Tiada Yang Mustahil

by: Shin Chunjin

Semua character asli KnB adalah milik Fujimaki Tadatoshi sensei.

Cerita "Tiada Yang Mustahil" adalah milik saya seorang.

Warning alert: typo, ooc, gaje

Enjoy~

Prologue - Author's POV

-Jepang-

Musim semi di Universitas Tokyo dimeriahkan oleh pohon-pohon sakura yang bermekaran. Anggota Kiseki no Sedai telah sepakat untuk bersatu kembali saat kuliah, dengan Universitas Tokyo sebagai tujuannya. Tak hanya anggota Kiseki no Sedai yang terdiri dari Akashi Seijuurou, Kise Ryouta, Aomine Daiki, Midorima Shintarou, dan Murasakibara Atsushi, namun pemain-pemain basket top dari beberapa sekolah yang rutin mengikuti Inter High dan Winter Cup juga menjadi mahasiswa di Universitas Tokyo ini. Singkatnya, semua yang dulu adalah lawan di lapangan basket, menjadi kawan di satu kampus dan tim basket universitas.

Para anggota Kiseki no Sedai itu mengambil jurusan berbeda-beda. Akashi mengambil jurusan sains, Kise jurusan seni, Aomine jurusan hukum, Midorima jurusan kedokteran, dan Murasakibara mengambil jurusan tata boga. Selain itu, anggota keenam, Kuroko, mengambil jurusan sastra Jepang. Yang lain? Ah, terlalu banyak bila dijabarkan satu per satu. Kau akan mengetahuinya seiring berjalannya waktu. Mereka semua mengambil kegiatan mahasiswa yang sama, yaitu basket. Universitas Tokyo terkenal nomor satu dalam segi akademik dan juga non-akademik. Oleh karena itu, Akashi yakin saat memilih Universitas Tokyo sebagai tempat di mana mereka akan berkumpul kembali.

Ketika hari penerimaan mahasiswa baru, Akashi tampak mengeluarkan aura hitam di sekitarnya. Tatapannya tajam, cukup menakuti sesama mahasiswa baru. Kebetulan sekali Kuroko melihatnya, lalu memutuskan untuk bertanya padanya.

"Akashi-kun."

"Ada apa, Kuroko?"

"Apa terjadi sesuatu denganmu?"

"Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?"

"Kau kelihatannya ingin membunuh seseorang. Ada aura mengerikan yang keluar dari badanmu."

Ya, jika Kuroko dapat menyimpulkan seperti itu maka benar, ia sangat ingin membunuh seseorang. Semalam, ayahnya mengabarkan kalau ia akan bertunangan dengan gadis dari Amerika. Ayahnya memutuskan secara sepihak tanpa menanyakan pendapatnya terlebih dahulu. Uhh, perjodohan. Ayolah, ini sudah abad ke berapa. Menikah karena perjodohan itu rasanya bodoh sekali. Akashi memegang prinsip bahwa pernikahan haruslah didasari oleh cinta. Dari mana Akashi belajar cinta? Akashi takkan melupakan ajaran mendiang ibunya dulu, bahwa cinta akan membawanya kepada kebahagiaan dan Akashi haruslah hidup bahagia.

"Aku ditunangkan dengan seorang gadis yang tidak kukenal, Kuroko. Ayahku yang mengatur semuanya."

Kuroko tampaknya mengerti inti dari aura membunuh Akashi, ia mengangguk.

"Kau bisa menceritakannya padaku atau yang lainnya jika butuh tempat curhat, Akashi-kun. Itulah gunanya teman."

Akashi mengangguk singkat. "Terima kasih, Kuroko."

Akashi bertekad untuk menemui calon tunangannya itu dan membicarakannya baik-baik agar si gadis mau membatalkan pertunangan bodoh ini. Kabarnya, gadis itu juga akan masuk ke Universitas Tokyo ini. Akashi membulatkan tekad. Ya, dia harus menemui gadis itu. Namun, satu-satunya clue yang dipegang oleh Akashi adalah nama keluarga gadis itu. Hoshina. Tidak lebih.

