Tittle : I Know, You Are My Ex- Boyfriend

Genre : Romance, Drama, Angst, YAOI

Rated : T – M

Cast : Kim Jinhwan

Kim Hanbin

Koo Junhoe

Lu Han

Oh Sehun

.

A/N : Ini ff pertama yang saya bikin main castnya Binhwan. Seneng deh liat couple itu unyu – unyu gitu meski moment Junhwan juga gak kalah banyak. Tapi gak papa deh yang penting saya bisa bikin ff ini, semoga suka ya readers terutama Binhwan shipper.

Summary : Jinhwan tahu jika tidak mudah kembali lagi ke masalalu. Iya paham, terutama untuk kembali menjalin hubungan dengan Kim Hanbin. Jinhwan sangat paham jika melakukannya adalah hal yang tersulit bagi kehidupan asmaranya. Salahkan saja Hanbin yang terlalu menghipnotisnya hingga membuatnya menyesal telah memutuskan hubungan mereka dahulu.

.

.

.

.

GET READY?...

SHOWTIME!

.

..

.

_My Ex-Namja_

Dengan langkah kaki yang tak bersemangat, namja mungil itu terus saja berjalan di koridor yang nampak sangat sepi sekali. Maklum karena sekarang waktu masih menujukkan pukul enam pagi. Belum ada siswa – siwa yang lalu lalang memenuhi isi sekolah. Jangankan siswanya, guru – guru pun rasanya enggan untuk berangkat sepagi ini menuju sekolah, kecuali dirinya dan juga satpam yang selalu ada di depan gerbang.

Ketika sampai di kelas, ia segera berjalan menuju mejanya. Menaruh ransel berwarna merah itu kemudian ia jadikan bantalan untuk kepalanya. Ahh, rasanya ia sangat lelah sekarang. Entah kenapa mungkin ia sedang tak enak badan.

Rasa kantuk menyerangnya kala itu, mengeryit saat samar – samar mendengar suara langkah kaki dari arah luar kelasnya. Jinhwan terperangah meski niatannnya masih untuk tertidur. Kepalanya mendongkak sedikit, menatap ke arah jendela dimana seseorang dengan seragam yang sama sepertinya sedang berjalan di sana.

Seorang namja yang telah menjadi masalalunya. Uhh, sial mengingat itu perasannya menjadi kacau. Sialan, sepagi ini ia harus mengacak – acak tatanan rambutnya yang telah telah ia rapikan.

Lambat laun suara langkah kaki itu pun tak terdengar lagi. Membuat namja mungil itu bangkit, menatap was – was sebentar sebelum ia membuka pintu kelas tersebut. Matanya menatap ke arah namja yang sudah berlalu tadi. Koridor kembali kosong dan Jinhwan berpikir jika namja barusan berjalan dengan lumayan cepat.

"Aishhh, tumben sekali dia datang sepagi ini. Tak biasanya" Ucapnya saat dirasa tak ada siapa – siapa disana. Rasa bosan hinggap pada dirinya, membuatnya mau tak mau untuk berpikir apa yang harus ia lakukan sekarang. Masih pukul enam lebih lima pagi, dan biasanya pada siswa akan datang antara pukul setengah tujuh sampai jam tujuh, itupun jika siswa itu benar – benar ingin pulang kembali karena dipastikan gerbang telah ditutup rapat – rapat.

Dan akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke toilet. Mungkin membasuh muka akan membuatnya lebih segar. Ets, tapi jangan salah tanggap, Jinhwan sudah mandi sebelum berangkat sekolah. Sudah mandi dan ia juga sudah berdandan sedemikian rupa untuk mempersiapkan ini. Namun entah kenapa tubuhnya terasa berat, kepalanya pun agak pening dan membuatnya tak bergairah. Padahal hyungnya sudah membelikan eye-liner baru untuknya.

.

.

Ia basuh wajah itu dengan air dari kran wastafel. Mendengus beberapa kali, menyesal atas apa yang ia lakukan sekarang karena dengan membasuh wajahnya sekarang sama saja ia menghapus riasan di wajahnya. Mulai dari bedak juga eye-liner, semuanya hancur dan tak berguna.

