YunJae FanFiction / Tell Me The Reason, WHY? / Chapter II
Pairing : Yunho x Jaejoong
Cast : DB5K n other cast
Rate : PG – NC
Genre : Brutally romantic, Yaoi, Hurt…
Author : ReaYoonJae
"Temani aku di sini, Jaejoongie.."bisik Yunho dengan suara lemah.
Jaejoong tak bisa dan tidak akan pernah bisa untuk mengabaikan Yunho ketika pria itu terlihat begitu lemah. Segala kekecewaan dan sakit hatinya akan cepat lenyap. Jaejoong ikut berbaring kemudian memeluk tubuh Yunho.
Saat-saat seperti ini, Jaejoong seperti menemukan kembali sosok Yunho yang dulu. Sosok yang penuh kehangatan. Kenangan-kenangan mereka akan bermunculan di benaknya.
Saat di mana mereka berdua menghabiskan malam romantis setelah pernikahan. Bulan madu ke kota-kota tua di Eropa. Menikmati berbagai pemandangan bersejarah yang memanjakan mata. Saat di mana mereka terlibat hal konyol karena kedapatan oleh Junsu sedang bercinta. Ada juga saat di mana mereka berdua menghindar dari kemarahan orangtua Yunho, meski merupakan suatu ancaman, tapi keduanya akan berakhir dengan penuh tawa. Saat di mana Jaejoong marah dan Yunho dengan nekat mengikutinya sampai Busan. Saat di mana Yunho dengan keberaniaan di depan kedua orangtua Jaejoong agar mengijinkannya membawa Jaejoong. Dan saat di mana Yunho memohon pada orangtuanya ingin menikahi Jaejoong.
Semua itu adalah hal-hal yang tidak akan Jaejoong lupakan. Hal-hal yang menjadi kekuatannya untuk tetap bertahan. Ia yakin, suatu saat nanti, apa yang ia lakukan akan menjadi nyata. Kesabarannya pasti akan berbuah manis.
Entah sudah yang keberapa kalinya Jaejoong memandangi wajah tampan Yunho yang sekarang masih memejamkan matanya. Sudah lebih dari dua jam pria itu tertidur setelah tadi beberapa kali memuntahkan isi perutnya. Jaejoong tahu Yunho pasti telah menghabiskan banyak alcohol hingga tubuh suaminya itu terlihat sangat lemah. Yah, sangat lemah dan karena hal itu dia membutuhkan orang lain.
Apakah benar seperti itu?
Apakah dia hanya dibutuhkan dalam keadaan susah? Lalu bagaimana jika dalam keadaan senang, apa Yunho juga membutuhkannya?
Jaejoong mengusap keringat dari wajah Yunho. Pria itu memang begitu banyak mengeluarkan keringat. Jaejoong menduga mungkin karena Yunho merasakan panas di tubuhnya. Usapannya masih berlangsung begitu mata terpejam itu dengan perlahan terbuka. Seulas senyum tulus menyambut tatapan Jaejoong. Yunho tersenyum padanya, dan Jaejoong sesegera mungkin membalasnya. Ini seperti telah berabad-abad lamanya dia tidak melihat Yunho tersenyum padanya. Jujur saja Jaejoong merasakan debaran luar biasa di dadanya. Dia sangat-sangat terharu.
"Maaf semalam aku tidak pulang. Yoochun…"
Yunho mencoba bicara di sela –sela gerakannya menyandar pada kepala ranjang. Mendengar permintaan maaf Yunho, Jaejoong segera menggelengkan kepalanya, serta tersenyum pada pria itu.
"Tidak apa-apa. Asal sekarang kau sudah di sini, aku tidak mempermasalahkannya.."katanya pula.
"Jaejoong ah.."
"Ne?"
"Apa kau tidak bahagia bersamaku?"
Jaejoong merasakan luapan emosi yang begitu besar di dadanya. Antara bahagia dan ingin menangis. Yunho baru sekali ini bertanya hal tadi. Jaejoong terdiam, dia merasa lumpuh untuk menyahut. Dalam benaknya masih berputar-putar, apakah Yunho telah menyesali perbuatannya sehingga bertanya mengenai kebahagiaan? Dan jika itu memang benar adanya, Jaejoong bahkan tidak tahu apa yang harus dia lakukan; bagaimana harus menunjukannya; atau lebih tepatnya Jaejoong tidak tahu harus menangis haru atau tertawa girang.
"Apa kau begitu terluka dengan sikapku?"