-Amerika-

Prittttt

Terdengar bunyi peluit tanda suatu pertandingan selesai. Di sini, lapangan basket kecil di pinggir taman, telah selesai suatu pertandingan basket jalanan antara sekelompok berandal bertubuh besar dengan sekelompok pemuda yang tampak lemah. Di antara kelompok pemuda itu, ada seorang gadis yang terlihat mendominasi situasi.

"Hah! Makan tuh kekalahan kalian! Ingat ya, ini lapangan umum, semua orang berhak menggunakannya. Jangan menindas orang lain seenaknya. Pergi kalian!"

Gadis itu dengan berani mengusir berandalan-berandalan itu sambil menimpuk mereka dengan bola basket. Banyak penonton yang bersorak gembira melihat hal itu. Masalah diawali ketika ada sekelompok pemuda yang sedang bermain three on three, dan tiba-tiba ada sekelompok berandalan yang memaksa mereka pergi dari lapangan itu. Tak hanya mengusir dengan tindakan kasar, mereka juga melakukan pemerasan pada kelompok pemuda itu. Kebetulan gadis ini lewat dan melihat kejadian itu. Sebagai gadis yang blak-blakan, ia langsung melabrak berandalan tersebut dan menantangnya bertanding basket. Nama gadis ini adalah Hoshina Shiki.

Shiki memiliki perawakan yang tomboy dibandingkan gadis lain. Awalnya sih terlihat sama dengan remaja perempuan kebanyakan, namun jika sudah berhubungan dengan olahraga, dia bisa berubah menjadi monster. Tenaga, kemampuan, kecepatan, tidak ada yang bisa mengalahkannya. Rambut panjang sebahu berwarna coklat, bola mata deep brown-baby blue yang jernih, kulit putih bersih, kepribadian yang menarik dan tegas, namun sayang tingginya rata-ratanya, menjadikannya orang yang cukup menyenangkan dalam pergaulan sehari-hari. Kelainan genetik yang menyebabkan matanya berbeda warna itu tidak mengganggu hidupnya. Dia sudah biasa menggunakan lensa kontak untuk menutupi warna baby blue-nya. Keahlian lainnya adalah memasak, dan satu-satu kelemahannya adalah berenang.

"Shiki!"

Yang dipanggil pun menoleh ke sumber suara. Seorang gadis seumuran dengannya memanggilnya dari balik pagar lapangan. Ah, sudah saatnya dia pergi dari sini.

"Yosh! Selamat bermain, kalian~" katanya sambil melambai pergi. Shiki segera berlari pergi ke luar lapangan dan memeluk gadis yang memanggilnya tadi. "Kau datang!"

"Tentu saja. Sudah saatnya makan malam. Ayo pulang dan menyiapkan makan malam bersama."

"Ha'i~"

Gadis yang menjemput Shiki ini berperawakan lembut dan halus, bak putri dari kerajaan antah berantah. Secara fisik penampilannya sama seperti Shiki, namun dari segi yang lain dia berbeda. Tidak jago olahraga, tidak bisa masak, namun otaknya memiliki daya ingat melebihi profesor universitas. Kerajinannya membaca buku menjadikannya berwawasan sangat luas dan dapat mengingatnya dalam jangka waktu yang lama. Gadis ini adalah kakak kembar Shiki, Hoshina Yuki. Kelebihannya adalah otak yang cerdas dan menata bunga. Dan dia tidak mengalami kelainan genetik sehingga kedua bola matanya pure berwarna deep brown.

Makan malam di keluarga Hoshina ini berjalan damai seperti biasa. Meski tergolong keluarga kelas atas, namun untuk makan malam bersama keluarga suasananya tidak kaku. Ada obrolan dan canda tawa. Namun, malam ini tampaknya ada berita yang sangat penting sehingga suami istri Hoshina tidak setenang biasanya.

"Yuki. Shiki." Sang ayah memulai pembicaraan.

"Ya, Ayah." Sahut Yuki dan Shiki berbarengan.