Lagi beberapa kali ia kembali membasuh wajah itu, hingga akhirnya selesai ia pun memutuskan untuk kembali ke kelas. Meskipun riasan wajahnya rusak setidaknya ia bisa lebih bersemangat.

DUGGG

Namun sebelum ia kembali ke kelas, seseorang membuka bilik kamar mandi cukup keras. Membuat Jinhwan kaget dan seketika melebarkan matanya saat pandangannya terarah ke arah asal suara.

Hanbin..

Jinhwan terperangah beberapa detik sebelum pikirannya kembali normal. Masih dengan posisinya, namja mungil itu segera menetralkan suasana yang nampak sangat aneh sekali. Hanbin, namja itu nampak sudah keluar dari toilet meninggalkan Jinhwan. Sambil menggaruk tengkuknya, Hanbin melenggang pergi, tanpa basa – basi apapun dan Jinhwan hanya bisa membatin untuk itu.

"Aku tak di anggap lagi"

.

.

.

Kini jam pelajaran dimulai. Fokus Jinhwan terarah oleh ke jadian tadi pagi. Memang itu sangatlah biasa, namun menurutnya itu adalah sesuatu yang langka. Berada di sebuah ruangan berdua dengan mantan kekasih yang masih diharapkan, ya meski ruangan itu hanyalah toilet sekolah.

"Kin Jinhwan bisa kau kerjakan soal di depan ini" Perintah sang guru kepadanya. Jinhwan hanya bisa menggangguk, berjalan menuju ke arah papan tulis untuk mengerjakan soal fisika tersebut. Pelajaran yang membuat otaknya selalu berdenyut setiap kali harus menghadapi rumus demi rumus. Ini jelas menyebalkan, namun setidaknya soal didepan ini tak terlalu sulit menurutnya dan ia bisa mengerjakannya.

Jinhwan mengerjakan soal itu perlahan namun pasti. Meskipun terkesan lamban namun jangan salah untuk soal seperti ini ia bisa dengan mudah mengerjakannnya.

"OK, kau bisa kembali ke tempat"

"Terimakasih songsaenim"

Kembali ia duduk di kursi semula dan segera disambut senyum sumringah dari sahabatnya bernama Donghyuk.

"Aku pikir kau tak bisa mengerjakannya Jinaniiee, tapi ternyata kau hebat" Mendengar ucapan dari Donghyuk membuatnya mau tak mau tersenyum sombong. Meskipun ia kesusahan untuk menjangkau titik papan tulis paling atas karena ukuran tubuhnya yang mungil, namun otaknya ini memang jempolan.

"Itu bukan apa – apa Dondon" Ucap Jinhwan dan diangguki oleh Donghyuk. Jinhwan tersenyum samar hingga beberapa detik kemudian senyumannya melebar seketika. Bel istirahat berbunyi, membuatnya merentangkan tangan dengan lebar, tanda jika ia sangat pegal juga bosan dengan pelajaran ini. Jinhwan selalu mengumpat dalam hati saat guru fisika bernama Park Chanyeol itu menerangkan materi di depan. Jinhwan tak kesal dengan guru bertelingan lebar itu, namun pelajaran itu menguras tenaganya, meski sebenarnya ia bisa mengerjakan soal – soal yang diberikan.

"Ya, Jinan ayo kekantin sebelum penuh" Ajak Donghyuk. Jinhwan mengangguk, menggandeng lengan sahabatnya itu untuk menuju kantin. Siapa tahu ia bertemu lagi dengan Hanbin. Aishh, ia hanya berharap jika bertemu mantan kekasihnya itu memberikan senyuman kepadanya. Ia tak menuntut lebih, hanya saja ia ingin dianggap sebagai mantan kekasih. Ya, mungkin seperti itu.

"Kajja"

.

.

.

"Nanti malam, club biasa. Kau tahu, di club itu ada penari telanjang yang baru. Uhh aku tak sabar melihatnya...Akhhh" Bobby namja yang memiliki mata bak bulan sabit itu mendapat pukulan di kepalanya oleh Yunhyeong.

"Ya, jada ucapanmu. Ini disekolah bodoh" Yunhyeong mendelik sebal ke arah kelinci gila itu, sebelum menatap ke arah Hanbin yang nampak tak bergeming sejak tadi.

