Kingdom Hearts
Disclaimer : Square Enix & Disney
Rating : T
Pairing : Akuroku, RiSo, VanVen
Warning : AU
A/N : Inspirasi dari lagu Hitobashira Alice
"Verxaruix" adalah sebuah tempat dimana hanya seseorang yang memiliki imajinasi tinggi yang dapat memasukinya. Tempat ini tercipta menurut imajinasimu, dimana terpisah dengan dunia nyata menuju dimensi lain..
"mari kita mulai cerita ini?"
-XxX-
'Dunia ini adalah dunia yang selalu berganti. Dan kau akan kebingungan pada setiap perubahan yang ada'
Dalam suatu tempat, aku melihat berbagai peristiwa. Seorang pangeran disebuah kerajaan yang gila akan kekuasaan dan membunuh setiap orang yang berani datang ke daerah kekuasaannya. Seorang putri yang selalu membanggakan dirinya sendiri dan disenangi oleh banyak pria. Seorang Pria yang memiliki suara seperti malaikat yang selalu bernyanyi ditengah keramaian. Dan sepasang kembar yang datang kesana dan tidak pernah kembali lagi.
Tempat pertama dimana seorang pangeran mengurung dirinya sendiri, ia selalu melihat ke arah luar istana. Melihat apakah ada orang yang datang kedaerahnya. Dan bila orang tersebut sampai menginjakkan kakinya ditempat teritorialnya, ia tak segan-segan akan membunuhnya.
Tempat kedua dimana seorang putri yang terlahir dengan kecantikan yang luar biasa, tak ada wanita lain yang dapat menandinginya. Ia hidup bersama beberapa pengawal yang ternyata mencintainya, dan berakhir dengan pembunuhan demi merebutkan putri tersebut.
Tempat ketiga dimana seorang Pria yang memiliki suara yang sangat indah, ia terus bernyanyi ditengah kerumunan orang. Semua orang memuji akan suaranya yang mampu memikat mereka semua, hingga seseorang datang dan mengacaukan segalanya.
Terakhir, adalah tempat dimana sepasang kembar yang datang dan tidak pernah kembali lagi. Mereka tidak menemukan seseorang didalam dunia mereka, hingga sang kakak pun melakukan dosa terbesar terhadap adiknya.
Dan ini adalah tempatku berada, tempat yang terhubung dengan segala tempat mereka.
-XxX-
"Roxas, bangun!" seseorang menggoyangkan badanku dengan lembut, berharap agar aku dapat bangun di tengah musim dingin ini.
Adikku, Namine menyuruhku untuk bangun "lima menit lagi"
"Moo..kau sudah berkata lebih dari 5 kali, Roxas. Sudah 25 menit kau tidur. Dan sekarang saatnya kau bangun. B-A-N-G-U-N!" ia menarik selimutku hingga ia dapat melihat beberapa kancing piyamaku yang terlepas. Aku selalu membuka beberapa kancing piyamaku, sebuah kebiasaan. Aneh, tapi itu nyata.
Wajah Namine sedikit memerah, angin berhembus dan aku segera menarik lagi selimutku
"Kau mau membuatku masuk angin, Namine? Kau membuka jendela lebar-lebar dan menarik selimutku" nadaku sedikit marah, aku benci dibangunkan pagi-pagi
"Maaf.. tapi sudah saatnya kau bangun, kau tahu? Kau sudah tidur semakin lama akhir-akhir ini" kemudian ia duduk disebelahku "apakah kau ke tempat 'itu' lagi?"
Aku segera duduk dan mengancingkan kembali piyamaku, aku menceritakannya kepada Namine, tentang mimpiku itu. Dan dia percaya padaku. Namine hanyalah satu-satunya saudara yang dapat mengerti bagaimana perasaanku, saat aku bercerita pada yang lain. Semua menertawakanku, hanya Namine-lah yang mempercayaiku.
Aku tersenyum senang padanya "Hari ini aku melihat wujud pangeran di tempat pertama itu, Namine. Mungkin kau tidak percaya, tapi warna rambutnya merah! Dan dia sangat tampan" kataku bersemangat
Namine memegang tanganku, kepalanya tertunduk kebawah "Roxas.. apakah suatu hari nanti, kau akan pergi kesana untuk selamnya? Dan tidak akan kembali lagi?" aku yakin ia bertanya dengan perasaan yang sedih.
