.

.

Fairy Tail © Hiro Mashima

A Fairy Tail Fanficton

By Serly Scarlet

Title : The Comedian

Rate : T/M

Warning : AU, Typo, Bahasa gaul, dll.

.

.


Prologue


.

.

Malam hari itu, suasana cukup ramai dengan banyak pengunjung di salah satu Café yang ada di kota Magnolia. Sebut saja, namanya adalah Barbara Café.Yang namanya Café selalu identik dengan adanya sebuah panggung sederhana, dan biasanya selalu di isi oleh grup musik lokal yang nantinya akan menampilkan Live Music demi memeriahkan suasana orang-orang yang ada di dalam Café.

Namun anehnya, malam ini orang-orang yang datang berkunjung, entah kenapa mereka justru lebih tertarik memperhatikan panggung kosong. Tidak ada satupun jenis alat musik. Di atas panggung itu hanya ada satu batang tiang warna hitam dengan ukuran 130 cm yang biasa digunakan untuk menaruh sebuah Microphone.

Jika memang malam ini Barbara Café kedatangan bintang tamu seorang penyanyi solo, tetap saja harus ada alat-alat musik, minimal harus ada Piano atau Keyboard untuk mengiringi sebuah lagu. Setelah menunggu beberapa saat, lampu-lampu hias yang menerangi ruang Café perlahan mulai meredup hingga padam— seperti pada saat di dalam Bioskop begitu memulai tayang untuk salah satu Movie terbaru.

Barulah lampu-lampu neon yang menghiasi setiap sudut panggung satu-persatu mulai menyala. Backroud panggung warnah hitam yang tadinya terlihat biasa saja, tiba-tiba menampilkan menampilkan tiga buah kata yang huruf-hurufnya berkilauan dengan panca warna. Tiga buah kata itu bertuliskan Stand Up Comedy.

Terdengarlah suara langkah kaki…

Seseorang melangkah dibalik kegelapan yang meliputi samping kanan panggung itu hingga akhirnya seseorang tersebut menampakan dirinya setelah berhenti tepat di dekat tiang Microphone. Rupanya seorang pria yang masih muda— mungkin masih berusia sekitar 25 tahun.

Pria itu terlihat cukup tampan. Apalagi pakaian Outfit berlapis Blazer warna hitam yang dikenakannya itu menambah kesan yang begitu elegan. Bahkan beberapa wanita ada yang berdecak kagum, merasa gemas, saat memperhatikan sosok yang masih berdiri di atas panggung tersebut.

Tulisan Stand Up Comedy yang dari tadi tampak di permukaan Backroud panggung mulai melenyap, lalu munculah dua buah kata dan tentu saja untuk nama dari bintang tamu yang hadir pada malam hari ini. Dua buah kata itu bertuliskan— Natsu Dragneel.

Baiklah, sekarang semua orang yang ada di dalam Café tahu bahwa pria itu bernama Natsu Dragneel. Sebut saja nama panggilannya adalah Natsu. Saat masih menatap wajah orang-orang di dalam Café yang terlihat samar karena suasana gelap, Natsu pun menyeringaikan tawa kecilnya yang ternyata sungguh manis.

Tidak lama, tangan kananya mulai meraih dan melepaskan Microphone yang tadinya masih menancap di atas tiang. Biasanya seseorang akan terlihat gugup begitu naik ke atas panggung. Namun Natsu justru malah terlihat semakin percaya diri setelah menggenggam alat pengeras suara di tangan kanannya itu.

"Selamat malam semua!" ucapnya yang biasa seperti orang pada umumnya ketika sedang melakukan pembukaan.

"Ya, selamat malam!"

"Pagiiiiii!"

"Malam donk…" Dengan santai, Natsu membenarkan kata sapaan itu. Ia tahu siapa yang mengatakannya dan ternyata salah seorang wanita yang masih terlihat muda dan cantik. Wanita yang sedang dilihatnya berada duduk menempati meja paling depan. Natsu mulai menunjukan tatapannya yang menilai. "Wah, Mbak yang tadi berteriak Pagi ya? Boleh mundur dikit nggak, Mbak?"

"Hah?" Wanita yang ditunjuk pun mulai bingung dengan perintah Natsu barusan.

"Cantiknya kelewatan soalnya," celetuk Natsu yang langsung menunjukan seringain kecilnya.