"Hey, Hanbin kau mau ikut tidak lumayan untuk cuci mata..akhhhh" Dan sekarang gantian Bobby yang memukul sahabatnya tersebut. Munafik sekali si Yunhyeong ini, bilang saja jika ingin lebih dulu darinya.

Hanbin hanya bisa tersenyum samar melihat kelakuan kedua sahabatnya itu. Untuk malam ini mungkin ia tak bisa untuk ikut bersama mereka. Ada suatu urusan keluarga, dan sekarang ia akan memberi tahu kedua temannya ini.

"Sepertinya untuk malam ini aku tidak bisa. Keluargaku akan pindah rumah"

"MWOO?" Sahut kedua sahabatnya itu berlebihan. Hanbin memutar bola matanya malas, merasa ia telah salah memilih kedua namja itu menjadi sahabatnya. Ya, meski mereka pantas diacungin jempol untuk kesetia kawanannya.

"Memangnya rumahmu yang dulu kenapa?"Tanya Bobby yang diangguki Yunhyeong.

"Appaku bilang terlalu sempit dan yahh akhirnya kami membeli rumah baru yang lebih besar"

"Wah, kau pasti sangat sibuk"

"Ya seperti itulah. Jadi aku tak bisa ikut malam ini"

Hanbin kembali meminum cola nya yang baru setengah ia minum. Kantin mulai ramai oleh para siswa, dan ia pun aneh kenapa matanya sedari tadi menatap ke arah pintu masuk di ujung sana. Entahlah Hanbin tak tahu, ia hanya mengikuti kata hati.

Hingga beberapa detik kemudian dari arah pintu masuk datang dua orang yang saling bergandengan tangan. Hanbin menatap tajam kearahnya, atau lebih tepatnya ke arah namja mungil yang nampak sedang tertawa itu. Masih saja seperti dulu, mata sipit yang membuatnya menyukai sosok Jinhwan. Padahal yang ia tahu bahwa Jinhwan telah menjadi mantan kekasihnya. Intinya sosok Kim Hanbin belum bisa untuk move on dari Jinhwan, meskipun sebelumnya ia telah mencoba untuk mengencani beberapa namja maupun yeoja. Namun nihil semuanya tak ada yang menarik.

"Kau lihat siapa?" Tanya Bobby sambil mengunyah makanannya.

Hanbin menggeleng "Tidak, bukan siapa – siapa. Cepatlah kita kembali ke kelas" Bobby dan Yunhyeong hanya bisa menurut apa perkataan Hanbin. Mereka akhirnya kembali ke kelas, namun sebenarnya semenjak tadi bukan Hanbin saja yang memperhatikan Jinhwan, karena orang yang diperhatikanpun sama melakukan apa yang Hanbin lakukan. Namun Jinhwan hanya bisa membatin saat ia lihat Hanbin dan kedua temannnya sudah berlalu dari sana, padahal saat tadi ia berharap bisa makan sambil memperhatikan Hanbin dari kejauhan.

.

.

.

_My Ex-Namja_

Jinhwan terus menatap keluar jendela kamarnya. Masih sangat siang sekali, masih pukul satu siang sekolahnya tiba – tiba dibubarkan. Katanya akan diadakan rapat dan pada akhirnya seluruh siswa terpaksa dipulangkan. Jinhwan sebenarnya senang, hanya saja sekarang ia nampak sangat bosan sendirian di rumahnya. Appa dan Eommanya sedang bekerja juga Luhan hyung yang sedang kuliah, dan ia sendirian di rumah ini.

Ia menghembuskan napas berat, manatap ke arah bangunan di sebelah rumahnya tersebut. Sesuai apa yang ia ketahui dari tetangganya, ada keluarga yang akan pindah ke rumah disebelahnya ini. Namja cantik itu senang, setidaknya rumah tersebut tidak menjadi sarang hantu.

CKLEKK

Pintu kamarnya dibuka oleh seseorang, membuatnya segera menoleh dan mendapati hyungnya yang masuk kedalam lalu menghampirinya.