Aku hanya menghela nafas, menutup mataku "No one would miss me anyway"
"I will!" Wajah Namine segara terangkat dan memandang wajahku
"..." aku hanya terdiam sesaat "Kau tahu? Ayah maupun Ibu sama sekali tidak peduli denganku. Aku gagal sebagai seorang kakak dan hampir mencelakakanmu, mereka sudah tidak lagi percaya padaku. Bila aku matipun, mereka tidak akan peduli lagi"
"Tapi itu bukan sepenuhnya kesalahanmu, Roxas! Aku mengajakmu bermain hingga kau lupa untuk mengunci pintu. Dan ketika itu, mereka datang dan..dan.." Wajah Namine sedikit ketakutan, tubuhnya bergetar
Aku mengusap kepalanya "kau tidak usah mengingatnya lagi. Aku gagal untuk melindungimu, mereka hampir saja membunuhmu bila Cloud-nii tidak datang pada saat itu"
"Tapi-!"
"Jangan bahas masalah itu lagi, Namine! Sudah cukup.." aku sedikit berteriak padanya. Wajahnya sedikit kaget, tak lama ia terdiam.
Setelah beberapa menit kami terdiam tanpa suara, akhirnya Namine mulai berbicara lagi padaku
"Bagaimana dengan dunia yang kau sebut itu, Roxas?" Ia bertanya padaku pelan, takut amarahku melonjak lagi.
Aku tersenyum padanya "Verxaruix, dunia yang diciptakan oleh berbagai imajinasi. Kau tidak akan pernah bisa melangkah kesana bila tingkat imajinasimu tidak tingggi, Namine. Aku bertemu dengan beberapa orang disana. Tapi aku tidak sempat menanyakan nama mereka"
"Itu berarti..aku tidak akan pernah menemukanmu, Roxas" ia berkata dengan pelan, aku tidak dapat mendengarnya
"Apa yang kau katakan, Namine? Aku tidak bisa mendengarnya"
Tapi ia hanya tersenyum "bukan apa-apa" akhirnya ia berdiri dan menutup jendela "ayo kita kebawah, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu"
Kehidupan yang membosankan seperti biasanya, tak ada perhatian dari manapun kecuali Namine. Ayah dan Ibu selalu menganggapku seolah aku tidak pernah ada. Cloud-nii selalu sibuk dengan pekerjaannya dan ia jarang sekali pulang kerumah.
Teman-temanku menganggapku aneh karena mimpi yang aku ceritakan pada mereka. Dunia sungguh membosankan. Aku ingin pergi ke dalam mimpiku itu, selamanya. Tidak usah kembali lagi, tidak usah menderita seperti ini lagi.
Setiap hari aku berjalan menuju rumah dengan kesunyian. Walaupun syal pemberian Namine membuatku sedikit hangat. Tapi aku tidak memiliki kehangatan dihatiku sama sekali.
Dan saat itu tiba. Saat dimana permohonanku mungkin akan terkabul. Aku tertidur seperti biasanya, namun ada sesuatu yang berbeda. Aku berada didalam sebuah tempat yang sama sekali tidak kuketahui.
Hanya terdapat sebuah lantai kaca dengan banyak pilar disampingnya, dan tepat di ujung, terdapat sebuah pintu dengan seseorang yang menunggu pintu tersebut.
Sosok bayangan tersebut berkata kepadaku, ia menggunakan jubah hitam yang menutupi wajahnya, aku hanya dapat mendengar suaranya saja "Apakah kau yakin akan pergi ke dunia ini? Kau mungkin tidak akan pernah kembali lagi ke duniamu"
Aku mengangguk "tidak ada hal menarik diduniaku, lagipula" jawabku singkat kepadanya
"Kalau begitu, silahkan memasuki pintu ini dan kau tidak akan pernah kembali lagi dari dunia Verxaruix"
Lalu sosok itu pun menghilang, meninggalkanku seorang diri. Aku sudah membuat keputusan dan aku akan pergi... ke tempat dimana seharusnya aku berada.
