PART I

Ketika si Yuuri Shibuya sudah bangkit dari tidurnya setelah menghadapi pertempuran besar dimana ia menggunakan seluruh kekuatannya untuk melawan salah satu inkarnasi great sage
yang terkena kekuatan kegelapan yang menyebabkan seluruh maryoku-nya terkuras habis, ia kemudian melihat di sekeliling kamarnya lalu menatap ke jendela. Mendadak Ken Murata, temannya, dan Shori Shibuya, kakaknya menemuinya setelah mereka membuka pintu.

"Shibuya", Ken memanggil Yuri yang beru saja melihat pemandangan dari jendela istananya.

"Kakak & Murata, mengapa kalian mendadak masuk ke kamarku ?"

"Begini, adik. Kita semua disini sudah melakukan semua apa yang dilakukan untuk mempertahankan Shin-Makkoku. Sekarang saatnya kita kembali ke dimensi kita yang sesungguhnya", ucap Shori sambil memegang pundak adiknya.

"Dengan kata lain, kita akan segera pulang", ucap Ken dengan ekspresi riangnya.

"Kak, bukannya aku masih perlu untuk menjalankan tugasku sebagai seorang raja. Lagipula Wolfram tak akan mau lagi ditinggal sendiri. Begitu pula dengan Greta", Yuuri berkata dengan nada kecewa, mengingat dia belum terlalu banyak menghabiskan waktunya di sekitar daerah istana.

Di luar pintu, seseorang pria yang berseragam biru dengan rambut kuning dan berwajah cantik sedang mendengar apa yang Yuuri, Ken dan Shori bicarakan melalui lubang pintu. Sudah pasti yang sedang mendengar tersebut adalah Wolfram Von Bielefeld, tunangan sekaligus lawan berlatih Yuuri. Mendengar seperti itu, dalam hatinya ia berkata dengan nada yang kesal bercampur kecewa.

'Dasar Yuri! Si lemah itu mau ninggalin gue lagi. Pokoknya untuk sekarang ini aku sebagai tunangannya harus terikat ama gue walau dimanapun juga. Untuk yang ini gue harus bisa ikut ke tempat aslinya biar kedua orangtuanya mau nyetujuin gue ama dia. Kalau masih ditolak, akan kubawa Greta biar mereka mengakui kita', ucapnya dalam hati.

"Baiklah Yuuri. Daripada kita disini ngomongin hal ini kamu banyak ngeluhnya, sekarang kita ke taman. Di sana, para pelayan sudah kusuruh untuk menyiapkan hidangan untuk temanku."

"Tumben kamu bisa menyuruh pelayan istana ini, Murata."

"Sudah, sebaiknya adik cepat ganti pakaian. Kita akan langsung ke sana."

Sesudah Yuuri ganti pakaian, mereka bertiga berjalan menuju taman bunga dimana semua berbagai jenis bunga yang ada di situ tumbuh dengan mekarnya. Tak lama kemudian mereka bertiga melihat semua orang-orang petinggi istana sedang asik menikmati pemandangan tersebut sambil menikmati hidangan yang disediakan oleh pelayan istana. Huber, salah satu petinggi istana membawa serta istri dan anaknya yang masih bayi. Seketika Yuuri menatap wajah Wolfram yang sedang terlihat merencanakan sesuatu.

"Baiklah. Sekarang saya sebagai raja Makoku akan mulai bicara", ucap Yuuri dengan rasa bangganya.
Dibelakang ada kolam yang sedang mengeluarkan semacam gelombang yang terlihat seperti riak air biasa. Padahal Ken dan kakaknya sedang berada di sampingnya. Mereka sedang berencana untuk mendorongnya ke pusaran air tersebut untuk membawa mereka pulang.

"Sekarang saya akan menjelaskan bahwa saya akan segera pul-... Ahhhh!", mendadak Ken dan kakaknya mendorong Yuuri sampai terjatuh ke kolam sekaligus ikut menceburkan diri mereka sendiri.