"Kau sedang apa adik mungil?" Tanya Luhan sambil mengejek dengan sebutan mungil . Jinhwan sudah terbiasa, hyungnya memang agak menyebalkan namun sayangnya dia sangat baik juga perhatian.

"Aku bosan hyung, kau baru pulang kuliah?" Luhan mengangguk sebagai jawabannya. Merebahkan tubuh itu pada ranjang milik Jinhwan sendiri.

"Kau tumben sekali pulang jam segini? Ada apa?" Jinhwan mengedikkan bahunya sebelum menjawab "Guru – guru sedang ada rapat, jadi semua siswa dibubarkan" Ucapnya sambil bertumpu pada lengannya, sambil menatap kembali jendela rumah sebelah.

"Jinan, aku dengar akan ada keluarga yang pindah ke rumah sebelah. Katanya anak seumuran dirimu, tapi aku lupa lagi namanya. Tadi bibi Kim bilang pada hyung"

"Seumuran denganku?" Tanyanya kembali dan Luhan mengangguk.

"Satu sekolah juga dengamu, entahlah liat saja nanti. Jika benar aku senang setidaknya aku bisa menitipkan dirimu kepadanya"

"Aku bukan anak kecil lagi hyung" Jinhwan menghiraukan hyungnya yang kini mulai mengobrak – abrik isi lemari bukunya. Jinhwan membiarkannya karena memang tak ada apa – apa didalamnya.

Dan pada akhirnya ia memutuskan untuk menyalakan laptop miliknya. Mencoba untuk browsing dan semacamnya untuk menghilangkan rasa bosan yang benar – benar menyiksanya. Luhan hyung nampak sedang membaca buku komik miliknya, jadi namja cantik itu tak akan bisa diganggu jika sudah seperti itu.

"Bagaimana kabar Sehun hyung, apa dia sudah baikan?" Tanya namja mungil sebari matanya tetap fokus pada layar monitor.

"Cederanya sudah membaik, besok sudah diperbolehkan kuliah lagi"

"Kau pasti merindukannya hyung"

"Tentu saja, dia kekasihku"

Jinhwan tersenyum setelahnya, melihat bagaimana reaksi hyung cantiknya saat ia menanyakan keadaan Sehun hyung.

Beberapa minggu yang lalu Sehun hyung kekasih hyungnya mengalami kecelakaan mobil. Meskipun kecelakaan itu cukup fatal namun Sehun hyung tak mengalami luka yang sangat parah. Lecet – lecet sedikit namun lengan kirinya patah dan mobilnya rusak parah.

"Teman hyung sebentar lagi akan datang, aku akan kebawah dulu OK"

"Baekhyun hyung? Jangan sampai aku jadi bahan exsperimen kalian lagi. Aku tak sanggup"

Luhan terkikik mendengar ucapan tersebut. Jika Baekhyun datang berkunjung pasti namja penyuka eye-liner itu akan menyuruh Jinhwan sebagai model percobaan make up nya. Entahlah tangan Baekhyun sangat gatal jika tak menyentuh wajah orang lain dengan riasan make up. Luhan tahu Baekhyun gila dandan dan Jinhwan adalah orang yang bagus untuk ia dandani.

"Dia datang dengan Dio, sekalian aku akan suruh dia memasak makanan enak untuk kita"

"Itu bagus, setidaknya aku tak masti kelaparan sampai Appa dan Eomma pulang nanti"

.

.

.

"Hanbin bisa ambilkan kardus itu"

"Baiklah, sebentar"

Kini keluarga Kim itu sudah tiba di rumah barunya dan sekarang mereka sedang membereskan beberapa barang yang sudah dirapikan dan diwana menggunakan mobil pick up. Hanbin terus membantu para petugas untuk memindahkan barang – barang. Sedikit lelah, namun ia lelaki jadi tak apa.

"Hanbin sudah jangan angkat barang – barang lagi, nanti kau lelah" Itu suara sang eomma Hanbin yang menyuruh anaknya berhenti. Sambil menggendong sang adik perempuannya –Hanbyul- mereka mulai memasuki rumah baru itu.

.

.

Beberapa jam mereka menata semua barang – barang akhirnya sekarang sudah rapi tertata. Hanbin merebahkan tubuhnya di kasur milinya. Peluh membanjiri sebagian pelipisnya tanda jika ia memang lelah sekarang.

