Rei : Yohoo.. Rei balik lagi..

Rin : Nulis apa lagi?

Rei : Itu.. tentang humor-humor di reality life. XD

Rin : Ho..

Rei : Karakter utamanya itu kau Rin-chan!

Rin : Nani? Kenapa aku?

Rei : Yah, kalo emang begitu mau apa lagi.. Lebih seru bikinnya punyamu.

Rin : Ya sudah.. Cepetan mulai..

Rei : Iyee..

Disclaimer : Vocaloid, Utauloid, dan Fanloid bukan milik Rei. Vocaloid milik Crypton Future Media, Yamaha Corporation, Zero-G, Zola Project, dll. Utauloid dan Fanloid milik para creator masing-masing.

Warning : OOC, aneh, abal, gaje, pendek, humor garing, EYD tidak tepat, alur kecepatan, just drabble panjang (?) XD, dan ada beberapa nama tempat, jadi mohon maaf, karena demi kelangsungan cerita.

Genre : Humor

Rating : T

Main Characters : Rin K./Kagamine Rin

.

.

.

Don't Like? Don't Read!

.

.

.

Happy reading minna~

.

.

.

Normal POV~

XX=====

1. Rin x kursi x tersandung

Pada pelajaran Matematika Inggris, yah, pelajaran itu susahnya minta ampun. Sampai-sampai murid-murid yang ranking 10 besar pun nilainya jeblok. Termasuk Kagarine Rin. Murid teladan di kelas. Belum tahu Kagarine Rin? Baiklah akan saya beritahu.

Kagarine Rin. Murid perempuan yang masuk dalam ranking 10 besar. Mempunyai rambut berwarna honey-blonde dan mata berwarna azure. Dia juga memakai pita putih besar di kepalanya.

Pada suatu saat, ketika Rin sedang berjalan, tiba-tiba dia tersandung. Syukur cuma kesandung. Belum jatuh. Ternyata ada kaki seseorang (?) yang berada di tengah jalan (?). (Rei : Ngerti maksudnya? Kalau nggak ngerti ya udah *digorok*)

Orang pemilik kaki tersebut adalah... Sukone Teiru. Orang yang paling menyebalkan sekaligus sahabat Rin. Yah, Teiru adalah yang paling menyebalkan dan nyolot yang Rin pikirkan.

"Heh! Ngapain kaki taruh-taruh di situ?!" teriak Rin kepada Teiru.

"Yah terserah gua dong mau taruh di mana. Kaki-kaki gua, kok lu yang ribet?" ucap Teiru yang nyolotnya mulai kambuh.

"Gara-gara kaki kamu aku jadi hampir tersandung tahu!" teriak Rin.

"Ya, siapa suruh lewat situ. Gak ada yang suruh kan?" ucap Teiru enteng.

"Ya, orang kaga ada jalan lain! Semuanya ketutup sama kursi-kursi yang udah bukan pada mejanya (?) lagi!" teriak Rin. Sudah makin panas dan panas.

"Ya udah, suruh orangnya permisi dong. Emang lu gak ada mulut?" tanya Teiru yang menatap Rin dengan tatapan penuh kemenangan.

"Gezz, tapi ini jalan yang lebih dekat ke tempat dudukku!" teriak Rin. Tapi gak sampai kencang-kencang amat.

"Jalan yang ketutup tadi juga dekat dengan tempat dudukmu." ucap Teiru. Rin mulai tidak bisa ngomong apa-apa lagi.

"AH! Udah ah! Malas aku debat sama kamu!" teriak Rin lalu kembali ke tempat duduknya dan mulai mengerjakan soal Matematika Inggris yang diberikan oleh Sonika-sensei.

Kasane Ted yang melihat kejadian debat tadi hanya berkata kepada Teiru, "Hahahaha, Rin-san kalah debat.. Hahahaha, payah!" Teiru juga ikut tertawa.

Dalam hati Rin berkata, "Cih! Coba aku bisa ngeluarin katana, udah kupenggal kepala mereka berdua." Rin masih geram sampai saat istirahat.

.

.

.