"Cieeee!" Mereka yang menyaksikan pun mulai bersorak girang.

"Itu Mas—" Natsu kali ini menunjuk seorang pria tua yang kebetulan berada duduk di satu meja berdampingan dengan wanita tersebut. "Ya, Mas yang deket Mbak itu. Boleh munduran dikit gak? Gak cocok soalnya. Aduh…"

"Hahahaha!" tawa mereka tiba-tiba menggelegar.

Baiklah, ini yang dinamakan acara Stand Up Comedy. Suatu acara dimana satu orang berdiri di atas panggung sambil membicarakan tentang hal-hal apa saja yang sifatnya bisa menimbulkan orang-orang sekitar tertawa karena merasa terhibur. Dan malam ini, Natsu sedang mencoba menghibur orang-orang yang ada di dalam Barbara Café.

"Perkenalkan, nama gue Natsu Dragneel. Gue lulusan Kampus Negri St. Vermilion, dan gue adalah salah satu dari anggota Komunitas Stand Up Alvarez," Natsu sedang memperkenalkan dirinya lagi agar mereka lebih mengenal siapa dirinya. "Senang sekali rasanya karena bisa tampil di Barbara Café, salah satu Café terbaik dan terfavorit yang ada di koka Magnolia. Silahkan boleh tepuk tangan..."

Kprok! Kprok! Kprok! Mendengar pujian itu, mereka pun memberikan Aplauss untuk Natsu.

"Luar biasa ya? Luar biasa menjilat saya…" Celetuk lagi Natsu dengan tawanya yang pelan.

"Hahahaha!"

"Karena di Café lain gue juga bilang kaya gitu. Jadi gak usah terlalu seneng, biasa aja..." lanjutnya disela-sela tawa mereka.

"Hahahaha!"

"Mmm. Coba disini yang masih sekolah boleh tepuk tangan?"

Kprok! Kprok! Kprok! Yang melakukan Aplauss, tentu saja mereka-mereka yang merasa masih sekolah.

"Ngapain kalian?!" Natsu tiba-tiba terlihat serius.

"Hahahaha!" Mereka justru malah tertawa melihat keseriusannya.

"Orang tua mahal-mahal bayar sekolah buat kalian biar jadi orang sukses!" lanjutnya yang sedikit memberikan teguran, meskipun pada dasarnya Natsu memang sedang bercanda. "Ini malah jadi penonton! Gak bagus…" Natsu terkekeh.

"Hahahaha!"

Kprok! Kprok! Kprok!

Natsu membiarkan mereka tertawa puas sambil melakulan Aplauss untuknya. Tepuk tangan yang diiringin dengan tawa itu pun perlahan mulai surut. Natsu kembali mengangkat Microphone yang ada dalam genggaman tangan kanannya untuk melanjutkan topik pembicaraannya.

"Terus terang aja nih karena banyak anak sekolah disini, bukannya gue sombong, tapi dulu gini-gini gue lulusan dari SMA favorit."

"Weeeeiissss!"

"Mantap!"

"Favorit keluarga ya…"

"Hahahaha!"

"Dipilih bukan karena terbaik ya, tapi harganya terjangkau aja…"

"Hahahaha!"

"Tapi jujur, sebelum gue ngomongin masa-masa SMA, gue bakal ngomongin saat masa-masa terindah gue waktu masih kecil. Salah satunya main Layangan… Buat gue bermain Layangan itu salah satu permainan yang paling bonafit." Natsu berhenti sejenak, melihat reaksi mereka yang mulai penasaran dengan cerita masa kecilnya, lalu melanjutkan ceritanya lagi. "Modalnya gede loh. Kalo gak percaya coba kalian hitung. Harga Layangan berapa? Paling 1000, iya'kan?"

"Yaaa…"

"Kita beli, kita terbangin. Kalo talinya putus, kita kejar, terus Ketabrak Motor."

"Hahahaha!"

"Berobatnya bisa sampai setengah juta itu!"

"Hahahaha!"

"Tapi yang paling seru dari main Layangan emang pas ngejarnya, gitu." Jelasnya sambil melakukan gerakan tangan. "Kalo ngejarnya berdua pas dapet biasanya hasilnya dibagi dua tuh. Loe Layangan-nya, gue Benang-nya."

"Hahahaha!"

