Jeno bersiap untuk tidur, namun pintu kamarnya terbuka. "Boleh aku tidur denganmu?"
Jeno menyeret langkahnya menuju ranjang. Hari ini sungguh melelahkan baginya. Bayangkan saja, sepuluh jam ia lewati di Sekolah dengan pelajaran eksakta. Belum lagi latihan Handball dan tugas-tugas yang harus ia selesaikan sesampainya di kamar asrama.
Ia menguap lalu meregangkan otot-ototnya yang tegang. Kemudian ia menyibak selimut dan berbaring di kasurnya yang empuk. Jeno tersenyum tipis. Malam ini ia akan tidur nyenyak.
Belum lama ia memejamkan mata, suara pintu yang dibuka terdengar. "Jeno, kau sudah tidur?" Manik Jeno menatap laki-laki bersurai merah dengan malas. "Menurutmu bagaimana?"
Haechan menutup dan mengunci pintunya. Jeno menggeser tubuhnya, memberikan tempat untuk laki-laki itu. "Aku mengantuk tetapi tidak bisa tidur," kata Haechan sambil mengucek matanya yang sudah sayu. "Sejak kapan kau bisa tidur tanpa kupeluk, hm?"
Tangan Jeno membungkus tubuh Haechan sesaat setelah Haechan masuk ke dalam selimut. Haechan bergerak-gerak mencari posisi nyaman di dalam pelukan Jeno.
"Boleh aku tidur denganmu?" tanya Haechan dengan suara pelan. Jeno tertawa kecil, kemudian mencium pucuk kepala Haechan. "Tentu saja, ayo tidur Chan. Sudah malam." Haechan mengangguk pelan kemudian memejamkan mata. Begitu pun Jeno.
"Selamat malam, bayi beruang."
"Ya, selamat malam."
