Seonho menunjuk bukunya dengan pensil.

"Kakak cari dulu jarak bayangan objek dan akomodasi sebelum menghitung panjang bayangan benda." Seonho kini mengalihkan pandangan pada lelaki di hadapannya. "Paham?"

Lelaki di hadapan Seonho mengangguk, lalu beralih menatap Seonho dan tersenyum, "Paham, sedikit ehehe."

Seonho mengambil selembar kertas biru muda dari bindernya, lalu menyerahkan kertas itu pada lelaki yang merupakan teman sekelasnya.

"Kakak kerjakan dulu nomor 4, nanti kuperiksa."

"Oke."

Seonho diam-diam tersenyum saat melihat ketua kelasnya tengah serius mengerjakan soal dari buku detik-detik fisika.

Namanya Lai Guanlin, si ketua kelas yang dianggap seorang boyfriend material oleh para gadis-gadis SMA Sewon. Semua murid dari kelas sepuluh sampai dua belas mengenal Guanlin, bahkan semua guru sampai tukang kebun sekolah mengenalnya. Guanlin itu ketua osis merangkap ketua rohis tahun lalu, juga sebagai atlet kebanggaan sekolah.

Lelaki asal negara tetangga itu bisa diandalkan di sepak bola, bola basket, lompat tinggi, lari, dan masih banyak cabang olahraga yang menjadi bakat Guanlin.

Parasnya rupawan, dengan hidung mancung, kulit putih, dan memiliki kantung mata kehitaman yang merupakan keturunan dari keluarganya. Badan tinggi dan tegap khas atlet juga menjadi poin tambahan. Belum lagi seragamya yang selalu rapi membuat Guanlin benar-benar menjadi idaman satu sekolah.

Tak terkecuali Yoo Seonho yang menjadi teman sekelas Guanlin sejak kelas sepuluh. Jangan bingung mengapa Seonho memanggil Guanlin dengan embel-embel 'Kak', karena Seonho lebih muda setahun dari Guanlin, Guanlin memang harus menjeda sekolahnya setahun. Bukan sengaja, tetapi ia pindah ke Korea Selatan bertepatan dengan pertengahan semester, jadi ia harus menunggu setahun.

Keduanya berteman karena Guanlin dan Seonho berada dalam satu gugus saat mos dulu, lalu keduanya sempat berada di satu organisasi yang sama; Osis saat kelas sepuluh. Guanlin menjadi ketua bidang olahraga, sementara Seonho menduduki tingkat yang lebih tinggi; sekretaris utama osis.

Jika Guanlin berprestasi di non-akademik, maka Seonho lebih cenderungă…ˇatau bahkan fokusă…ˇpada akademik. Seonho menguasai seluruh mata pelajaran wajib jurusan MIPA, juga pelajaran peminatan.

Selalu membawa medali sepulang dari lomba, lebih dari setengahnya adalah medali emas. Itu yang membuatnya terkenal di mata murid dan guru, karena di beberapa upacara hari senin, namanya dipanggil untuk menerima piala maupun medali hasil usahanya.

Tapi Seonho memiliki sedikit teman daripada Guanlin yang memiliki teman hampir di setiap kelas. Sebut saja Seonho introvert. Alasan Seonho bukan takut berteman, tetapi memiliki Samuel sebagai sahabat sudah lebih dari cukup menurutnya.

"Sudah?" tanya Seonho saat melihat Guanlin meletakkan pensilnya.

Guanlin menguap sebelum mengangguk. "Udah kok Ho."

"Kamu ngantuk kak? Tidur aja dulu, nanti kalo aku sudah selesai koreksi, kubangunin kok."

Guanlin tersenyum, lalu bertanya dengan nada penuh semangat, "Serius, Ho?"

Seonho meraih pulpen merahnya, "Iya serius, habis kantung matamu terlihat mengerikan."

Guanlin membaringkan kepalanya menghadap Seonho, ia menggunakan tangannya untuk menjadi alas. "Aku tadi malam ngurus sertifikat untuk SBMPTN, banyak yang harus di-scan."

Setelah itu tidak ada lagi suara. Baik dari Guanlin, maupun Seonho. Guanlin jatuh dalam buaian mimpi, hanya deru nafas teratur yang terdengar darinya. Sedangkan Seonho sedang memfokuskan dirinya untuk mengoreksi pekerjaan Guanlin, beberapa kali Seonho menggoreskan tinta merahnya pada kertas biru. Kurang dari empat menit, Seonho sudah menyelesaikan pekerjaannya.

Senyum di bibir Seonho merekah kala melihat Guanlin yang tertidur. Polos seperti bocah, pikir Seonho.

Kalau begini, mana tega Seonho membangunkan si pangeran sekolah.

.

.

.

"Ayo Ho."

Seonho mengibaskan tangannya, "Duluan aja, aku bisa nunggu Samuel kok."

Sudah lebih dari tiga menit keduanya berdebat, tidak bisa dikatakan berdebat juga sih. Hanya Seonho yang bersikeras untuk menolak ajakan Guanlin, Guanlin mengajak Seonho untuk pergi ke kantin bersama.

Seonho melirik ke arah pintu, disana teman-teman satu genk Guanlin sudah menunggu. Beberapa dari mereka menampakkan wajah kelaparan.

"Teman-temanmu kasihan tuh kak." ujar Seonho sambil menunjuk teman-teman Guanlin menggunakan ekor matanya.

Guanlin lalu berbalik dan berkata dengan nada sedikit berteriak, "Kalian duluan aja, aku bareng Seonho."

Dan mata Seonho langsung membola, "Kak Guanlin!"

Setelah teman-temannya pergi, Guanlin kembali menghadap ke Seonho yang kini berdiri dihadapannya. "Apa?"

"Kamu kenapa sih, kak?"

"Aku? Aku mau ngajak kamu makan, salah?"

"Iya, kakak salah!" jawab Seonho setengah berteriak.

Guanlin menghela nafas sebelum berjalan selangkah mendekat pada Seonho.

"Kalau gitu," Guanlin membasahi bibir bawahnya, "Kalau aku ajak kamu jadian, mau?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Bukannya lanjutin fanfict, aku malah nulis ginian (lol)

Ini ketulis gara-gara curhatan sepupuku yg nembak doinya di kelas pas selesai usbn wkwk.

Ps : Aku kepikiran mau buat fanfict tentang baejin-parkji yg disuruh ngasuh seojun-seoun kl ga ong yg ngasuh sian atau sapa lagi ya?wkwk

Pss : mau kolab ff bareng aku?

Psss : kebiasaan nulis ff pendekku kembali, wkwk

Maaf untuk typo. Dan review?