=====XX=====

2. Rin x Matahari x Debat

Pada saat pelajaran komputer, pelajaran terakhir, saat mereka di kelas. Menunggu kelompok 1 yang sedang berada di Lab. Komputer itu. Karena jumlah murid di kelas itu berjumlah 34 orang. Jadi setengahnya di Lab. Komputer dan setengahnya di kelas. Yang di kelas pun tidak bermain-main, ada tugas yang diberikan Maika-sensei. Rin dan temannya Haine Ren diberi tugas untuk mencatat yang ribut di kelas. Tapi mereka berdua bukan mencatat, tapi sendirinya malah mengobrol. (Rei : Serius loh)

Lalu, bukannya mengerjakan soal itu sendiri. Tetapi malah nyontek-nyontekkan. Halah, biasa, kelas itu terkenal "paling". Paling nakal, paling berisik, nilai paling jeblok, paling bodoh, dan lain-lain. Padahal sudah kelas 6 juga. (Rei : Umur para VocaUtauFan Rei nyusutin ke umur yang paling pas pada saat duduk di kelas 6)

Yang paling suka nyontek adalah Sukone Teiru dan Kagamine Len. Mereka nyontek ke Rin. Tapi Rin malah bodo amat. Yang penting ngisi terus selesai. Tapi, kayaknya nggak bakal selesai. Soalnya dari tadi Rin ngobrol mulu sama Len dan Teiru. Kata si Len, mereka kelompok "segitiga bermuda". Halah, ada-ada aja si Len ini. Bikin nama yang lebih bagusan dikit kek. Kayak Triple Smart, tapi kepintaran Teiru masih diragukan. Nama "segitiga bermuda" itu tidak Rin sukai. Karena terlalu jelek namanya.

Rin sedang serius mencari. Mencari. Frustasi. Mencari. Frustasi. Mencari...

"Oh ya Len-kun." ucap Rin membuka pembicaraan. Dari pada pusing-pusingan nyari jawaban. Mending ngobrol bentar.

"Apa?" tanya Len enteng-enteng.

"Kamu pernah ke Taman Matahari di B*g*r?" tanya Rin. (Rei : Kenapa hanya B*g*rnya yang kusensor? Nanti kalian akan tahu)

"Nggak. Panas tahu." ucap Len sambil tetep mencari.

"Heh? Panas apanya? Dingin tauk." ucap Rin sambil menulis juga.

"Panas. Coba aja kamu ke matahari." ucap Len.

"Ya elah. Itu mah matahari betulan yang lagi bersinar-sinar terang di tanah (Rei : Karena langit sudah mainstream), yang aku bilang itu taman matahari, bukan matahari." ucap Rin.

"Iya kan panas. Coba aja ke sana. Beh, gosong semua." ucap Len. Wah, kayaknya Len ini mau nyari ribut sama Rin.

"Ish, kamu itu sengaja apa nggak sih!?" tanya Rin yang mulai panas.

"Memang benar kan? Bentuknya kayak gimana?" tanya Len.

"Bentuknya ya gede. Terus ada logo mataharinya.." ucap Rin.

"Tuh kan, ada mataharinya berarti panas dong." ucap Len.

"Grr, di sana dingin tauukk! Aku aja sampe pake jaket ke sana." ucap Rin mulai geram.

"Lah? Di mana-mana tuh matahari panas. Mana ada matahari dingin? Gua bingung loh, Matahari Departement Store kok dingin ya?" ujar Len.

"Emang matahari panaas! Siapa yang bilang dingin?! Kan yang aku bilang itu Taman Matahari bukan matahari asli, dodollll! Mana aku taaauu? Yang pasti tuh Matahari Departement Store dingin ya karena ada AC!" ucap Rin setengah teriak.

"Emang panas kan matahari? Matahari Departement Store dingin karena gadungan kali mataharinya." ucap Len sambil tertawa kecil.

"Matahari Departement Store kan ada yang buat. Cabang-cabangnya banyak. Di mall mana pun pasti ketemu. Tanya dong yang buat Matahari Departement Store, nanya "Kenapa Matahari Departement Store bisa dingin?". Paling jawabannya "Matahari itu panas dek. Bukan dingin." Gitu." ucap Rin panjang lebar.

"Ya, nanya lagi aja "Tuh buktinya Matahari Departement Store dingin." kan gampang." ucap Len.

Tiba-tiba Teiru masuk ke dalam pembicaraan mereka.

"Lagi ngomong apaan?" tanya Teiru.

"Biasa, tentang matahari." ucap Rin.

"Ngobrolin tentang matahari mau ngapain? Mau dimakan tuh matahari?" tanya Teiru.

"Kamu aja yang makan sendiri." ucap Len.

"Oh ya Len-kun, sekalian pancung aja tuh karyawan Matahari Departemen Store." ucap Rin.

"Wah, kamu aja sendiri. Terus kita yang di belakang kamu sambil bawa obor." ucap Len.

"Wah wah, mau ngebunuh karyawan Matahari Departement Store. Gua bilangin ah." ucap Teiru tersenyum jahil.