Seketika saja Wolfram dengan gerakan larinya yang mendadak gesit berhasil mengejar Yuuri yang sedang tercebur bersama Ken dan kakaknya.

Tapi, tiba-tiba awan mendung bercampur kilat dan hujan badai mendatangi tempat di sekitar istana. Semua orang istana kecuali yang berada di kolam tersebut mencari perlindungan.

"Saya sebagai pendeta istana ini tidak tahu mengapa ada yang aneh dengan ini. Saya juga merasa pedang morgif juga akan datang ke sini" ujar Ulrike, pendeta Istana.

Tiba-tiba pedang morgif datang langsung ke Yuuri dan mendadak gelombang langsung menghisap mereka.

"Sepertinya disaat seperti ini kalau mereka dihisap oleh gelombang tersebut akan sangat berbahaya, karena siapa tahu mereka dibawa ke dimensi kegelapan", ucap Gunther dengan nada khawatir.

"Dan sepertinya kita harus segera menolongnya, karena jika tidak bisa membahayakan nyawa yang mulia", ucap Gwendall yang sudah lama menganggap Yuuri sebagai orang terpenting dalam hidupnya.

Tapi sayangnya mereka berempat sudah terhisap ke dalam gelombang tersebut sebelum orang-orang istana menyelamatkan mereka.

"Heika...!", seru Gunther dengan perasaan sedih yang meluap-luap.

"Saya berharap yang mulia beserta tiga orang lainnya selamat dalam perjalannya", ucap Ulrike seraya mendoakan mereka.

"Wolfie, sekarang Greta akan mama urus selagi kamu ikut dengan tunanganmu", ucap Cecilie, ibu dari Wolfram, Gwendal, dan Conrad sambil menggendong Greta yang terus menangis meneriaki kedua orang tua angkatnya itu.

Mendadak cuaca kembali dengan cerah, bersamaan dengan gelombang air di kolam yang semakin mengecil. Seketika semua keadaan menjadi normal.

Disaat itu Yuuri dan dua temannya serta kakaknya sedang dalam perjalanan menuju dimensi. Mereka berharap bisa kembali ke rumah. Tetapi suatu saat apa yang mereka duga bisa saja salah.

Suatu hari, ketika pagi hari dimana matahari pagi sedang menghangati bumi, ini adalah hari yang kesekian di mana Makoto Itou, seorang pemuda biasa yang tidak memiliki kekuatan yang spesial sedang berjalan menuju sekolah setelah menaiki kereta yang mengantarnya hampir menuju wilayah sekolah. Seperti biasa, dia langsung membuka handphone yang terdapat berbagai koleksi gambar-gambar foto pacarnya yang telah ia kencani.

'Nanti pas jam istirahat siang, siapa yang bakal gue kencanin ya ?', gumamnya dalam hati seakan-akan dia benar-benar menjadi seorang playboy ketika ia berhasil meniduri 11 teman perempuannya.

Tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh dari langit dan langsung terjatuh ke atas pohon. Itu adalah Yuri, Shori, Ken, dan Wolfram. Mereka mendarat di atas pohon dengan suara yang cukup mengagetkan siapa pun yang ada disekitarnya.

"Hah, sepertinya aku mendengar sesuatu yang aneh disana", ucap Makoto dengan nada heran karena dia mendengar suara itu dan segera mencari asal mula suara tersebut.

Alangkah terkejutnya ketika yang ia temukan adalah empat orang cowok, dimana salah satunya berwajah cantik seperti perempuan. Makoto pun langsung segera membangunkan mereka walaupun awalnya dia curiga bercampur aneh melihat keempat orang tersebut.

"Tapi kenapa yang satu ini mukanya cukup membuat hatiku seakan-akan tertarik padanya. Sepertinya dia ini seorang perempuan. Apa perlu kucium bibirnya supaya dia bisa terbangun ya?"