-XxX-
"Shall we begin our story then?"
Pepohonan rindang dan rerumputan terlihat olehku ketika aku membuka mata. Sebuah kerajaan berada tak jauh dari sini. Aku bisa melihatnya dari sini. Seingat mimpiku, ini seharusnya adalah tempat kedua, dimana seorang putri yang membanggakan kecantikannya.
-XxX-
Aku adalah seorang putri yang paling cantik di tempat ini. Tak ada seorangpun yang bisa menandingin kehadiranku. Kecantikanku adalah mutlak. Semua pria pasti terpikat olehku. Aku menjadikan mereka budakku! Tak ada seorangpun yang akan menodai kecantikanku ini. Aku akan menggunakan mereka, haha.. para pria yang bodoh.
Kudengar seseorang pendatang datang ke sekitar daerah sini. Ia datang ke tempat ini, aku melihatnya. Kami berpapasan saat di tengah kota. Mata kami bertemu.
Tapi mengapa? Mengapa ia tidak langsung datang padaku? Kenapa ia pergi begitu saja? Bukankah seharusnya ia tertarik akan kecantikanku?
"Siapapun! Bawa laki-laki kecil yang kita temui pada saat di kota itu kemari! Kalian yang berhasil mendapatkannya duluan akan mendapat cintaku!"
'Cinta seorang putri Kairi?'
'Tidak mungkin, itu milikku! Aku akan segera menemukan pria itu'
'tidak bisa! Aku duluan yang akan menemukannya!'
Dan mereka semuapun bertengkar disana, memperebutkan antara siapa yang akan pergi duluan. Hingga seseorang mengeluarkan pedangnya dan menusuk salah seorang yang berada disana. Melihat tindakan itu, yang lainnya pun melakukan hal yang sama.
"Bodoh! Kenapa kalian malah bertarung! Kuminta kalian membawa laki-laki itu!"
Tapi omongannya sama sekali tidak dihiraukan, para pria yang berada di istana itu tetap saling membunuh, seperti sebuah melodi kematian yang terus berputar.
Kairi langsung meninggalkan ruang tengah istana dan menuju ke balkon. Tanpa sadar seseorang menusuknya dari belakang
"Fufu.. kau tidak akan pergi kemanapun, Kairi-hime, kau adalah milikku sampai selama-lamanya"
Mataku terbelalak saat kulihat siapa yang menusukku dari belakang. Saix, dia adalah salah satu pengawal istana. Tubuhku semakin melemah ketika darah makin banyak keluar dari tubuhku.
Tragedi pertama : Putri tersebut pun meninggal karena keserakahan cintanya, ia hanya ingin mendapat cinta dan mempermainkan cinta para pria padanya. Dan tanpa ia sadari, seorang pengawal yang selalu berada disampingnya, menaruh cinta padanya. Istana itupun menjadi terkutuk dan tidak pernah lagi didatangi oleh orang-orang. Tebaran mayat masih berada disana. Orang-orang dari tempat lain menjuluki tempat itu sebagai "Curse of Beauty"
-XxX-
Aku melangkah maju, meninggalkan tempat putri itu. Aku tidak tertarik padanya, meskipun kami sempat bertemu, pangeran yang berada di tempat pertamalah yang menarik hatiku.
Lalu, didunia manakah saat ini?
Tidak ada siapapun disini, tidak ada apapun yang bisa kulihat sepanjang mata memandang. Sebuah kota yang kosong, tidak berpenghuni.
Aku melintasi tempat tersebut secara perhalan. Berharap agar seseorang mungkin berada di tempat ini. Aku terus berjalan hingga menemukan sebuah taman. Terdapat dua orang yang berada disana.
Seseorang berambut hitam sedang menyudutkan seseorang hingga tersudut di sebuah pohon besar. Dan dia sedang menciumnya!
Aku baru sadar, ini adalah tempat keempat, dimana sepasang kembar yang tak pernah kembali. Lalu, dosa yang dilakukan kakak kembarnya itu adalah kecintaannya pada adik kembarnya sendiri.
Aku berusaha bersembunyi, berharap agar mereka tidak menemukanku. Perlahan aku berjalan pergi meninggalkan mereka.