"Umur kalian sudah cukup dewasa untuk menikah. Ayah dan Ibu sudah memilihkan calon tunangan yang tepat untuk kalian berdua. Mereka ada di Jepang, tepatnya di Universitas Tokyo. Mulai besok, kalian akan berangkat ke Jepang untuk menjadi mahasiswi di sana. Temu dan jalinlah hubungan calon tunangan kalian agar dapat mengenal lebih dalam," jelas ayahnya.

"EHH?!" Shiki tampak sangat terkejut mendengar berita ini. "Tunangan? Aku tidak mau, Ayah!"

Shiki berkoar-koar menyebutkan ketidaksetujuannya, sedangkan Yuki hanya terdiam. Timbul perdebatan sengit antara Shiki dan ayahnya, yang membuat sang ibu kewalahan menghentikannya. Ini pertama kalinya kesejahteraan keluarga Hoshina pecah. Tampak di meja kecil ada dua buku berisikan foto calon tunangannya. Yuki mengambil diam-diam dan membukanya. Ia membelalakkan mata. Setelah memastikan tidak ada yang sedang melihatnya, ia mengembalikan buku tersebut ke tempat asalnya.

"Sudahlah, Shiki. Kita ikuti saja dulu permintaan Ayah dan Ibu. Tidak ada salahnya apabila kita mencoba untuk mengenal calon tunangan kita dulu, kan?" Yuki mencoba untuk menenangkan adiknya.

"Ah aku tidak peduli lagi! Persetan dengan pertunangan!"

Shiki pergi dari ruang makan menuju kamarnya dan membanting pintu. Dia benar-benar tidak suka kebebasannya dikekang seperti ini. Ini menyangkut pasangan seumur hidup, lho! Masa orang tuanya yang menentukan secara sepihak?!

"Maafkan Shiki, Ayah, Ibu. Aku rasa dia tidak bermaksud untuk membantah kalian. Dia pasti sangat terpukul karena harus pergi ke Jepang meninggalkan kalian di sini." Yuki pun memeluk ayah dan ibunya. "Aku janji aku akan melindunginya di sana."

"Ah anak itu memang selalu bikin sakit kepala. Sudah kuduga hasilnya akan seperti ini. Namun, aku percaya kalian bisa mengemban peran ini dengan baik. Ayah mohon, Yuki, demi kelangsungan perusahaan kita."

"Kami harus pergi ke Inggris malam ini. Ini tiket pesawat kalian ke Jepang dan segala keterangan yang kira-kira dibutuhkan untuk di sana. Masalah uang, kami sudah menyediakannya di akun bank kalian. Teleponlah kami apabila kau mengalami kesulitan," kata sang ibu sambil memeluk Yuki.

"Baik, Ayah, Ibu. Selamat jalan, kami akan baik-baik saja," kata Yuki sambil memeluk ibunya.

Tak lama kemudian, suami istri Hoshina berangkat. Shiki masih mengurung diri di kamarnya. Dia memikirkan baik-baik perkataan ayahnya tadi. Sedikit menyesal karena telah mengamuk, namun yang sudah terjadi, biarlah terjadi. Setelah membulatkan tekad, dia membuka jendela kamarnya dan berteriak ke arah pesawat yang melintas di langit malam. "Lihat saja Ayah! Ibu! Aku pasti bisa mengatasi tantangan ini!"

Siangnya, Yuki dan Shiki berangkat ke Jepang. Cukup banyak bawaan yang dibawa mereka untuk "bertempur" di Jepang. Mereka akan tinggal sendiri di sebuah apartemen. Kehidupan mereka dan kisah rumit percintaan Akashi akan segera dimulai.

-to be continue-

Hi minna... Chun's here! Terima kasih telah membaca ff pertama saya. Semoga cerita awal ini dimengerti oleh kalian. Deg-degan juga nih karena baru pertama kali banget nulis ff. _

Mohon review ya.. Kritik dan saran apapun akan sangat berguna untuk memotivasi saya.. :D

Salam sejahtera,

Shin Chunjin