Suara sang eomma terdengar dari arah bawah, menyuruhnya untuk turun untuk makan malam. Oh tak terasa ia sudah menghabiskan beberapa jam untuk membereskan semua ini. Namun ia senang rumah ini sangatlah nyaman juga tak terlalu sempit.

"Hanbin ayo duduk kita makan" Ucap sang eomma saat ia mulai menuruni beberapa lagi anak tangga.

Mereka duduk di meja makan tersebut. Hanbin menatap banyak makanan yang tersaji dihadapannya. Tersenyum karena ada makanan kesuakaan.

"Kau tahu jalan menuju sekolah darisini bukan?" Tanya sang Appa padanya. Hanbin mengangguk, lokasi ini malah lebih dekat dengan sekolah daripada sebelumnya.

"Ne Appa, aku tahu malah lebih dekat dari sebelumnya"

"Tapi Appa sudah membelikan mobil untukmu, jadi Appa menjual motor lamamu" Diserahkannya kunci mobil pada sang anak sulung. Hanbin melebarkan matanya tak percaya, dengan mudahnya sang Appa mengucapkan itu. Hanbin sangat senang, tapi kenapa Appanya menjual motor lamanya padahal itu masih bisa digunakan.

"Berhenti pergi ke club lagi, atau mobil itu akan Appa tarik kembali" Hanbin menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia ketahuan sering pergi ke club malam oleh Appanya, ia harus menurut sekarang karena jika tidak ia akan dihukum untuk pergi ke sekolah menggunakan kendaran umum. Sebenarnya itu tak masalah, namun Hanbin sangat tak menyukai jika ia harus berjalan kaki menuju halte untuk menunggu bus.

"Ne Appa maafkan aku"

"Sudahlah, ayo sekarang kita makan"

Pada akhirnya suasana keluarga itu menjadi hangat seketika. Hanbin tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya karena dibelikan mobil baru oleh sang Appa. Ini adalah hal yang tak pernah terpikir olehnya, meski sekarang ia dilarang untuk pergi ke club. Itu tidak masalah asalkan ia mempunyai kendaraan pribadi.

.

.

.

Pintu rumahnya berbunyi dan Jinhwan segera berlari untuk membukakan pintu setelah milihat ke arah layar intercom. Ia tersenyum saat menyambut kedua orang tuanya pulang malam ini, tak selarut biasanya karena sekarang waktu masih menujukkan pukul delapan malam.

"Kalian pulang lebil awal" Ujar Jinhwan saat mereka sudah berada di dalam rumah. Sang eomma tersenyum, menaruh beberapa bungkus berisikan makanan di meja dapur. Jinhwan mencoba membuka isi kantung plastik tersebut, berbinar saat melihat ada makanan kesukaannya.

"Kau sudah makan Jinan?"

"Sudah, tadi Luhan hyung masak soup dan kimchi. Waaah ada pizza" Jinhwan segera mengeluarkan isi di kantung plastik itu. Eommanya membeli dua loyang pizza dan juga ice cream. Uhh eommanya tahu saja apa yang ia inginkan.

"Panggil Luhan hyung dulu Jinan, kita makan bersama"

"OK"

.

.

_My Ex-Namja_

Pagi harinya Jinhwan kembali pada rutinitas yang ia jalani setiap hari. Sebelumnya ia telah sarapan bersama dulu dengan keluarganya sebelum semua anggota keluarganya pergi untuk bekerja maupun sekolah. Jinhwan mengecek ponselnya dan menemukan pesan dari Donghyuk yang mengatakan jika ia harus lebih siang datang ke sekolah. Jelas namja mungil tidak ingin melakukan itu, itu sudah kebiasaannya semenjak bersekolah.

"Menyebalkan sekali, aku tidak mungkin berangkat agak siang. Ini sudah siang menurutku" Ucapnya sendiri, menempatkan pukul enam pagi sebagai waktu yang sudah membuatnya merasa terlambat. Itu spekulasi seorang Kim Jinhwan, dan lebih dari pukul itu ia bisa mati resah di dalam bus.