"Hhhnn.. Vanitas.. hentikan, ki..kita tidak—"
"Jangan membantah, aku tahu kalau kau menyukainya juga, Ven"
"Tapi..hubungan kita tidak seharusnya—"
Tapi ia tetap bergerak dan terus melanjutkan aktivitasnya, menghiraukan omongan adiknya itu.
Tragedi kedua : dimana sepasang kembar yang terus terperangkap di dalam dunia ini, dimana sang kakak terus mendesak adiknya melalui cinta tabu yang dimilikinya. Dan hal itu terus berlanjut hingga sang adikpun mulai menyukai kakaknya sendiri, dan mereka hidup berdua di tempat itu.
Setelah aku berhasil meninggalkan mereka, aku bisa mendengar suara teriakannya. Aku tidak bisa melihat jelas wajah mereka. Wajahku sedikit memerah. Kuputuskan untuk terus berjalan ke tempat selanjutnya.
Saat aku memasuki pintu selanjutnya, aku berada di sebuah tempat, sebuah keramaian. Banyak orang yang sedang berkumpul diantara keramaian tersebut. Aku yakin, ini adalah tempat ketiga. Dimana terdapat seorang pria yang memiliki pita suara yang sangat indah.
-XxX-
Aku hidup dan bernyanyi demi dunia. Suaraku mungkin tidak seberapa. Namun, bila suaraku bisa menutupi luka hati mereka yang ditinggalkan oleh orang yang disayangi karena perang, aku akan terus bernyanyi untuk mereka.
Sebagian besar penduduk di tempat ini telah kehilangan seseorang yang berharga bagi mereka karena sebagian orang tersebut diutus untuk maju ke medan perang.
Beberapa bulan kemudian terdengat kabar bahwa mereka semua meninggal. Saat aku mencoba untuk bernyanyi, banyak orang yang berkata bahwa mereka menyukai nyanyianku. Karena itu, aku akan terus bernyanyi.
Saat aku sedang berjalan, menyudahi laguku. Aku bertemu dengan seseorang yang tampaknya sepantaran denganku.
"Heii.. namaku Sora! Aku baru melihatmu disini, apakah kau orang baru?" tanyanya antusias padaku
"Ah.. iya.. namaku Roxas, salam kenal"
Sora tersenyum lebar padaku "Selamat datang di tempat ini" Sora lalu menarik tanganku, membawaku berlari bersamanya
"Ayo, kutunjukkan tempat yang bagus!"
Aku hanya terdiam dan mengangguk. Ia membawaku kesebuah toko dan membeli 2 ice cream
"Untukmu" ia menyodorkan salah satu ice creamnya padaku, sambil menjilat salah satu ice cream miliknya itu
"Uhmm.. thanks" balasku singkat
"Apa kau salah satu pendatang baru di Verxaruix? Aku tidak pernah melihat wajahmu sebelumnya" katanya
Aku kaget dan langsung memandangnya "Apa kau juga..?"
Ia tersenyum padaku "Ya, aku sudah lama datang kemari. Tapi aku bahagia berada disini. Apa alasanmu kemari, Roxas?"
Aku terdiam sejenak "hidupku di dunia sangat membosankan. Sudah beberapa kali aku memimpikan tempat ini. Dan aku berharap agar bisa datang kemari. Dan, keinginanku terkabul"
Sora tersenyum manis "tidak ada seorangpun yang akan merindukanmu, bukan?" katanya. Aku bisa melihat sosok Sora berubah. "Kau tidak dibutuhkan diduniamu, bukan begitu?"
Aku terkejut. Wajah sora dalam sekejab berubah. Wajahnya menatap sinis terhadapku. Apa yang sebenarnya terjadi?
Langkah Sora makin mendekatiku. Aku mundur kebelakang, saat aku yakin beberapa langkah lagi Sora akan menyentuhku, seseorang menariknya.
"Sora!" Pria berambut keperakan menariknya ke belakang, hingga Sora menabrak badan bagian depannya.
"Ri..Riku?" Sora bertanya dengan raut wajah yang kebingungan "Apa.. yang terjadi?"
Aku terdiam sambil melihat mereka berdua. Riku memandang kearahku.