Perlahan-lahan Makoto menghadapkan wajahnya lalu dengan segera ia berusaha untuk menciumnya. Tiba-tiba...

Claank...

Sebilah pedang bergaya Eropa hampir mengenai leher Makoto yang langsung membuat bulu kuduk Makoto berdiri saking gemetar menahan rasa takutnya karena ia tidak menyadari kalau yang akan diciumnya ternyata membawa sebilah pedang kemudian satu persatu Yuuri, Ken, dan Shori mendadak bangun setelah sempat pingsan karena jatuh pingsan setelah pendaratan.

"Cih ! Ternyata ada laki-laki pengecut yang sedang berusaha untuk membangkitkan singa dari Makoku rupanya", ketus Wolfram.

"Bu..bu..bukan begitu maksudnya. Saya cuman berusaha membangunkan kalian. Dan ternyata kau seorang cowok", ucapnya sambil melihat penampilannya yang menurutnya mirip seorang tentara perang jaman dulu.

"Baiklah. Sekarang aku bertanya. Apa ini benar-benar tempat kita. Aku merasa tempat ini aneh. Apakah ini dimensi kita ?", tanya Yuuri dengan nada heran.

"Tidak, Yuu-chan. Ini seperti mengingatkan pada game dating-sims yang pernah kakak mainkan. Ini seperti...SCHOOL DAYS", ucap Shori sambil melihat sekeliling lingkungannya yang mengingatkan akan game yang dimainkannya.

"Itu game apa, kakak dari temanku ?", tanya Ken kepada Shori.

"Itu game sejenis dating-sims yang mengajarkan kita untuk lebih perhatian kepada lawan jenis dan..."

"Sudah cukup penjelasannya, kak. Masalahnya kita mau kembali ke tempat kita sesungguhnya. Ini seperti cerminan dari sisi lain."

"Lebih tepatnya, ini dimensi alternatif."

Mendengar apa yang mereka bicarakan membuat Makoto semakin tidak mengerti apa yang mereka maksud. Terlebih lagi, Makoto sempat pula bermimpi dimana dia akan didatangi empat orang yang akan membantunya dalam menyelesaikan masalah yang sedang dia hadapi. Apalagi dalam mimpi ia melihat sesosok monster dalam bentuk dirinya atau pacarnya yang hendak membunuhnya. Akhirnya Makoto dengan nada setengah berani menanyakan mereka berempat.

"Apakah kalian yang bakal ada seperti di mimpiku yang bakal menyelamatkan diriku dari sesosok monster yang menyerupai manusia yang berusaha membunuh diriku."

"Aku rasa kalau kau mati ya itu karena ulahmu sendiri yang suka bermain dengan wanita", ucap Shori dengan nada mengejek karena dia mengingat dia berkali-kali menamatkan game tersebut dimana dia mendapatkan ending dimana Makoto, sebagai tokoh dalam game itu mati mengenaskan karena tindakan cerobohnya dalam memilih pergaulan dengan teman sekelasnya yang saking cerobohnya harus berakhir di tangan kekasihnya sendiri.

"Maaf kalau kakak dari temanku sedikit kasar karena dia kurang bisa mempercayai orang yang baru saja ditemui."

"Tidak apa-apa, justru itu yang sedang aku alami. Sebab hari ini aku merasa seperti ada yang sedang menerorku akhir-akhir ini. Apa kalian mau lihat SMS teror yang ada di HP-ku ?", tanya Makoto sambil memperlihatkan isi ancaman kepada mereka.

"Wah, ini sangat aneh. Aku tak bisa membacanya", keluh Wolfram yang berbeda budaya sehingga melihat perkembangan teknologi saja menjadi cukup asing untuk melihatnya apalagi membacanya.

"Sepertinya itu SMS dari seseorang yang kenal denganmu", ungkap Shori dengan nada serius.

"Wah, kakak benar-benar punya sifat detektif. Tapi apakah itu benar ya ?",tanya Yuuri.

