Judul : Apakah?
SubJudul : Mencarimu adalah keputusan yang tepat
Rate : K+
=o=
Hujan. Adalah sesuatu yang membuatku mengingatmu. Saat dimana aku bertemu denganmu. Kamu, yang basah kuyup, melihat ke langit, sambil memeluk dirimu sendiri. Netra biru itu seolang-olah menembus cakrawala yang begitu luas. Hanya kau yang ada disitu, di depan toko yang telah tutup.
Aku, dengan baju yang juga basah, berada di sisi lain. Sambil memandangimu dari jauh. Mencoba menafsirkan apa yang sedang kamu pikirkan? Mencoba menggali mata biru yang sedang menatap awan hitam itu. membuatku tak bergerak sedikitpun. Hanya kamu. Yang mengalihkan duniaku.
Baru kali ini aku merasakannya. Saat semua atensiku tertuju pada satu, yaitu kamu. Tanpa bisa mengurai kata. Hanya bisa memandangmu, dari jauh.
Tiba-tiba kamu menooeh ke arahku. Rambutmu bergoyang seiring dengan gerakan kepalamu, meneteskan bekas hujan yang masih mengalir disana. Mata itu memenadang heran, atau mungkin takut? Aku tidak tahu. Yang kutahu hanya "kamumenatapku."
Jantungku berdetak semakin cepat. Memacu darahku. Memerah. Itulah wajahku.
Sedetik kemudian kamu tersenyum ke arahku.
Sebuah respon yang tak kusangka. Senyum manisnya itu membuat mataku terbelalak kaget. Bagaimana mungkin wanita yang baru saja kamu kenal, tiba-tiba tersenyum kepadamu. Tak mungkinkan? Atau sebenarnya kamusedang berusaha ramah kepadaku.
"Doumu," sepatah kata itu lolos dari kedua bibirku.
Sebuah kata yang telah menyambung obrolan untukku. Membuatku lebih mengenalmu. Terlepas dari obrolan itu yang begitu kaku. Tapi, aku begitu menikmatinya. Aku berani bertaruh bahwa inilah hari terbaik selama 21 tahun aku hidup di dunkamuini.
Kami terus mengobrol mengenai sesuatu yang ringan. Tentang kegiatan masing-masing, dan baru kuketahui ternyata kamusatu sekolah denganku, hanya saja kamubelajar di jurusan kesehatan. Jauh sekali letaknya dari fakultasku, fakultas teknik.
Saat kutanya mengenai rumahnya, kamutidak menjawab. Kamuhanya mengalihkan pembicaraan. Mungkin masih terlalu cepat bagiku untuk menanyakan hal-hal pribadi kepadanya. Karena itu aku meminta akun medkamusosialnya. Mungkin dengan begitu aku bisa lebih mengenalnya melalui kegiatan stalker.
Tapi kamu menjawab bahwa kamut idak memiliki media sosial. Jadi kamu tidak memberikan data pribadi apapun untuk mengenalmu. Yang aku tahu kamu bernama Tetsuna. Berambut biru panjang, dengan bibir tipis berwarna merah alami, tanpa kosmetik apapun. Ya, hanya itu.
Setelah kejadian itu, awan kembali membuka dirinya untuk cahaya matahari. Patah-patah garis cahaya matahari mulai menerangi pandanganku. Telrihat tetes demi tetes berjatuhan dari pohon, atap, lampu, atau benda tinggi lainnya. Menggambarkan kedamaian yang tersimpan setelah hujan. Seperti suasana hatiku pada saat itu.
Tapi kemudian kamu pamit untuk pulang. Aku pun menawarkan diri untuk mengantarnmu pulang, karena kurasa kamu sudah menggigil, jadi akan lebih baik jika kamu segera sampai rumah dan menghangatkan diri.
Tapi kamu menolak tawaranku. Kamu berkata rumahmu dekat dari sini. Setelah aku mendapat tolakan atas penawaranku yang sedikit memaksa akhirnya aku pun menyerah. Aku pun tidak jadi mengantarmu. Aku tidak bisa mengetahui rumahmu.
Hari itu kini hanyalah sebuah memori. Aku seringkali pergi ke fakultas kesehatan, yaitu kedokteran, farmasi, keperawatan. Tapi aku tak pernah menemukan dirimu.
Tapi aku tak menyerah. Disela-sela kegiatan kuliahku aku akan menyempatkan diriku untuk mencari dirimu. Tapi sampai sekarang –setelah sebulan kejadian itu- aku tak kunjung melihatmu, sebenarnya dimana kamu?