Jaejoong belum menjawab, dia masih terus diam dengan pandangan yang sama. Dan mungkin, karena tidak mendapatkan jawaban dari Jaejoong, wajah Yunho perlahan mulai diliputi kesedihan, begitu juga dengan tatapannya sayu pada Jaejoong.
Jaejoong menyentuh tangan Yunho.
"Mengapa kau bertanya seperti itu? jika aku tidak bahagia hidup bersamamu, kau tidak akan melihatku saat ini"ucapnya setelah lama terdiam. Jaejoong yakin akan apa yang baru saja dia ucapkan karena semua itu datang dari perasaannya yang paling dalam. Bohong jika dia tidak sakit dengan dengan kelakukan Yunho, tapi dia juga lebih bohong jika mengatakan tidak bahagia. Sekasar dan sebrutal apapun Yunho memperlakukannya, Jaejoong hanyalah seorang pria yang tulus mencintai Yunho.
Kali ini keterdiaman justru melanda Yunho. Apa yang Jaejoong ucapkan seolah berbentuk pisau yang menancap di jantungnya. Yunho mungkin menyadari sikap buruknya selama ini, dan entah mengapa sampai detik ini dia sendiri tidak tahu apa penyebabnya. Dia sering marah-marah, dia sering mengabaikan Jaejoong, dia sering mengasari Jaejoong, tanpa alasan yang pasti.
Jaejoong bangkit dari duduknya yang semula di sebelah Yunho. Jaejoong menyentuh pundak Yunho.
"Sebaiknya kau mandi, aku akan menyiapkan makanan untukmu.."
Yunho mengangguk kemudian ikut beranjak dari ranjang. Tangan Jaejoong sudah lepas dari pundaknya, pria itu perlahan melangkah keluar, tapi Yunho segera menahannya. Yunho menggenggam jemari Jaejoong hingga pria itu harus membalikan lagi tubuhnya. Mata mereka berpapasan.
"Untuk kita.."ucap Yunho, lembut.
Dan membuat Jaejoong terpaku untuk kesekian kalinya.
Apa Yunho memang sudah kembali menjadi Yunho yang dulu?
Sikap Yunho yang sejak kemarin mulai menampakan kelembutan, jujur saja agak membuat Jaejoong bingung. Jaejoong tentu mendambakan semua itu sejak beberapa bulan lalu, tapi dia juga tidak bisa menampik kejanggalan. Jaejoong tidak ingin berpikiran yang tidak-tidak dan berharap semua ini memang nyata tanpa alasan tertentu. Dan yang paling mengejutkan adalah Yunho dengan mudahnya memberikan Jaejoong ijin untuk makan malam di tempat Junsu. Yunho juga bahkan memperbolehkan Jaejoong untuk menginap semalam di sana.
Mengapa Yunho berubah menjadi begitu baik padanya.? Apa Yunho sedang merencanakan sesuatu? Jaejoong menggelengkan kepalanya dengan cepat, seperti sebelumnya dia tidak mau berpikiran bodoh dengan menuduh Yunho sembarangan. Tapi, apa Yunho akan berbuat sesuatu saat dia tidak ada di apartmen? atau Yunho akan membawa seorang perempuan ke tempat mereka?
Jaejoong terus berpikir sampai Yunho mengukir satu senyuman dari bibirnya, dan kejanggalan yang Jaejoong sempat pikirkan entah lari kemana. Keraguan akan perubahan sikap Yunho, kebingungan itu akhirnya sirna karena senyuman tulus? di depannya. Dan seperti yang sudah-sudah, tanpa menunggu lama Jaejoong juga memperlihatkan senyumannya.
"Kau tidak apa-apa sendirian di sini?"
Terus terang saja itu merupakan pertanyaan paling bodoh yang pernah Jaejoong ucapkan. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu sedangkan Yunho sama sekali tidak pernah menanyakan hal yang sama ketika Yunho meninggalkannya berhari-hari sendirian.
"Tidak apa-apa. Pergilah.. aku juga tidak akan kemana-mana, aku akan menunggumu di sini.." dan untuk perkataan yang satu ini, Jaejoong mulai yakin bahwa Yunho-nya yang dulu telah kembali.