"Bilang, bilang, tau nomornya aja kagak. Gimana mau bilangin?" ucap Rin. Kayaknya Rin udah keki sama dua orang ini.

"Ya udah.. Abaikan percakapan matahari yang tadi. Rin-chan, jawaban nomor 14 apa?" tanya Len.

"Jawabannya ******* (sensor)." ucap Rin. Len dan Teiru (yang sempat dengar) langsung menulis jawaban yang dikasih tahu oleh Rin.

Lalu acara nyontek menyontek berakhir sampai kelompok 2 yang turun ke Lab. Komputer.

.

.

.

=====XX=====

3. Rin x "olahraga pagi" x menjemput

Pada pagi hari di sekolah VocaUtau, sudah banyak yang datang. Itu adalah hari merayakan Hari Pahlawan. Hari yang sangat Rin sukai. Yang paling Rin suka. Saat Rin datang ke sekolah, ia juga bertemu dengan Utaune Nami. Temannya.

"Yo Rin-chan." teriak Nami.

"Yo juga Nami-chan.. Kita datang yang paling pertama." ucap Rin.

"Iya.. Tumben sekali nih." ucap Nami.

"Iya.. Dan tumben si Teiru-kun belum datang. Biasanya dia datang pagi-pagi sekali." ucap Rin.

"Yah, memang dunia selalu berputar." ucap Nami. Rin hanya mengangguk.

Nami dan Rin juga naik ke lantai 3. Tempat SMP 1-3, ruang guru SMP, dan aula.

Setelah naik-naik ke atas, Rin merasa bosan. Lalu ia kembali ke kelasnya. Dan masuk lalu... BINGO! Teiru ada di dalamnya. Sudah Rin duga, tidak mungkin Teiru datang lebih dari jam 06.10. Biasa, anak rajin. Tapi aslinya nggak.

Di sana juga ada Kagene Rei. Sahabatnya Teiru. Karena setiap kali selalu bersama. Peluk-pelukan lah, sampai dikira Rin mereka berdua itu yaoi.

"Eh Teiru-kun, bukannya yang pengibar bendera pakai baju seragam lengkap? Bukan baju olahraga kan?" ucap Rin sambil membaca buku yang dipinjamnya dari perpustakaan.

"Oh iya, Rei-kun, temenin dong ke rumahku." ucap Teiru.

'Tumben gaya bicaranya pake aku kamu, biasa lu gua. Ada angin apa ini?' batin Rin heran.

"Nggak mau. Males. Kakiku bisa karatan nantinya." ucap Rei.

"Gitu yah.. Parah nih.." ucap Teiru melas. Tapi tidak berpengaruh kepada Rei.

"Sekali nggak mau ya tetep nggak mau!" ujar Rei.

"Rese lu!" ucap Teiru.

'Sudah kuduga! Gak bakal satu hari Teiru-kun ngomong aku kamu!' batin Rin.

"Mau kutemanin?" tanya Rin. Tumben baik nih. Biasa gengsian. *dihajar Rin*

"Terserah." ucap Teiru.

"Ya udah, rumah kamu di mana?" tanya Rin.

"Di *****. Tenang, dekat kok sama sekolah ini." ucap Teiru.

"Ya udah." ucap Rin. Lalu mereka berdua berlari.

Mereka berdua berlari, berlari, tiba-tiba ada jurang di depan mereka, lalu mereka ja-

Rin : Woii! Jadi ngaco nih!

Rei : Hai - hai! Salah script..

Back to the storyy..

Mereka berdua berlari, berlari, dan terus berlari. Yang sekarang memimpin ialah Teiru. Rin tidak terlalu jago dalam berlari. Nilai olahraganya juga jelek. 70-an gitu deh. Kalau hoki cuma bisa 80-an. 90-an aja kaga pernah. Kecuali jika nilai itu nilai teori.

'Dodolll! Capek banget! Berapa meter lagi sih! Rumah apa ujung duniaaa?! Jauh amat! Katanya dekat!?' umpat Rin dalam hati.

Teiru pun berhenti di dekat tiang. Berdiri dengan nafas tersengal-sengal. Kecapean mungkin? hahaha, siapa suruh rumahnya jauh. *dihajar Teiru*

'Kecapean ya? Rasain lu.' batin Rin dalam hati. Rin juga sedang berjalan. Capek lari-lari mulu. Kakinya bisa patah.

Akhirnya proses lari, jalan, lari, jalan pun terus terjadi. Sampai pada akhirnya sampai di rumah Teiru. Rin memilih tunggu di depan rumahnya. Tidak baik masuk ke rumah orang. Pikir Rin.