"Yang paling gak enak kalau ada Layangan putus yang ngejar bertiga, gitu. Pas dapet, loe Layangan-nya gue Benang-nya. Yang satunya lagi complain— 'Gue apanya Nat?' terus gue jawab, 'Loe yang ketabrak motornya lah! Inisiatif donk!"

"Hahahaha!"

Kprok! Kprok! Kprok!

Gara-gara cerita masa kecilnya itu, lagi-lagi Natsu berhasil membuat mereka terhibur. Mereka yang menyaksikan terus terwa dan bertepuk tangan untuknya. Sampai akhirnya suasana terasa hening kembali, Natsu segera melanjutkan cerita pengalaman masa-masa terindahnya.

"Gue main Layangan tu dari kecil. Dari SD, SMP, berhenti-berhenti pas SMA, karena waktu di SMA banyak cewek-cewek cantik. Jadi, dari pada main Layangan mendingan main Cewek ya?"

"Hahahaha!"

"Iyalah! Dulu kelakuan gue waktu di SMA kaya gitu, semua cewek gue mainin." Natsu mulai melakukan Act Out yang tidak lebih dari memperagakan apa yang sedang dia katakan. "Nih, ada cewek nih. Gue samperin, gue tali'in—"

"Hahahaha!"

"Gue terbangin! Hahaha…" lanjutnya yang diakhiri dengan tawa.

"Hahahaha!"

Kprok! Kprok! Kprok!

"Dadah sayang… Jangan putus ya?! Aku cape ketabrak motor melulu! Hahaha…"

"Hahahaha!"

"Tapi masa-masa sekolah juga masa-masa yang indah buat gue. Gini-gini waktu sekolah gue tuh bandel banget. Tapi gara-gara gue bandel, gue bisa pupuler di sekolah. Gue bisa punya banyak temen— buat ngejar Layangan. Hahaha…"

"Hahahaha!"

"Nggak, nggak, nggak! Buat temen main… Cuma gak enaknya pas ulang tahun, karena semua yang kenal sama gue pasti minta traktir. Iya nggak? Mending kalau kenalnya udah lama, udah pernah susah seneng bareng, gak apa-apa deh. Kalau misalnya gue lagi ulang tahun, kalau gue punya duit. Jangankan traktir, traktor juga gue beli'in."

"Hahahaha!"

"Yang ngeselin, kadang ada yang sehari dua hari baru kenal pas gue ulang tahun ikutan minta traktir juga! 'Nat, lagi ulang tahun ya? Teraktiran dong', terus gue jawab, 'Lah, kontribusi hidup loe buat gue apa, Njir?!"

"Hahahaha!"

Kprok! Kprok! Kprok!

"Baru kenal sehari dua hari minta traktir, kan ngeselin gitu! Sama ngeselinnya kaya tukang parkir di Minimarket."

"Hahahaha!"

"Gue baru parkir motor semenit udah minta duit 2000! Padahal kalau gue pikir-pikir, kontribusi dia buat motor gue apa itu?! Emang motor gue ulang tahun?!"

"Hahahaha!"

"Terus gak enaknya lagi nih. Semakin kita populer di sekolah, pas ulang tahun, semakin abis kita dikerjain. Kaya waktu itu gue lagi ulang tahun dilemparin telor, dilemparin terigu, dilolesin mentega. Gue lagi ulang tahun bukan jadi seneng, malah jadi adonan!"

"Hahahaha!"

"Tapi ada yang lebih parah lagi. Temen gue waktu itu lagi ulang tahun dilemparin telor, dilemparin terigu. Terus apa coba yang paling parah? Disiram pake air comberan!"

"Hahahaha!"

"Jadi pulang-pulang badannya dekil, kotor, bau, kaya orang gila tahu."

"Hahahaha!"

"Makanya gara-gara kejadian itu gue jadi curiga gitu. Jangan-jangan orang gila yang selama ini kita lihat dipinggir jalan, itu nggak gila. Lagi ulang tahun aja itu kayanya."

"Hahahaha!"

Kprok! Kprok! Kprok!

"Gak ada yang tahukan? Makanya kalau kalian ketemu orang gila dipinggir jalan, sekali-sekali tanya deh."

"Hahahaha!"

"Iya, coba aja. Misalnya ada orang gila dipinggir jalan nih, loe tanya— 'Bang, lagi ulang tahun ya? Teraktiran donk!'"

"Hahahaha!"