Luhan menatap sang dongsaeng yang sedang memakai sepatunya. Namja cantik itu mencoba mengambil syal berwarna putih miliknya. Bodohnya sang dongsaeng, tak melihat sekarang sedang musim dingin dan dia tak memakai syal.

"Pakai ini!" Jinhwan mengambil syal yang diberikan hyungnya. Berterimakasih sebelumnya lalu memakainya kemudian berpamitan untuk pergi.

"Aku pergi dulu hyung"

"Hati – hati"

.

.

"Hanbin, pakailah syal diluar sedang dingin" Ujar sang eomma yang sampak sedang menyuapi sang anak bungsu–Hanbyul-.

"Ne eomma, aku pamit dulu"

"Hati – hati"

Hanbin segera melesat menyabar kunci mobil yang tergeletak di meja nakas kamarnya. Kemudian berjalan menuju mobil baru yang terparkir di garasi rumah. Hanbin merasa semangat sekali sekarang, mengingat ia sudah tak memakai motor lagi, mungkin ia akan sedikit pamer pada kedua sahabatnya Bobby dan Yunhyeong.

Ia mengendari mobil itu keluar dari pekarangan rumah. Menatap sesaat kawasan yang sangat baru baginya, ini perumahan yang cukub besar dan berbeda sekali dengan rumah lamanya. Setidaknya ini lebih baik dan Hanbin akan betah berda dilingkungan ini. Namun matanya segera menyipit saat melihat seorang namja dengan perawakan kecil sedang berjalan di pinggiran jalan. Hanbin tak akan heran seperti itu jika melihat seorang namja, hanya saja namja mungil itu memakai seragam yang sama seperti yang ia kenakan. Ahhh, mungkin dia tinggal disekitar sini juga. Ia ingin memberikan tumpangan padanya.

Hingga matanya melihat siapa yang tengah berada di samping mobilnya. Seseorang yang pernah mengisi hatinya dimasalalu, namun sekarang semuanya sudah berakhir dan Hanbin merasa dadanya berdegup kencang membuatnya susah untuk menyapa sosok itu.

Merasa ada mobil yang berhenti disebelahnya, Jinhwan segera menoleh lalu melepas earphone yang sedari tadi terpasang di kedua telinganya.

Matanya membulat menatap siapa namja yang berada di sebelahnya. Tidak mungkin sepagi ini ia berhalusinasi, ia masih sadar dan sosok di sebelahnya bukanlah sosok hantu yang harus ia takuti. Dan secepat kilat ia mundur beberapa langkah, memberi ancang – ancang untuk berlari. Ia kehilangan kendali dirinya hingga seperti orang yang sedang dikejar – kejar hutang oleh seorang rentenir.

Ia berlari meninggalkan sosok yang mencoba terus memanggilnya. Jinhwan mendadak tuli, wajahnya memerah dan ia tiba – tiba sulit bernapas. Ia terus berlari hingga tiba di halte biasa dan beruntungnya bus sudah datang jadi ia langsung naik dan duduk di kursi paling ujung dekat jendela.

"Bodoh apa yang aku lakukan"

"Dia pasti menatapku aneh"

"Aishh kenapa aku jadi hilang kendali seperti ini. Molla, molla aku bisa gila"

"Yang tadi itu Hanbin. Benar aku tak mungkin salah lihat"

Jinhwan terus berbicara didalam hatinya. Mengingat kembali kelakuannya tadi dan menerka – nerka apa yang kini Hanbin pikirkan terhadapanya. Mungkin sesuatu yang buruk menyangkut dirinya dan bersikap aneh hanya sekedar melihat namja itu. Sial, bisa gila ia sekarang.

Jinhwan terduduk resah, earphone yang berfungsi sebagai penenang sudah tak bisa ia gunakan lagi. Itu tak mempan dan ia hanya duduk resah ditempat, menggigiti kukunya dengan kedua kaki yang terhentak ke atas ke bawah. Ia ingin berteriak sekarang, seseorang bantu aku.

.

.

Hanbin menatap aneh Jinhwan yang berlari begitu saja saat dirinya ingin menawakan tumpangan. Namja karismatik itu menatap kepergiannya yang berlari sangat cepat. Hanbin merasa tubuhnya saja yang kecil namun tenaganya besar.