Setelah nunggu bermenit-menit. Belum keluar juga si Teiru. Rin makin capek nunggunya. Lalu orang-orang yang berlalu lalang juga semakin banyak. Rin semakin resah. Dirinya yang berdiri di depan rumah Teiru itu menarik banyak perhatian orang.

'Itu si bangke lama amat sih keluarnya? Apa dia bertelor di dalam? Atau lagi belajar hand-stand?!' batin Rin. Dia mulai panas.

Lalu 3 menit kemudian, Teiru keluar. Sambil lari dengan cepat. Saya ulangi. Dengan cepat.

Rin jadi ketinggalan gara-gara Teiru berlari dengan cepat. Rin lalu mengejarnya sambil berteriak "tunggu" berkali-kali. Tapi Teiru juga tidak mendengarnya. Saat Rin berteriak "tunggu" yang kelima kalinya baru dia menyahut. Dasar congek.

"Ah iya Rin-chan, mau menjemput Nigaito-kun?" tanya Teiru tiba-tiba.

"Terserah kamu." ucap Rin datar. Masih kesal dengan perlakuan Teiru yang seenaknya saja meninggalkannya.

Lalu, Teiru mengetuk pintu belakang rumah Nigaito yang kebetulan berada dekat sana. Nama lengkap Nigaito adalah Shino Nigaito. Dan nama kakaknya adalah Shino Nigaiko. Yah, walaupun nama mereka hampir sama bukan berarti mereka kembar.

"Apa?" tanya Nigaiko sambil memakan donat. Wew, Rin terlihat ngiler. Karena donat itu adalah donat kesukaannya.

"Kamu sudah mau pergi ke sekolah?" tanya Teiru.

'Tumben gaya bicaranya pakai aku-kamu. Ah tidak-tidak, pasti Teiru-kun tidak bisa tahan lama pakai gaya bicara seperti itu. Aku yakin. Sangat-sangat yakin!' batin Rin.

"Belum kok. Masih nonton Rockbob Trianglepants *sensor*." ucap Nigaito. Lalu, Tou-sannya Nigaito datang untuk membuka pintu yang awalnya terkunci itu. Tapi karena pintunya kayak penjara (?) gitu, makanya bisa mengobrol.

"Ayo masuk." ucap Tou-sannya Nigaito. Rin dan Teiru pun masuk.

Rin dan Teiru juga melihat tayangan film Rockbob Trianglepants yang lagi ditonton oleh Nigaito. Yah, filmya lumayan lucu sih.

Kemudian, Okaa-sannya Nigaito pun menyadari ada Rin di belakangnya. Lalu ditawari sebuah brownies coklat. Teiru juga. Walaupun tadi Teiru sempat diketahui hawa keberadaannya. Mungkin Teiru menguasai jurus ninja dari Nurato *sensor*. XD

"Eh? Sudah jam segini? Gawat! Bisa telat nih!" ucap Rin panik.

"Iya-iya,aku juga mau berangkat kok, Rin-san. Jangan panik." ucap Nigaito. Rin hanya mengangguk.

-Di perjalanan-

"Hm.. Apakah kita telat?" tanya Teiru.

"Mungkin iya mungkin tidak." ucap Rin. Lalu suasana berubah menjadi canggung.

"Ah ada anjing. Jangan lari-lari." ucap Rin.

"Iya Rin-san/Rin-chan." ucap Nigaito dan Teiru bersamaan.

"Makanya tadi aku berhenti lari. Karena ada dua faktor, yaitu ada anjing dan aku capek." ucap Teiru. Rin hanya ber'oh' ria.

"Kenapa kau nggak sekalian digigit anjing aja?" ucap Rin.

"Wah.." Teiru tersenyum. "Mau aku mati?"

"Mati aja. Peduli amat." ucap Rin.

Dan perjalanan itu sampai ke sekolah. Dan yang pada akhirnya mereka juga lari-lari.

.

.

.

=====XX=====

4. Rin x Kabel listrik x Kesetrum

Saat sebelum Pelajaran Tambahan untuk Try Out, Rin berjalan ke teras belakang kelas. Menikmati angin yang sejuk karena habis hujan deras. Sebenarnya hujannya belum berhenti, cuma gerimis rintik-rintik. Apakah ini karena faktor tahun baru banyak menyalakan kembang api ke langit, lalu langit balas dendam? Sepertinya tidak, mungkin karena musim hujan. Pikir Rin seperti itu.

Rin juga tidak tenang di sana. Ingin sendiri. Eh banyak yang datang. Padahal Rin ingin menikmati sejuknya angin itu sendirian. Rin mengumpat-umpat mereka dalam hati.