Jaejoong segera mengambil tempat duduk di teras belakang begitu dia tiba di tempat tinggal Junsu. Sahabatnya itu terlihat sibuk dengan teman-teman yang lainnya. Junsu memang sering mengadakan acara seperti ini setiap bulan; berkumpul bersama teman-teman sekolah dulu. Jaejoong juga selalu menghadirinya tapi mulai jarang saat dia menikah dan kemudian menjadi tidak pernah sejak beberapa bulan lalu, dan ini untuk pertama kalinya dia bergabung. Jaejoong mengangguk dengan senyuman ketika Junsu mengisyaratkan padanya untuk menunggu sebentar. Dia juga tidak merasa kesepian karena di sekitarnya ada teman-teman yang lain, dan terlebih dia akan menginap di sini jadi bisa memiliki waktu yang banyak untuk mengobrol dengan Junsu.
"Hyung…"
Jaejoong agak tersentak dan segera menolehkan pandangannya begitu sebuah tepukan menyapa pundaknya. Shim Changmin berdiri tepat di belakangnnya dengan senyuman manis. Jaejoong balas tersenyum dan mengajak Changmin duduk di sebelahnya.
"Bagaimana kabarmu, hyung? Sudah cukup lama kita tidak bertemu… Hyung baik-baik saja, kan?"Tanya Changmin setelah duduk. Pemuda tampan ini terus saja mengamati Jaejoong. Yah, lumayan lama mereka tidak bertemu, kurang lebih setahun, dan Changmin sangat merindukan Jaejoong. Pemuda ini bahkan begitu ingin untuk memeluk Jaejoong, akan tetapi keinginan itu harus bisa dia tepis.
"Seperti yang kau lihat, aku sangat baik"sahut Jaejoong.
"Di mana Yunho hyung? Mengapa tidak mengajaknya kemari?"
"Dia sangat sibuk.."
Changmin menganggukan kepalanya.
"Bagaimana pekerjaanmu? Kau pasti sangat sibuk,kan? "Jaejoong balik bertanya.
Changmin menggelengkan kepalanya.
"Tidak seperti yang hyung bayangkan, jika terlalu sibuk aku tidak mungkin ada di sini"ucapnya pula.
Jaejoong tersenyum.
Tiba-tiba saja jadi hening. Tidak ada lagi yang bersuara. Changmin masih saja memandangi Jaejoong, tapi Jaejoong hanya melihat ke depan. Jujur saja Jaejoong merasa agak canggung pada Changmin mengingat pemuda itu pernah menyatakan cinta padanya. Jaejoong memang menyukai Changmin tapi hanya sebatas teman dan menganggap Changmin sebagai adiknya. Tentu saja itu berbeda bagi Changmin. Pemuda itu benar-benar memiliki perasaan yang lebih untuk Jaejoong.
"Hyung.. "
"Hmm?"Jaejoong menggumam.
"Yunho hyung.. apa dia memperlakukanmu dengan baik?" dan untuk pertanyaan Changmin ini, Jaejoong segera memutar kepalanya dan melihat pada pemuda itu dengan terkejut.
"Ne?"
"Apa dia memperlakukanmu dengan baik?"Changmin mengulang lagi pertanyaanya dan Jaejoong semakin mengerutkan keningnya, jadi tidak mengerti mengapa Changmin harus menanyakan hal seperti ini padanya.
"Kau bicara apa, Changmin ah? Tentu saja di sangat baik padaku"ujar Jaejoong, suaranya jadi mengeras. Jaejoong kembali memposisikan pandangannya ke depan. Entah mengapadia mendadak jadi tidak nyaman.
"Hyung tidak menutupinya dariku, kan? Aku pernah melihatnya bersama seorang perempuan di klab.."
Jaejoong terdiam, sekarang suasana hatinya benar-benar tidak nyaman. Sungguh dia tidak percaya mengapa Changmin terus saja mengatakan hal-hal yang dapat memancing emosi dan membuat hatinya sakit. Mengapa?
"Dia bahkan tidak menyapaku…"
Jaejoong semakin membeku.
"Hyung…"
Mungkin sekarang Changmin sudah kelewat batas dan Jaejoong merasa pembicaraan ini harus dihentikan. Dia segera berdiri dari duduknya kemudian memandang tajam pada pemuda itu.
"Aku tidak ingin bicara lagi denganmu jika kau terus mengatakan hal yang tidak benar tentang Yunho. Satu hal yang perlu kau tahu, Yunho bukan orang seperti itu. Dia sangat baik terhadapku. Dan lagi, apa setiap kau melihat seorang perempuan bersama seorang pria itu berarti mereka berhubungan?"ujar Jaejoong, suaranya semakin meninggi dan terlihat guratan emosi di wajahnya. Jaejoong bahkan tidak peduli saat beberapa pasang mata yang berada di dekat mereka, serentak memperhatikan.