"Masalahnya, kita sekarang berada di lingkungan sekolah. Apalagi kita, Yuuri dan aku, memakai pakaian sekolah yang berbeda. Sedangkan Wolfram memakai seragam yang berbeda, bagaimana biar bisa masuk ke lingkungan sekolahmu ya ?", tanya Ken dengan nada kebingungan.

"Masalah itu sih gampang. Kalian tinggal menyusup ke kamar mandi laki-laki terus kalian coba ambil aja pakaian mereka yang cocok dengan kalian", jawab Makoto sambil memberitahu.

"Terus bagaimana dengan kakak Shibuya. Dia pasti tak akan bisa menyusup ke sekolah."

"Itu nanti gampang untuk masalahnya. Sekarang ayo cepat ke sekolah soalnya aku udah hampir telat", sambil melihat jam yang ada di HP-nya yang hampir menunjukkan jam masuk.

Akhirnya mereka berlari menuju gerbang sekolah. Tetapi Makoto menginstruksikan mereka berempat menuju bagian belakang sekolah yang dimana mereka bisa menuju kamar mandi yang dituju.

Setelah sampai di kelas, Makoto langsung menaruh tas dan menyiapkan segala yang ada sebelum dimulai, tetapi alangkah kagetnya dia begitu melihat dibelakang ternyata mendadak ia melihat Yuuri, Ken, dan Wolfram sudah berganti pakaian. Apalagi semua wajah para teman-teman Makoto, termasuk para perempuan yang berada di kelas itu menatap ke arah seorang murid cowok yang berwajah cantik yang tidak lain adalah Wolfram.

"Ka...ka...ka...kalian !", seru Makoto dengan perasaan gugup.

Kemudian Ken menghampirinya seraya sambil membisikkan sesuatu di telinga Makoto.

"Makoto, kita semua sudah berhasil mendapat pakaian dan kita juga menanyakan dengan orang-orang disini tentang kelasmu. Tinggal kakak dari Shibuya yang sedang dalam mencari baju yang cocok."

'Baiklah', ucap Makoto dalam hatinya.

'Aku heran mengapa semua yang ada di kelas pada memperhatikan kita', gumam Yuuri.

'Sepertinya harus kujaga si Yuuri supaya tidak selingkuh', teriak Wolfram dalam hatinya mengingat di kelas tersebut jumlah murid perempuan cukup banyak.

'Keliatannya gue bisa nyari cewek cantik disini', ucap Ken dalam hatinya.

Tiba-tiba seorang guru masuk ke dalam ruangan. Ketika masuk seperti biasa semua memberi hormat. Begitu selesai memberi salam, guru tersebut memeriksa daftar murid-murid. Tetapi guru tersebut melihat ada tiga murid yang duduk di belakang Makoto. Mengingat sifat guru tersebut yang sangat cuek, guru itu langsung memberi materi pelajaran kepada murid-muridnya.

"Keliatannya penyamaran kita berjalan dengan sempurna."

"Tapi, Murata. Sampai kapan kita akan terus berada di sini ?"

"Setidaknya sampai menunggu saat yang tepat."

Ketika bel sekolah berbunyi yang menandakan jamnya untuk istirahat makan siang, Makoto bersama Yuuri, Wolfram, dan Ken bergegas menuju kantin untuk membeli makanan.

Begitu sampai dikantin, alangkah terkejutnya mereka ketika yang sedang menjual makanan dikantin adalah Kak Shori yang telah berhasil menyusup.

"Waaaaa...!",teriak mereka berempat dengan perasaan terkejut melihat muka Shori.

"Silahkan, mau membeli apa ? Yuri !", teriak Shori begitu melihat wajah adiknya ada di depan meja kasirnya.

Dibalik tembok terdapat seseorang gadis yang sedang memantau mereka dari kejauhan. Gadis tersebut sedang melihat muka Makoto dengan tatapan mata yang tak bernyawa sambil membawa sebilah gergaji kayu yang diasahnya.