Lalu muncullah, Kagamine Len. Sahabat Rin. Yang lumayan jago debat. Nyolot juga seperti Teiru. Jahil. Sering bertengar dengan Nakajima Gumi. Sering banget. Masalah pulpen lah, kotak pensil lah, buku lah, dan lain-lain. Tapi Rin tidak mau ikut campur ke dalam masalah orang.

"Nee, Len-kun, coba kamu pegang kabel listrik di sana." ucap Rin sambil menunjuk kabel listrik terdekat.

"Oh oke, nih aku pegang ya.." ucap Len lalu memegang kabel listrik tersebut.

"Kesetrum gak?" tanya Rin.

"Nggak tuh." ucap Len sambil membangga-banggakan dirinya. Haduh, biasa. Narsis orangnya.

"Ya iyalah, kaga basah. Coba basah." ucap Rin.

"Kamu coba sendiri saja kalau tanganmu basah." ucap Len. "Tuh ada bekas air hujan yang nempel di ring teras."

"Nggak ah.. malas." ucap Rin. Lah, padahal yang ngajak pegang kabel listrik siapa?

"Jiah. Ampun dah. Yang ngajakin tadi siapa?" tanya Len.

"Aku. Tapi aku gak mau pegang." ucap Rin lalu pergi ke kelas. Takut gurunya sudah masuk ke kelas. Kalau telat, bisa-bisa dihukum dia.

"Jeh. Egois." ucap Len lalu berjalan menuju ke kelas.

Peristiwa itu memang aneh. Sangat aneh pula.

.

.

.

=====XX=====

5. Rin x Banjir x Libur

Hari ini Rin pergi ke sekolahnya, masih hujan rintik-rintik alias gerimis. Tapi masih lebih baik daripada hujan deras kayak semalaman. Sepertinya, tahun-tahun ini mau ngalahin banjir seperti tahun lalu nih.

Rin sedang membuat sarapan. Sambil memakai pakaiannya dan mendengarkan lagu kesukaanya. Dolls. Itu judul lagunya. Kata Rin, lagu itu bagus, sedih pula, dan enak didengar.

Setelah sarapan, Rin diantar oleh Tou-sannya ke sekolahnya. Di jalanan banjir, Rin melihatnya dengan tatapan aneh.

'Banjir-banjir mulu di mana-mana. Kering kek.' batin Rin.

.

.

.

.

In Rin's class...

Dia melihat... Hm, Furuka Mikio dan Sukone Teiru sedang bermain air hujan. Jeh, mereka mau masuk angin kali ya. Udah koridor sekolah becek lagi. Moga-moga kepleset jatuh. Atau mati aja sekalian.

"Jeh! Mikioo! Mesum kau!" teriak Teiru.

'Mesum?' batin Rin.

"Nggak tahu! Fitnah!" teriak Mikio.

"Terus tadi itu apaan?!" teriak Teiru. "Pokoknya Mikio mesum! YAOI!"

Rin bingung karena tidak tahu permasalahan apa yang terjadi. Lebih baik masuk ke kelas (Rei : Aslinya masih di luar kelas) daripada nunggu di sana dan membawa tas seberat besi 100 ton.

"Oh.. di dalam ada CUL-chan juga toh.. Kukira kosong." ucap Rin.

CUL. Anak yang baik, ramah, tapi kadang-kadang jahat. Sering diejek pendek karena dia yang paling pendek di kelas.

"Ah, ohayou Rin-chan." ucap CUL.

"Ohayou CUL-chan." ucap Rin lalu menaruh tasnya.

Lalu Teiru dan Mikio masuk ke kelas.

"Oh, kau pakai sandal jepit?" tanya Rin.

"Ini bukan sandal jepit dodol. Bisa liat kaga sih?" ucap Teiru.

Sandal yang dipakai Teiru memang bukan sandal jepit. Itu sandal yang merek cr*cs itu. Sepertinya Rin tidak bisa membedakan mana sandal jepit sama sandal merek cr*cs itu.

"Oh iya, bukan sandal jepit deh. Hehehehe." ucap Rin cengengesan.

Makin lama, makin banyak yang datang ke kelas. Lalu ada juga yang berbicara tentang banjir.

"Hm, Rin-chan, tolong keluar. Retsu-san mau mengganti pakaian." ucap Teiru.

"Haii." ucap Rin lalu keluar. Teiru dan Yohio berjaga di depan.

"Lama amat sih." ucap Rin kesal.

"Terserah yang makai dong." ucap Teiru.

"Ya udah deh." ucap Rin.

.