"Maaf bila kau terkejut. Tapi Sora memiliki kutukan didalam dirinya, sesekali ia bisa berubah menjadi orang lain tanpa sepengetahuannya. Untung aku mengikuti kalian. Bila tidak, aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.."
"Apa..maksudmu dengan orang lain?"
"Roxas, maaf!" Sora langsung maju, tepat kedepanku "Beberapa tahun lalu, seseorang datang kemari. Dia tidak menyukai nyanyianku. Lalu, ia mengutukku. Seseorang yang bukan diriku berada di dalam diriku. Dan aku tidak tahu kapan ia keluar"
"Dan sekarang, aku menjadi pengawasnya, anehnya ia hanya akan kembali bila aku menyentuhnya. Di tangan kananku terdapat sebuah tanda kecil sebagai penetral."
Aku hanya mengangguk kecil. Dunia ini sungguh membingungkan.
"Lalu.. apa ada hal yang cari?" tanya Sora padaku
Aku teringat akan tujuan utamaku kemari. Mencari pangeran bermabut merah tersebut.
"Apakah kalian pernah bertemu dengan pangeran berambut merah? Aku sedang mencarinya"
Wajah Sora memucat begitu mendengar perkataanku
"Maksudmu.. pangeran yang hidup demi kekuasaan itu?"
Aku mengangguk pelan, apakah aku salah bertanya pada mereka?
"Kau bisa menemukannya di tempat selanjutnya. Dia mungkin tampak kejam, tapi aku yakin dia hanya kesepian" Riku mengakhiri jawabannya
"Kalau begitu, aku akan pergi sekarang" kataku pada mereka
"Roxas, berhati-hatilah" Sora menepuk pundakku "Kau tidak akan tahu apa yang akan terjadi padamu saat berada disini"
Aku kembali mengangguk "aku mengerti..sampai bertemu lagi, Sora, Riku"
Mereka melambaikan tangan kepadaku yang perlahan meninggalkan mereka. Tempat selanjutnya.. aku bisa bertemu dengannya ditempat selanjutnya, pikirku.
Tragedi ketiga, dimana sang pria yang memiliki suara yang bisa menghibur oranglain ternyata memiliki kutukan yang menimpa dirinya sendiri. Tetapi ia telah memiliki seseorang yang akan selalu berada disisinya sampai akhir kehidupannya.
-XxX-
Aku menguap seperti biasanya, tidak ada hal apapun yang bisa kulakukan seorang diri ditempat ini. Semua orang takut kemari karena julukan aneh, entah apapun itu.
Pangeran yang gila kekuasaan? Julukan macam apa itu! Hanya karena ada orang gila yang sama-sama memiliki rambut merah diluar sana dan membunuh orang yang mau masuk bukan berarti aku dijuluki pangeran yang gila kekuasa, bukan?
Oh man, bagaimana kisah cintaku sekarang? Apa aku akan terus menjomblo sampai akhir hayatku? Shit! Siapa yang mau. Satu-satunya cara adalah menyingkirkan orang gila di depan itu dulu!
Tapi..bagaimana cara menyingkirkannya? Memberinya makanana beracun? Mendorongnya ke jurang? Membuat ia meminum ramuan tertawa hingga ia mati lemas? Arghhh-! Tidak mungkin, bukan?
Aku berjalan keluar istana, secara sembunyi-sembunyi tentunya. Semua orang di istana melarangku untuk pergi ke luar, kecuali Demyx, si tukang kebun yang selalu protes ketika aku tidak bermain dengannya dan Zexion.
Setelah aku berhasil melewati semua penjaga istana secara diam-diam. Aku melihat seseorang yang menarik perhatianku diujung sana. Mataku terpaku melihatnya.
Oh, Damn.. jantungku berdebar. Apa yang sebenarnya terjadi? Tapi, tunggu.. dia dalam bahaya! Aku harus menolongnya..!
-XxX-
Sudah beberapa puluh menit aku berjalan menuju kemari. Sama seperti mimpiku, tak salah lagi. Akhirnya aku menemukannya.
Saat aku hendak memasuki istana tersebut, tiba-tiba seseorang menghalangiku. Rambutnya merah, tetapi ia bukan pangeran yang aku lihat saat berada di mimpiku. Dan, ia membawa senjata.