Tanpa menunggu Changmin untuk kembali membuka suara, Jaejoong langsung melangkah pergi dari teras belakang. Dia bahkan tidak sempat lagi untuk berpamitan pada Junsu. Sementara Changmin masih terdiam di tempat, mungkin sedang menyesali atas kata-kata yang telah dia ucapakan tadi. Pemuda itu memandangi kepergiaan Jaejoong hingga sesaat kemudian dia juga pergi – mengikuti Jaejoong.
Jaejoong baru saja akan membuka pintu taksi tapi Changmin mendahului gerakannya. Pemuda itu memegang lengan Jaejoong kemudian menariknya mendekat pada mobilnya.
"Lepaskan aku.. seharusnya kau bersikap lebih sopan padaku.."
Changmin tidak menggubris keluhan Jaejoong. Pemuda itu terus menarik paksa Jaejoong hingga akhirnya dia berhasil mendudukan Jaejoong di dalam mobil dan setelahnya Changmin langsung menjalankan mobilnya.
"Turunkan aku di sini.."
"Tidak, aku akan mengantar hyung pulang.."
Jaejoong memilih diam. Helaan nafasnya terdengar setelah itu. Changmin memang benar, Yunho tidak memperlakukannya dengan baik sejak beberapa bulan ini, tapi Jaejoong tidak mengharapkan ada orang lain yang mengatakan hal itu padanya. Dia hanya tidak ingin terlihat begitu bodoh dan menyedihkan.
Sepanjang perjalan ke apartmen Jaejoong, baik Jaejoong maupun changmin sama sekali tidak bersuara. Changmin hanya focus pada kemudianya sementara Jaejoong memalingkan wajahnya memandangi jalanan. Jaejoong bahkan tidak menyadari saat mobil itu telah berhenti dan sekarang mereka sudah berada di basement apartmen.
"Hyung.."
"Maafkan aku hyung. Tadi aku.. aku hanya menebak saja.."
"….."
"Okay, mungkin benar yang hyung katakan tadi soal perlakukan Yunho yang baik. Tapi Yunho dan perempuan di klab itu, aku tidak mungkin salah menilai bahasa tubuh mereka, hyung.."
Sebenarnya suasana hati Jaejoong sudah membaik tapi perkataan Changmin barusan entah mengapa begitu mengusiknya. Ada apa dengan Changmin? Mengapa dia tidak bisa menghentikan untuk tidak mengatakan hal itu?
Jaejoong memutar arah pandangannya ke kiri – untuk melihat pemuda itu.
"Changmin.."desisnya.
"Aku melihat mereka berciuman.."Changmin berucap lagi, seolah tidak peduli jika wajah Jaejoong terlihat tidak suka, begitu juga dengan mata Jaejoong yang mulai basah.
"Tidak perlu kau mengatakannya terus-menerus.. kau.."suara Jaejoong bergetar.
Changmin kembali dilanda penyesalan atas ucapannya tadi. Dia tidak sanggup melihat genangan di sudut mata pria yang dia cintai itu. Changmin menggeser tubuhnya dan meraih tubuh Jaejoong dalam pelukannya.
"Aku tahu dia tidak memperlakukanmu dengan baik, aku tahu itu, hyung.."
Dan akhirnya Jaejoong menangis. Airmatanya becucuran keluar membasahi pundak Changmin.
….
Yunho merapikan rambutnya ketika tadi dia baru saja selesai mandi. Jaejoong juga sudah pergi ke tempat Junsu beberapa jam yang lalu, dan dia harus sendirian saja, sendirian sampai besok di apartmen luas ini. Yunho jadi membayangkan apa yang Jaejoong rasakan saat dirinya sering meninggalkan Jaejoong. Pasangannya itu pasti sangat kesepian, hanya saja tidak pernah mengatakan padanya.
Sebenarnya Yunho ingin sekali minta maaf atas apa yang selama ini dia perbuat pada Jaejoong, tapi entah mengapa dia tidak memiliki keyakinan untuk itu. Mungkin Yunho tipikal lelaki egois yang tidak ingin dipersalahkan dan tidak mau meminta maaf. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Mungkin juga masalahnya terletak pada Jaejoong yang tidak menunjukan perlawanan untuk membuat dirinya jerah. Yah, benar apa yang dikatakan Junsu; Jaejoong sangat bodoh karena selalu menerima tanpa mengeluh.
Yunho mnejatuhkan tubuhnya ke sofa, tiba-tiba apa yang diucapkan Junsu kembali melintas di benaknya.