.

.

3 menit kemudian..

"Sudah tuh." ucap Teiru. Rin lalu menyelinap masuk.

"Eh, aku belum selesai!" teriak Kyo yang masih mengganti pakaian.

"Eh, gomen, tadi katanya udah. Lagipula aku gak lihat kok." ucap Rin sambil meminum airnya. Lalu Rin berlari keluar lagi.

"Parah kau ya.. Ecchi!" ucap Teiru.

"Aku kaga ecchi! Lagipula, aku juga gak tahu kalau Kyo-san belum selesai mengganti pakaian." ucap Rin.

Setelah acara mengganti pakaian.. Rin pun masuk ke dalam kelas lalu duduk.

"Nee, Rin-san, temani aku." ucap Nigaito tiba-tiba.

"Mau ngapain?" tanya Rin.

"Mau ngasih uang jajan ke Nigaiko-nee." ucap Nigaito.

"Hoo.. Ya sudah." ucap Rin lalu mengikuti Nigaito ke lantai 3 tempat di mana Nigaiko berada.

Rin nggak mengikuti sampai ke lantai 3. Tapi pertengahan lantai 3 dan lantai 2. Dari pertengahan tangga itu, dia bisa melihat Teiru mengobrol dengan... ? Yah, Rin tidak melihat lawan bicaranya. Atau putih-putih-wihihihiiiiiha (?) ? Kayaknya nggak mungkin, ada suara lawan bicaranya, tapi kecil. Makanya Rin tidak bisa mengenal suara tersebut.

Lalu setelah Nigaito turun, Rin langsung meninggalkan Nigaito dan menuju ke arah Teiru. Atau tempat toilet.

Akhirnya, Rin mengetahui Teiru berbicara dengan siapa...

Teiru berbicara dengan...

.

.

.

.

Hantu! #dihajar

Salah! Ralat!

Teiru berbicara dengan Hatsuna Mikuo. Terlihat seperti... er, perebutan sesuatu?

"Gak mau, pokoknya aku duluan!" teriak Teiru.

"Nggak! Aku duluan!" teriak Mikuo.

Sepertinya Rin mengetahui permasalahan yang mereka bicarakan..

.

.

.

.

.

Mereka berebutan ingin ke toilet...

"Aku juga mau ke toilet." ucap Rin datar.

"Nggak.. Pokoknya aku duluan!" teriak Teiru.

Satu kata di benak Rin. Egois.

Lalu Rin menyelip masuk ke dalam tempat toilet untuk menunggu orang di dalam.

Lalu CUL keluar. Sambil berkata, "Gzz, kenapa aku masuk ke toilet bawa buku tulis ya?"

"Ngapain kamu bawa buku tulis?" tanya Rin.

"Makanya itu!" ucap CUL lalu keluar dari toilet. Rin cepat-cepat masuk ke toilet. Teiru ingin masuk, tetapi lebih cepatan Rin.

"Hahahaha, Teiru lambat! Lambat! Hahahaha." ucap Mikuo mengejek Teiru.

"Diam kau!" ucap Teiru.

Lalu, di toilet tengah, Zatsune Miku keluar dari toilet.

"Ah, akhirnya selesai juga ganti pakaiannya." ucap Zatsune. Zatsune pun keluar dari toilet. Teiru buru-buru masuk. Mikuo juga masuk ke toilet sebelahnya.

Lalu saat Rin keluar dari toilet, sudah ada Mikuo. Cepat amat dia ke toilet.

"Teiru lama ih." ucap Mikuo. Lalu menendang pintu toilet Teiru 2 kali.

"Teiru-kun lamaaa, aku tendang nih." ucap Rin sambil menendang pintu toilet Teiru sekali.

Rin cepat-cepat kabur setelah mengetahui Teiru keluar dari toilet.

Di kejauhan, Rin mendengar suara Teiru dan Mikuo seperti ini :

"Eh, kamu yang nendang ya?!" teriak Teiru hendak memukul Mikuo.

"Bu-Bukan aku saja, si Kagarine-chan juga." ucap Mikuo ketakutan.

"Oh, si Rin-chan, mana orangnya?" tanya Teiru. Ngamuk dia.

"Kabur." ucap Mikuo. Lalu Teiru mengejar Rin. Mikuo hanya mengikutinya saja.

.

.

.

In class 6...

"Haah.. Haah.." ucap Rin kecapean.

"Kenapa kamu? Lari-lari gaje." ucap Nigaito. Di sebelahnya ada Gachapoid Ryuuto.

"Tahu nih. Gaje." ucap Ryuuto.

