PROLOG

Saat kesadaran menyeretnya ke dunia nyata, Sasuke tak mendapati apapun selain hatinya yang tak lagi berbentuk. Kesunyian kamar memukul telak perasaan tegar yang berusaha keras ia tanam. Tak ada lagi Hinata. Sisi kanan tempat tidurnya telah dingin, sedingin luka menganga di dirinya yang tak tampak namun sangat berdampak.

Seharusnya tak seperti ini. Seharusnya Sasuke lega bukan? Tak perlu menyembunyikan gunungan cinta memalukannya pada gadis delapan belas tahun. Sudah benar Hinata pergi, menyelamatkannya dari image phaedhopil atau paman tak tahu diri yang menodai ponakannya. Seharusnya Sasuke senang, gerbang pernikahan beserta embel-embel status serta harta yang menyertai, akan tumpah ruah pada dirinya.

Tapi kenapa semua terasa salah?

Ada sakit yang menggores tajam hanya karena Hinata pergi. Kealpaan gadis itu menenggelamkan Sasuke ke titik di mana segala sesuatu terasa kebas. Ingatan semenjak Hinata masih bocah sepuluh tahun, saat ia mulai remaja lalu menstruasi dan menjauhinya dengan takut-takut, rasa penasaran gadis itu pada sosok pria dan puncaknya adalah semalam, menyerahkan hartanya yang paling berharga sebagai perempuan. Hinata menyerahkan kegadisannya begitu saja, membiarkan Sasuke menjadi pria paling jahat di dunia: mengoyak, merusak kemudian memintanya untuk tak pernah kembali.

Pertanyaannya justru apakah Sasuke sanggup ditinggalkan?

Punggung tangan Sasuke menutupi matanya yang berair. Kesedihan meremat hatinya pilu, yang terus menyiksa adalah wajah kesakitan Hinata saat ia sengaja melakukannya dengan kasar. Jika boleh dibilang, itu pemerkosaan yang disepakati. Ketika ingatan Sasuke merambat pada pemandangan darah yang keluar sangat banyak, air matanya membanjir. Pasti Hinata sangat kesakitan, fisik dan batin. Sasuke hanya pura-pura acuh saat Hinata terisak pelan karena mendapatinya menyebutkan nama Karin sebelum terlelap. Ia menghancurkan Hinata sehancur-hancurnya, tanpa ampun.

"Hinata." Ucap Sasuke lirih sambil terisak.

Kenapa ia harus seiblis itu. Hinata hanya meminta hadiah ulang tahun berupa memilikinya sehari penuh. Tapi yang Sasuke tawarkan adalah kesepakatan, harga yang harus Hinata bayar untuk tak pernah ada lagi di kehidupan Sasuke. Tiba-tiba ketidakhadiran Hinata di sisa hidupnya justru menjadi bola panas yang melelehkan kewarasannya. Selama delapan tahun, tidak sehari pun ia hidup tanpa menemui gadis kecilnya. Bahkan ketika Hinata kemah sekolah pun, Sasuke rela bayar mahal demi memastikannya baik-baik saja dengan mata kepala. Sekarang apa? Ia mengusir Hinata bersama semua luka yang ia torehkan. Sasuke tak sanggup membayangkan Hinata pulang dengan tubuh dan hati remuk. Bagaimana gadis kecilnya bisa berjalan sementara Sasuke telah memaksanya keras, pakaian apa yang Hinata gunakan padahal tak ada kain yang tak dirobek Sasuke, apakah Hinata menangis karena Sasuke mengganti selamat tidurnya dengan nama wanita lain?

"Oh… kenapa sakit sekali."

Sasuke menepuk dada, berusaha mengusir semua bayang gadis kecil yang takkan kembali untuk mencerahkan harinya. Selamanya terasa begitu lama.

Sial. Kesalahan terfatal Sasuke ketika memutuskan beranjak adalah memandang bercak darah yang melawah di seprai. Bukti betapa dalam Sasuke melukai Hinata. Perlahan dirabanya darah itu, tetesan air mata jatuh di atas merah yang membuat gila. Apakah ada kemungkinan mereka bertemu lagi? Jika pun ada, Sasuke merasa terlalu hina untuk menampakkan muka.

Detik terasa seumur hidup hanya karena Hinata tak ada. Dari Sasuke mandi sampai duduk di meja makan, hampa seperti memukulinya bertubi-tubi. Biasanya mereka akan makan berdua, Hinata berceloteh sementara ia memangku wajah, memandangi bocah yang langsung bersemu merah menyadari tatapan intens Sasuke. Tapi itu takkan terjadi lagi, bukan?

"Sasuke-kun nanti antarkan aku ke sekolah ya?"

"Hinata, panggil aku paman atau apa saja tapi jangan –kun. Aku tidak semuda itu, anak nakal." Ujar Sasuke sambil mencubit pipi Hinata.

"Tidak mau. Sasuke kan sudah berjanji akan menjadi apa saja bagiku."

"Ya tapi tidak seperti ini juga. Kau menempatkanku-"

CUP!

Jantung Sasuke berhenti sejenak. Bocah lima belas tahun nakal itu sudah maju dan mengecup pipi Sasuke. Lama. Ketika kelembutan bibir itu terlepas, Hinata menatap Sasuke dengan ekspresi antara jahil dan malu. Kemudian Hinata menarik kursi, menjauhi Sasuke yang seperti korban pelecehan, terhina tapi gembira.

"Kalau tidak mau mengantar aku berangkat sendiri. Bye paman, aku akan tetap memanggilmu –kun. Sasuke-kun."

Klang!

Garpu yang terlepas dari tangan Sasuke menimpa piring. Kedua tangannya menangkup wajah, lalu menjambak rambutnya seolah bisa mencabut segala memori tentang Hinata. Dibaliknya meja makan hingga menimbulkan bunyi pecahan serta pemandangan mengerikan. Maid tergopoh-gopoh mendatangi Sasuke, tapi tuannya terpaku, menatapi kerusakan yang dibuatnya sendiri. Sama seperti yang dilakukan pada Hinata, Sasuke pun tak tahu mengapa ia merasa idiot. Tubuhnya baik tapi setiap selnya meneriakkan nama Hinata. Parahnya, kenapa Sasuke seperti sosok paling terluka?

Dengan hampa pula Sasuke melenggang, meninggalkan orang-orang yang menatapnya penuh tanya. Ia sendiri pun bertanya, masih bisakah kembali pada kenormalan jika pusat perhatiannya, Hinatanya, takkan lagi tertatap mata?

TBC

Hai pembaca yang tersayang. Mungkin salah satu dari kalian ada yang membaca dua cerita saya sebelum ini. Sebenarnya saya punya kecenderungan menulis oneshot, tapi untuk kali ini akan ada beberapa chapter. Untuk broken love saya memang sudah mempersiapkan sequel, karena bagi saya Sasuhina kalau belum happy ending berarti belum end. Untuk Balas Dendam sebenarnya sudah selesai, tapi ada satu comment yang bikin saya sedikit kitati. Sayangnya, saya bukan tipe yang down kalau dihina, review jahat justru motivasi terbesar saya untuk menulis lebih baik lagi. Sorry not sorry, but I might turtoring you with my story again and again. Saya akan berusaha supaya tulisan-tulisan kedepannya menjadi layak untuk mata kamu yang sempurna. Jadi, saya terpikir menulis side story Balas Dendam, di mana Sasuke berusaha sekuat tenaga memenangkan hati Hinata.

The least, saya sangat berterimakasih untuk review, follow and favorite. Salam hormat:)