"Paling orang gila itu nyaut, 'Lah, kontribusi hidup loe buat gue apa, Njir?!"

"Hahahaha!"

Kprok! Kprok! Kprok!

"Terima kasih, gue Natsu, selamat malam." Natsu pun menutup penampilannya.

Kprok! Kprok! Kprok!

Natsu telah menutup penampilannya…

.

.

.

Di Barbara Café, selain tempat untuk melakukan acara makan, rupanya disediakan juga tempat khusus untuk mereka yang suka minum-minum bersama. Entah itu sedang melakukan perayaan kecil-kecilan atau apapun itu. Yang pasti suasana di sekitar tempat itu tercium bau Alkohol.

Salah satu dari mereka adalah Natsu yang ternyata sedari tadi sedang sendirian. Setelah selesai tampil di atas panggung satu jam yang lalu, Natsu lebih memilih untuk duduk santai di atas kursi sambil meletakan lengan kirinya di atas meja Bartender. Di tangan kanannya sudah ada satu gelas ukuran kecil yang tentu saja sudah terisi dengan takarannya untuk salah satu jenis minuman keras bernama Tequila.

Tidak lama, Natsu perlahan mengangkat sebelah alisnya. Setiap orang pasti memiliki instingnya tersendiri, bukan? Insting yang bisa merasakan ketika ada seseorang yang keberadaannya tahu-tahu sudah ada dibelakang.

Begitu juga dengan Natsu yang akhirnya menoleh untuk melihat siapa orang yang sedang berdiri dibelakangnya itu. Rupanya seorang wanita dengan rambut pirang. Natsu tahu betul siapa wanita tersebut. Tanpa basa-basi, wanita pirang itu langsung mengisi kursi kosong yang kebetulan bersebelahan dengan Natsu.

"Eh, Nat. Open Mic loe malam ini keren banget sumpah!"

"Emang tadi loe liat penampilan gue, Lu?"

"Nggak," jawabnya singkat, membuat mata onyx yang dimiliki Natsu berputar dengan singkat, gadis itu pun tersenyum. "Gue liat kok Nat. Sebagai Sahabat, gak mungkin gue ingkar janji dan ngelewatin gitu aja penampilan Stand Up loe yang cuma seminggu sekali. Oh ya, tadi gue dateng pas banget loe mulai Open Mic."

"Hehe…" Natsu terkekeh. "Makasih Lu,"

"Eh, temen-temen Komunitas loe mana Nat?" tanya wanita itu setelah menyadari kalau, mereka yang duduk berderat disebelah kiri Natsu, hanyalah orang-orang asing. "Biasanya itu anak-anak selalu lengket ngikutin kemana loe manggung. Minimal ada satu atau dua orang dari temen loe yang ikutan tampil buat jadi Opener sebelum loe naik ke atas panggung."

"Oh, masalah itu— tadi sore anak-anak Komunitas sempet izin ke gue katanya malam ini ada rencana buat ngisi acara Open Mic di Café lain. Masalah bohong atau nggaknya gue gak tahu." Jelas Natsu dan tidak lama dia mulai meneguk sedikit Tequila yang sedari tadi masih belum diminum olehnya. Setelah menikmati rasa dari minuman keras itu, Natsu kembali menatap wanita itu. "Oh ya, Lu. Selama ini loe kan selalu bilang suka sama penampilan gue. Padahal loe pernah liat temen-temen Komunitas yang biasa ikut sama gue dan mereka juga waktu itu jadi Opener. Nah, menurut loe gumana penamilan mereka Lu?"

"Yah, lumayanlah… Meskipun yang gue rasa, selera Joke temen-temen loe itu pada garing tahu. Belum lagi pas waktu tampil di Old City Café. Dalam hati tuh, Nat. Gue bilang, Apaan sih?! Ya, sebagai orang yang paling tahu dunia Stand Up Comedy, loe juga pasti bakal bilang kalau Premis mereka pada gak jelas…"

"Hahaha!" Setelah mendengar ucapan panjang lebar yang diakhiri dengan kalimat persuasive itu, Natsu langsung tertawa puas.

"Kenapa loe malah ketawa, Nat?" Sedangkan wanita pirang yang masih mendampinginya malah terheran sambil menaikan sebelah alis.