"Tunggu! A..apa yang ingin kau lakukan?"
Namun ia malah menyerangku. Aku berusaha menghindari serangan miliknya. Namun serangan yang ia lakukan terlalu ganas, membuat lengan dan pipiku tergores oleh luka akibat pisau yang ia bawa.
Aku berusaha lari, menjauh darinya. Menuju sebuah semak-semak yang bisa menutupiku. Heh, menjadi orang pendek tak ada salahnya juga.
Dan tiba-tiba seseorang menarik tanganku, membawaku pergi. Aku hampir berteriak bila ia tidak membaeri aba-aba padaku untuk tetap diam. Aku mengikutinya menuju semak-semak lain.
Ia menggunakan jalan pintas hingga kami terbebas dari orang yang tadi menyerangku itu.
Dan yang membuatku semakin kaget, bahwa ia adalah orang yang aku cari.
"Hei, kau tidak apa-apa? Disini sudah aman"
Aku terdiam, menatap kearahnya "I..iya.. terimakasih telah menolongku" jawabku
Ia tersenyum. Hatiku bergerak cepat ketika ia memandang kearahku.
"Panggil aku Axel. Hmm, aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Siapa namamu?"
"Namaku Roxas.. apakah.. kau adalah pangeran di istana ini?"
Kulihat ia hanya menghela nafas
"Bila yang kau pikirkan menurut gosip orang-orang itu adalah aku, kau benar, tapi fakta itu salah! Aku tidak gila kekuasaan, orang yang menyerangmu tadi itu yang mereka anggap aku!"
Aku tertawa kecil melihat ekspresinya "haha.. aku tahu, aku sering melihatmu"
Pandangannya berubah kebingungan "apa maksudmu?"
"Lupakan saja apa yang barusan aku katakan. Mungkin ini terdengar konyol, tapi aku sering melihatmu dalam mimpiku dan..akhirnya aku menemukanmu"
Ia tersenyum padaku, sambil membawaku menuju istananya
"Jangan berisik ya, kita panjat sama-sama, oke?" katanya sambil membantuku naik ke atas.
Setelah beberapa menit memanjat 4 lantai, oh ya.. 4 lantai.. akhirnya kami sampai di kamarnya, ia menyuruhku untuk duduk di tempat manapun yang aku suka.
Tetapi, ada yang aneh.. sesuatu dalam diriku berkata bahwa ini tidak benar. Tapi apa?
Saat aku mencoba duduk di kasurnya, aku kaget karena yang aku duduki bukanlah sebuah kasur yang empuk, melainkan sebuah peti yang diatasnya dilapisi oleh selimut. Tempatnya agak gelap, sehingga aku tidak menyadari apapun.
Akhirnya Axel-pun kembali. Ia memintaku menunggunya disini.
"A..Axel, apakah tempat ini selalu sunyi?" tanyaku
"Ini adalah lantai 4, ruang privasiku. Tak akan ada orang yang berani untuk datang kemari tanpa seizinku, Roxas"
Perlahan ia mendekat kepadaku. Aku sangat kaget ketika ia mulai mencium leherku. Saat sesuatu benda tajam mulai menusuk leherku, aku segera mendorongnya.
Kulihat leherku sedikit berdarah. Bercak darah berada di tanganku saat aku menempelkan tanganku di leher tersebut. Kini aku melihat kearah Axel. Ia menunjukkan sebuah taring di mulutnya.
Dan aku baru menyadari, bahwa pangeran yang aku lihat didalam mimpiku ternyata seorang vampire.
Tragedi keempat dan kelima : Seorang pangeran dari dunia pertama akhirnya dapat menemukan seseorang yang ia cari selama ini. Ternyata ia menyembunyikan identitasnya sebagai seorang vampire. Dan seorang anak kecil yang tersesat kedalam dunia ini, menjadi tawanannya. Meski hubungan mereka awalnya berjalan tidak lancar, tetapi akhirnya sang pangeran menyadari perasaannya dan menjadikan anak tersebut sebagai seseorang yang berharga baginya, Roxas, hanya akan menjadi miliknya seorang.
"Saa.. who will be the next victim?"
~Owari~
