan tajam itu.
"Ini enak, aku ambil lagi ya." Ucapnya tanpa rasa bersalah sambil meletakkan tangannya diatas pundakku lalu memakan bekal buatanku lagi.
"Ini hari pertama aku masuk sekolah, masa aku sudah mulai dibully?" gumamku sekali lagi dalam hati. Dan aku tidak mengenal sama sekali orang itu. Apa yang salah denganku? Biasanya aku bisa bereaksi heboh(disingkat kaget) bila ada yang menyelinap dibelakangku. Apalagi ini orang asing.
"Hoi, kenapa bengong aja? Gak boleh kah aku makanin bekalmu?" Tanya pria bersurai biru tua itu dengan tatapan yang semakin tajam ke arah mataku. "Err... B-boleh kok" jawabku pelan.
"Hah?!" Suaranya makin menggelegar membuat jantungku sempat berhenti berdetak selama beberapa detik. "Hiiiii... Maafkan aku. Ambil aja bekalku" jawabku panik bercampur takut. Yup, aku benar-benar resmi jadi ijimenya.
Setelah bekalku habis oleh dia, diapun pergi meninggalkanku. Aku hanya bisa membereskan bekalku dan berjalan menuju kantin sekolah. (Karena aku cuma makan sesuap dari bekalku) Berharap masih ada sisa roti yang dijual disana.
Bel-pun kembali berbunyi, menandakan waktu istirahat telah usai. Ah sial, belum sempat kakiku sampai di kantin, bel telah berbunyi. Jadi aku menahan diriku dari kelaparan sepanjang pelajaran.
Setelah sekian lama aku menunggu, akhirnya bel sekolah berbunyi, tanda jam pelajaran telah habis. Aku merapikan meja dan laciku kemudian mengangkat tasku untuk pulang ke apartemenku.
Saat perjalanan menyusuri lorong sekolah, sudut mataku menangkap pria bersurai biru tua memasuki gym sekolah. "Ngapain sore-sore begini dia menuju gym?" Pikirku kepo. "Ah, biarin aja dah. Aku takut aku makin dibully di dalam sana." Sahutku pelan sambil kembali menyusuri lorong sekolah.
Sesampainya di apartemenku, aku mandi dan ganti baju. Lalu memasak makan malamku dan berbaring melepas lelah untuk hari ini. "Huft, betul-betul hari yang melelahkan. Banyak kejadian yang terjadi hari ini di sekolah. Namun aku masih penasaran. Siapa pria bersurai biru itu? Mengapa dia menuju gym sekolah sore tadi?" tanyaku dalam batinku sendiri. Tanpa terasa pelupuk mataku mulai menutup. Akupun menutup mataku untuk mengakhiri hari ini.