"Gak apa-apa Lu." Perlahan, tawa Natsu pun mulai surut. "Lu, ini hanya sekedar saran dari gue aja sih. Mendingan loe ikut gabung sama gue ke Komunitas Stand Up Alvarez. Itu juga kalau loe tertarik buat jadi seorang Stand Up Comedian kaya gue, meskipun sampai sekarang gue masih belum kepikiran buat rencana bikin Tour sendiri supaya kedepannya nanti bisa tampil Open Mic diluar daerah."

"Pengen sih, tapi—" Ujarnya yang sedikit pesimis. "Gue masih ngerasa kalau gue sama sekali gak ada bakat buat jadi seorang Stand Up Comedian."

"Lah, Lu. Belum juga nyoba." Bujuk Natsu. "Menurut gue sih, saat tadi denger loe ngomongin temen-temen Komunitas, loe kayanya ada bakat deh buat jadi seorang Stand Up Comedian."

"Ya sorry, Nat. Gue tadi terkesan kaya ngomongin temen-temen Komunitas loe dari belakang, tapi bukan berarti maksud gue jahat. Ya, emang gue ngeliatnya kaya gitu kok."

"Nggaklah, santai aja Lu. Justru kalau loe ikut Komunitas, loe bakal liat yang lebih parah. Masih mending ngomongin dibelakang gitu ya? Ini ngomong ke orangnya langsung!"

"Serius, Nat?"

"Ya, kalau loe gak percaya Lu. Ya udah, gak apa-apa. Dan kalau loe percaya juga gak akan menimbulkan efek apa-apa sih…"

"Ah, kampret loe Nat!"

"Hahahaha! Jangan baper Lu,"

"Ngomong-ngomong masalah baper nih, Nat. Loe pernah bilang ke gue, seorang Stand Up Comedian gak boleh ada yang namanya sikap baperan. Loe tadi ngajakin gue supaya gabung ke Komunitas Stand Up Alvarez, sedangkan gue sendiri orangnya cukup baperan loh…"

"Ya makan dari itu gue ngajakin loe gabung supaya loe gak gampang baper lagi Lu. Malah gue sempet ngebayangin. Lucy Ashley, adalah salah satu dari seorang Stand Up Comedian cewek yang jago banget dalam hal Roasting."

"Roasting apaan, Nat? Gue baru denger tuh…"

"Lah? Cara tadi loe ngomongin soal temen-temen Komunitas, itu namanya Roasting. Sayangnya loe gak ngomong di depan orangnya langsung, Lu."

"Emang boleh, Nat?"

"Ya bolehlah, respon mereka paling cuma ketawa. Cuman untuk kedepannya loe harus siap-siap aja Lu."

"Maksud loe, Nat? Mereka bakal ngebales semua omongan gue, gitu?"

"Bisa jadi ya, bisa jadi nggak. Atau— mereka nanti bakal berusaha nyari-nyari informasi lebih dalam tentang bagian terjelek dari hidup seorang Lucy Ashley. Kalau mereka udah dapet semua informasinya, seperti yang tadi gue bilang Lu, loe harus siap-siap nerima Roasting dari mereka."

"Serius?!"

"Yupz, biasanya Roasting balik itu bakal lebih PEDIH!"

"Ah, Nat. Jangan nakut-nakutin gue donk…"

"Perasaan gue gak ngomongin tentang film horror deh, Lu."

Tidak ada yang tahu kalau, seorang wanita dengan rambut panjang warna scarlet dari Komunitas Stand Up Alvarez, sedari tadi sedang menyamar dengan memakai topi dan kacamata hitam. Keberadaanya di salah satu meja yang begitu dekat dibelakang mereka berdua. Dan tentu saja wanita scarlet itu sedang mencatat beberapa hal yang menarik dari semua pembicaraan orang-orang sekitar.

"Disini gue lagi nulis tentang kehidupan seseorang, dan ternyata di dunia ini ada juga cewek yang kalau ngomongin orang lain suka persuasive, tapi sendirinya gak mau diomongin orang lain." Bantinnya.

Wanita berambut scarlet itu pun mulai melebarkan senyumnya yang terlihat sinis…

.

.


XXX


Saat bikin Fic ini, aku membayangkan kalau karakter Natsu Dragneel disini adalah Ridwan Remin (Salah seorang Stand Up Comedian terbaik di Indonesia). May be... :D

Baiklah, lupakan.

Harapanku cuma satu ; Semoga kalian suka, :D


.

.