"Rin-chaannnn... Mana kaamuuu?" teriak Teiru.

"Oh, danger." ucap Rin. "Oh ya, ngumpulin buku tugas [1]!"

Rin lalu cepat-cepat mengambil buku tugasnya. Teiru yang sduah sampai di mejanya juga mengambil buku tugasnya.

Lalu mereka berdua berlari untuk siapa yang lebih cepat. Yang menang adalah...

.

.

.

.

Rin.

Teiru kurang cepat. Karena Rin duduknya agak depan. Sedangkan Teiru agak di belakang.

"Yeah! Aku menang." ucap Rin.

Lalu Rin duduk di tempatnya, tiba-tiba ada Len di sampingnya.

"Rin-chan, kamu tahu..." selanjutnya Len berbicara tetapi tidak di dengarkan oleh Rin.

"Belum." Rin asal jawab.

"Eh, kelas 5 sudah berdoa untuk memulai pelajaran tuh. Masa kelas kita belum?" ucap Rin.

"Tau..." ucap Len.

"Weii.. Berdoa dulu." ucap Kazamine Retsu. Wakil ketua kelas. Dia yang memimpin doanya.

.

.

.

.

Setelah berdoa...

"Huft.. Hujannya gak berhenti-henti, eh, kok Len-kun ada di sini? Bukannya di pojok duduknya?" tanya Rin.

"Kamu gak nyadar ya?" tanya Nigaito.

"Nggak.. Aku baru tahu." ucap Rin.

"Dia udah dari tadi di sana." ucap Nigaito. Rin hanya ber oh ria.

Tiba-tiba, Kiyoteru-sensei masuk ke kelas.

"Karena cuacanya hujan terus, maka sekolahnya diliburkan." ucap Kiyoteru-sensei.

"HOREEEEEEEEEEEEEEEEEEEE!" koor semua kelas ( min Nigaito dan Rin)

Nigaito dan Rin sweatdrop melihatnya.

"They a Fu** man." bisik Nigaito kepada Rin. Rin hanyab mengangguk.

Rin lalu mengambil buku tugasnya.

"Di mana buku tugasku?" tanya Rin.

"Nih." ucap Teiru sambil memberikan buku tugasnya Rin.

"Arigatou Teiru-kun." ucap Rin.

"Douita, dan tolong masukin buku tugasku ke dalam tasku dong." ucap Teiru. Rin mengangguk.

Rin lalu berusaha memasukin buku tugasnya ke dalam tas Teiru. Tapi buka resleting tasnya aja susah. Rin berpikir bahwa tas itu tas yang sudah lama sehingga resletingnya susah kebuka.

"Um, Rin-san, permisi, aku ingin mengambil botol minumku." ucap Megurine Luka.

"Sebentar ya.." ucap Rin berusaha memasukkan buku tugasnya ke dalam tas Teiru. Tidak, tidak, bukan usaha untuk membuka resletingnya. Tapi memasukkan bukunya, tasnya kayak bom 1 kg sama kayu-kayu bakar. Isi tasnya kurang banyak! Udah kayak 1 rumah isinya. Padahal pelajaran hari Jumat itu nggak sebanyak itu.

"Teiru-kun, tolong ambilkan botol minumnya Luka." ucap Rin. Lalu Teiru mengambilnya dan memberikannya ke Luka.

"Arigatou Sukone-kun." ucap Luka. Lalu pergi.

Rin lalu turun, lalu mendapatkan banyak orang di sana. Semua kelas dipulangkan.

"Rin-san, mau pulang bareng?" tanya Kyo dan Wil berbarengan.

"Er.. Tidak usah deh. Aku mau nunggu hujannya reda." ucap Rin.

"Baiklah." ucap Wil.

Saat Rin naik ke atas, Nigaiko berbicara sama Rin.

"Rin-chan, lihat Ni-kun tidak?" tanya Nigaiko.

"Nigaito? Dia kalau nggak salah di atas deh." ucap Rin. Lalu pergi ke atas.

.

.

.

Di kelas..

"Nigaito, kamu dicari oleh Nee-sanmu." ucap Rin.

"Eh? Sudah mau pulang? Masa cepat amat. Kan masih hujan." ucap Nigaito sambil memakan bekalnya yang aslinya buat istirahat.

"Nggak tahu deh." ucap Rin.

Lalu Rin berjalan ke tempat Zatsune.

"Nee, Zatsune, kamu nggak pulang?" tanya Rin.

"Belum. Kayaknya di rumahku banjir. Dulu aja banjirnya sampai dada aku." ucap Zatsune.