Tanpa berpikir lama ia kembali menyalakan mesin, menjalankan kembali mobilnya dan berlalu untuk pergi sekolah. Namun pikirannya tak fokus, sesuatu memaksa dirinya untuk memikirkan kembali sosok tadi. Padahal sudah lama mereka tak bertemu meskipun dalam satu sekolah yang sama. Apa mungkin dirinya saja yang tak pernah melihat Jinhwan, namun sebaliknya namja itu yang melihatnya. Hanbin terlalu besar hati sepertinya. Dan beberapa detik kemudian ia kembali fokus menyetir. Sudahlah jangan dipikirkan, mungkin itu kebetulan yang membuatnya berpikir keras.

"Ok, jangan pikirkan lagi"

.

.

.

_My Ex-Namja_

Jinhwan menatap semua teman sekelasnya yang sudah pergi menuju kantin, termasuk Donghyuk yang tadi memaksanya namun ia menolak. Ia terlalu tak bersemangan di hari ini, pikirannya terus terngiang kejadian tadi. Ia malu, sangat dan ia tak ingin beranjak dari tempatnya sedikitpun. Ya, meskipun malu namun ia sedikit senang setidaknya ia bisa melihat mantan kekasihnya itu.

Namun berlama – lama disini membuatnya bosan juga. Ia beranjak dari sana dan pergi menuju atap. Mungkin saja ia bisa melepaskan rasa aneh ini disana. Ia akan buang semuanya di atas atap, tapi kalo bisa ia ingin bunuh diri saja sangking frustasinya.

.

Ia berjalan menuju tembok pembatas, menatap pemandangan yang dihiasi oleh gedung – gedung pencakar langit. Ia menenggelamkan wajahnya itu pada syal yang ia pakai. Dingin juga berada di sini, angin cukup besar namun ia bisa sedikit tenang.

SREKK

SREKK

Suara yang berasal dari arah belakang membuat Jinhwan terusik. Ia menoleh, merasa ada yang aneh. Namun segera ia menepis pemikiran anehnya sekarang, mana mungkin ada hantu di siang bolong seperti ini.

Jinhwan tertawa pada pemikiran bodohnya dan kembali fokus melihat pemandangan didepan. Namun beberapa detik kemudian, ia merasa ada yang aneh disekitarnya. Seperti ada orang lain selain dirinya disini. Namja mungil itu mengedarkan pandangannya dan nihil ia tak menemukan apapun. Hingga pintu yang menuju atap terbuka dan menampilkan sosok namja yang baru tadi pagi ia temui. Disana Hanbin berdiri, ahh lebih tepatnya berjalan menuju ke arahnya. Jinhwan ingin mengabaikan itu namun pergerakan Hanbin yang terus melangkah ke arahnya tak bisa ditepis begitu saja oleh Jinhwan. Ia terkunci hanya dengan gerakan juga tatapan tajam itu.

Hanbin berdiri beberapa langkah darinya, mungkin dua langkah dari posisinya berdiri. Jinhwan menelam ludahnya kesar hingga ia tersedak sendiri karenanya. Posisi ini terlalu dekat dan membuatnya sesak napas.

Hanbin belum bergeming, ia masih menatapi Jinhwan dengan tajam.

Apa mungkin karena kejadian tadi Hanbin menjadi seperti ini. Tapi ia tak salah apapun, ia hanya kaget hingga lari begitu saja dari namja karismatik itu. Jinhwan merasa aura disekitarnya menjadi suram, tatapan itu membuatnya berdiri menciut bagai anak ayam. Jinhwan harus bagaiman sekarang, apa harus lari lagi seperti tadi pagi.

"Diam, dan jangan lari"

Jinhwan membeku ditempat.

"Han..Hanbin"

T

B

C

Wahhh ini ff pertama di wattpad buat saya. Akhir ini kepala saya dipenuhi oleh Binhwan dan Junhwan. Mereka couple yang menurut saya sedikit seronok tapi asik gitu wkwkw. Oh ya saya campurin beberapa member EXO disini gak papa ya.

OK jika ada yang minat silahkan baca, jangan lupa vott dan comment ya. Dan juga kalo ada typo mohon dimaklum ya.

Happy Reading^^