© 'A Crazy Little Thing Called Love'. Tidak mengambil semua cerita keseluruhan drama tersebut. Sedikit versi dari aslinya dan dariku sendiri.

Apabila terdapat kesamaan judul, cast, atau alur cerita dengan fanfic lainnya itu hanya kebetulan semata.

Warning : Boys Love,typo(s), slash.

EXO is not mine. But this whole story idea is mine.


Metode#1— Sebuah kepercayaan.


.

.

When we met for the first time, I knew you are special.

And now you are the most special man in my life.

I am grateful for every moment that I spent with you

.

.

Sudah menjadi kebiasaan keempat orang itu mengunjungi kafe kamong yang terletak tidak jauh dari lingkungan sekolah mereka.

"Baek, kau ingin kue apa?"

Itu Jongdae, sahabatnya yang mempunyai suara merdu ketika bernyanyi, tapi tidak ketika dia berteriak seperti seorang wanita.

"Shortcake."

Baekhyun kembali membaca dan mengapalkan rumus-rumus pelajaran kimia di dalam otaknya, memang ujian masih lama tapi dia harus menjadi juara 1 di kelas.

"Kau membaca buku 'Cara Menjadi Juara Satu.'"

Dan itu Krystal, gadis berambut pirang dengan wajah bulenya. Salah satu seorang gadis yang bersahabat dengan ketiga lelaki mungil, Krystal juga anak pindahan dari California, karena orang tuanya mempunyai pekerjaan di Korea Selatan. Gadis itu memang cantik, tapi ketika kau berteman dengannya mulut gadis itu tak akan lelah berbicara tentang yang berbau gosip.

"Apa yang salah? Bahkan kau tidak mengomentari Kyungsoo yang membaca buku masak."

Baekhyun mendapat tatapan tajam dari lelaki di sebelahnya. Kyungsoo memiliki hobi gemar memasak dan terkadang mereka yang akan menjadi kelinci percobaan resep barunya.

"Ini kuemu, B."

Jongdae menaruh sepiring kue di depan meja Baekhyun dan duduk di sebelahnya.

"Lihat apa yang aku temukan."

Semuanya melirik buku yang berada digenggam Jongdae '5 resep cinta'. Baekhyun memutar bola matanya melihat Jongdae yang begitu semangat dengan buku – buku yang ia temukan, semuanya tentang cinta. Lelaki berwajah kotak itu sedang jatuh cinta pada ketua osis di sekolahnya, Kim Xiumin.

Jongdae tidak pernah menyerah setelah mendapatkan ratusan kali penolakan dari ketua osis itu, Jongdae memang lelaki sejati.

Yang tadinya penasaran dengan buku yang dibawa Jongdae kini memilih menyibukkan diri.

"Kalian tidak tahu saja banyak orang yang berhasil mendapatkan cinta dari panduan buku ini," gumamnya.

Jongdae melirik buku yang sedang Baekhyun baca dan satunya berada dimeja.

"Kau serius mau menjadi juara satu? Dan... belajar bahasa Prancis?"

Dahinya berkerut, ketiga sahabatnya yang tadi tak peduli kini ikut mempertanyakan. Baekhyun tidak biasanya akan serius belajar meraih juara satu, itu bukan hal yang mudah bisa dicapai.

Apalagi mencoba belajar bahasa asing, lelaki itu memang pintar berbahasa Inggris karena itu dia selalu mendapatkan nilai tertinggi di kelas, hanya mata pelajaran itu saja. Yang lainnya dibawah rata-rata.

"Yap. Kau tahu Ayahku seorang desainer di negara Prancis."

Itu bukan pertanyaan, tetapi mereka bertiga tetap mengangguk.

"Ayahku pernah berjanji, 'Nak, jika kamu mendapatkan juara satu. Ayah akan membelikan tiket untukmu ke Prancis untuk menyusulku disana dan belajar di negara menara Eiffel. Maka jadilah juara satu.'"

Baekhyun memperagakan suara Ayahnya ketika menelfonya. Ayahnya yang sudah bertahun-tahun berkerja disana sebagai perancang baju terkenal dan jarang pulang ke tanah airnya. Sesekali pria yang sudah berkepala tiga itu memberi hadiah saat natal atau hari ulang tahunnya.

Malam itu, betapa senangnya ia saat Ayahnya mengatakan itu. Sebuah tekad untuk bertemu Ayahnya mengebu didalam dirinya. Kesempatan itu tidak boleh disia - sia.

Tentu saja, ketiga sahabatnya itu mendukunyanya.

Baekhyun menyuap kue stroberi kedalam mulutnya, terasa manis saat indra perasa itu menyentuh krim stroberi. Baekhyun tersenyum, matanya menatap jalanan.

Seorang pria memakai seragam yang sama dengannya, menaiki motor skuter berhenti tepat di zebra cross. Lekaki itu turun dari motornya, pria bertubuh tinggi itu terasa sangat gentle saat membantu membawakan barang kakek tua.

Tanpa Baekhyun sadari, dia tersenyum hanya melihat kemuliaan pria itu.

"Namanya Park Chanyeol, dari kelas 3-1."

Baekhyun menoleh ke arah Krystal yang tiba – tiba mengatakan nama lelaki itu.

"Aku tidak menanyakan namanya."

"Oh yeah, tapi matamu seakan-akan menelanjanginya."

Pipi Baekhyun bersemu merah. Matanya berahli membaca buku ditangannya, tidak memperdulikan Krystal yang tak berhenti mengejeknya.

Keempat sahabat itu menikmati waktu mereka sampai tidak ingat bahwa langit sudah gelap.

Satu – persatu temannya pamit pulang, meninggalkan Baekhyun yang masih menikmati waktunya di kafe itu.

Dia ingat disela pembicaraan mereka tadi, Jongdae sempat mengatakan metode di buku '5 resep cinta'.

'Metode pertama, pergi ke tempat di mana Anda bisa melihat banyak bintang di langit, Kemudian gunakan jari Anda untuk menggambar garis yang menghubungkan bintang-bintang sebagai singkatan dari idaman Anda.'

Baekhyun terkekeh mengingat ucapan Jongdae, sahabatnya sangat konyol mempercayai buku panduan cinta itu.

Aneh tubuhnya saat ini mengatakan ia harus menulis nama seseorang di bintang tetapi otaknya mengatakan itu sangat konyol untuk dilakukan.

Lagipula mencoba hal konyol tidak ada yang salah 'kan?

Jarinya telunjuk mengarah ke atas dimana sudah ada beberapa bintang menghiasi langit malam.

Senyumnya terlukis di bibir sambil mengumamkan nama lelaki beruntung itu.

'P.C.Y.'

.

.

Ada sebuah kertas dan tinta dihadapaku sekarang.

Tangan ini rasa ingin mengukir namamu,

tapi aku lebih memilih langit dari pada kertas.

Biarkan namamu terukir indah di langit yang indah dan ditemani bintang yang bercahaya, biarkan namamu tersimpan di alam semesta,

agar semua makhluk hidup tahu bahwa namamu yang paling bersinar.

Peek a boo!

Yap. Terakhirannya aku sok puitis banget.

Emang setiap Chapter akan sependek ini. Aku udah nulis sampe 5 Chapter, updatenya setiap buka puasa aja ya tapi gak setiap hari ya. Karena ada beberapa adegan kiss aku gak mau puasa kalian jadi batal. Tapi aku bakal revisi lagi tulisan aku di bab selanjutnya.

I luh ya!

Xoxo,

B