"Hoo.." ucap Rin. Lalu Rin melihat segerombolan anak laki-laki datang ke kelas dengan pakaian yang agak basah.

'Mereka main hujan?' batin Rin.

.

.

.

Setelah beberapa menit di kelas, beberapa murid juga sudah ada yang pulang. Zatsune pun juga sudah pulang. Dia dijemput oleh bibinya.

"Grr, gimana aku mau pulang nih?" ucap Rin.

"Pulang-pulang saja." ujar Teiru.

"Masalahnya masih hujan, dodol!" ujar Rin.

"Kalau gitu mau aku pinjemin jas hujanku?" tanya Teiru. Nigaito dan Ryuuto mengejek Rin. Perkataan Teiru sempat membuat Rin blushing.

"Ng-nggak usah. Te-terima kasih." ucap Rin sambil blushing.

"Ehem.. Moment RinxTeiru nih." ucap Ryuuto mengejek.

"Di-Diam kau!" ucap Rin.

Lalu Rin keluar sebentar, kemudian Rin melihat Kiyoteru-sensei berada di kelas 4. Rin lalu menyalaminya.

"Kok belum pulang?" tanya Kiyoteru-sensei.

"Masih hujan kan?" ucap Rin.

"Udah nggak tuh! Itu sudah reda." ucap Kiyoteru-sensei.

"Itu pada main-main pleset-plesetan, sensei." ucap Rin menunjuk ke arah Teiru, Mikio, dan yang lainnya main pleset-plesetan di koridor.

"HEI! Kalian ini masih sempat-sempatnya main! Pulang! Pas lagi gak hujan!" teriak Kiyoteru-sensei. Lalu semuanya pada kabur dan mengambil tas mereka masing-masing dan turun ke bawah.

.

.

.

.

Sesampainya di bawah...

"Gila! Ternyata banjir." ucap Rin.

"Nggak terlalu tinggi itu kok." ucap Shion KaIto, yang tiba-tiba berada di samping Rin.

"Oh, Kaito, rumah mu di mana?" tanya Rin.

"Di jalan *******, nomor *****." ucap Kaito.

Lalu Rin berjalan melewati banjir itu, berpegangan pada kayu agar tidak jatuh ke banjir.

"Yaaii, Rin-chan takut air!" teriak Teiru dari kejauhan.

"Nggak kokkk!" balas Rin.

Rin pun berjalan pulang. Bersama Mikio, Ted, dan Kaito. Mungkin sejalan kali.

"Duh, sepatuku menyerap air lagi." kata Kaito.

"Kasihan, aku sih nggak terlalu nyerap air." ucap Rin.

.

.

.

.

Sampai di jalan rumah Rin..

"Kalian ngapain ngikutin akuu?! PERGIII!" teriak Rin kepada mereka.

"Hahahaha, baiklah, kami akan pergi." ucap Ted.

Mereka pun pergi tanpa diketahui Rin. Karena saat Rin menoleh ke belakang, mereka sudah tidak ada. Rin merasa lega.

Lalu kejadian itu adalah kejadian yang tidak diinginkan oleh Rin. Padahal Rin ingin ada pelajaran Komputer. Tapi ternyata sekolah libur. Rin mengumpat dalam hati. Padahal dia juga ingin bersama Teiru...

.

.

.

.

.

.

.

OWARI~

.

.

.

.

.

Rei : Itu beneran kisah nyata. Jadi peran Rin di situ seolah-olah itu adalah saya.

Rin : Baka-Rei, kau membuatku OOC.

Rei : Yah, tidak apa-apa kok.

Rin : Huft.. Terserah kau lah..

[1] : Buku untuk menulis tugas-tugas yang akan dibawa esok hari. Seperti ada PR, atau ada pemberitahuan rapat, upacara, dan lain-lain. Wajib dikumpulkan.

Tanggal kejadian :

No 1 : Jumat, 10 Januari 2014

No 2 : Jumat, 10 Januari 2014

No 3 : Rabu, 13 November 2013

No 4 : Jumat, 10 Januari 2014

No 5 : Jumat, 17 Januari 2014

Rei : Memang nomor 1, 2, dan 4 itu satu hari.

Rin : Cerita ini sampai no 5 dulu. Sepertinya belum tentu complete. Baka-Rei juga nggak tahu.

Rei : Aku kaga bakaaa!

.

.

.

Segala kritikan dan saran akan Rei terima dengan senang hati...

.

.

.

Jangan nge-flame. Tapi kalau mau nge-flame ya sudah deh, itu kan kehendak orang, Rei kaga maksa.

.

.

.

Akhir kata...

.

.

.

Mind to review my story?