#Flashback
Setelah menyetubuhi Jaejoong, setelah melampiaskan emosi dan nafsunya, Jung Yunho segera beranjak dari atas atas tubuh Jaejoong. Pria ini memakai kembali pakaiannya dan setelah itu benar-benar menghilang dari pandangan Jaejoong, tanpa bicara satu kata pun. Sementara Jaejoong membeku dengan peluh di sekukur tubuh dan nafas yang menderuh.
Yunho menuju ke tempat biasa – klab malam milik sahabatnya Park Yoochun. Seperti yang sudah-sudah, Yoochun akan menyambutnya dengan antusias seolah Yunho adalah orang yang teristimewa di klab itu. Yunho langsung duduk dan Yoochun memberikannya alcohol. Yoochun dan Yunho memang belum terlalu lama mengenal, tapi dengan cepat menjadi dekat. Mungkin factor utamanya adalah pemikiran yang sama tentang dunia malam. Sebelumnya Yunho memang sudah sering ke klab, dia juga sering minum, tapi mengenal Yoochun membuatnya tahu lebih banyak, seperti heroin.
"Apa kau butuh perempuan?"
Secara frontal Yoochun bertanya. Yah, memang sudah seperti ini hubungan mereka – terlalu terbuka dalam hal perempuan.
Yunho hanya menggelengkan kepalanya. Entah mengapa saat ini dia benar-benar tidak tertarik dengan tawaran Yoochun. Mungkin karena dia baru saja melakukan apa yang akan dia lakukan dengan perempuan yang nantinya menemaninya, atau juga suasana hatinya sedang tidakbaik..
"Kenapa? Ada masalah?"
"Tidak, aku hanya tidak berminat saat ini.."
Yoochun menganggukan kepalanya. Pria cassanova itu meneguk habis alkoholnya.
"kalau begitu nikmatilah alkoholnya, aku akan ke belakang sebentar.."katanya pada Yunho.
Yunho mengangguk kemudian tertawa ringan. Dia tahu apa maksud 'kebelakang' dari perkataan Yoochun tadi. Yunhopun menuangkan lagi martini ke gelas kosongnya. Dia membuat gerakan mengaduk alcohol itu sesaat sebelum meneguk habis hingga tak bersisa. Pandangannya mulai melebar menelusuri sudut-sudut klab itu. Sama saja seperti malam-malam sebelumnya, panas dan gelap. Jika suasana hatinya sedang tidak baik, dapat dipastikan Yunho tidak akan duduk manis di tempat, dalam pengertian 'sendiri'. Pikirannya hanya tertuju pada Jaejoong dan apa yang pria itu lakukan seharian bersama Junsu. Yunho bukannya menuduh Jaejoong berselingkuh dengan Junsu, tapi ada satu alasan mengapa Yunho tidak suka Jaejoong dekat-dekat dengan Junsu.
"Yunho.."
"Junsu..?"
Orang yang baru saja melintas dibenaknya, kini telah berdiri di belakangnya. Yunho agak mengernyitkan kening mendapati Junsu ada di tempat seperti ini.
"Kenapa? Kau heran aku di sini?"Tanya Junsu setelah dia juga duduk – di sebelah Yunho. "oh, mana Jaejoong?"
"Dia tidak mau ikut.."sahut Yunho, santai.
"Tidak mau? Atau kau memang tidak ingin dia ikut.."
"Huh?"
Yunho mengalihkan lagi matanya ke meja begitu tadi selesai memandangi Junsu dengan tidak bersahabat. Jujur saja dia tidak menyukai saat Junsu tengah memojokannya seperti tadi.
"Aku tahu semuanya, Yunho.. Aku tahu semua tentang kalian.."
"Kau tahu apa, huh?" ujar Yunho, mendadak suara jadi sedikit mengeras. Dia menyelipkan Marlboro white ke bibirnya kemudian menyulutkan api pada ujung rokok itu, sedikitnya dapat membuat perasaannya tenang.
"Kelakukanmu padanya.."
Emosi Yunho mulai tersulut karena kata demi kata yang Junsu ucapkan. Sekali lagi dia memandangi Junsu dengan tajam.
"Oh.. jadi begini pertemanan kalian? Kalian bertemu untuk membicarakanku?"
Junsu malah tersenyum kecut mendengar perkataan Yunho.
"Perbuatanmu memang perlu dibicarakan karena kau sudah kertelaluan.."
"Kim Junsu.."
"Mengapa kau sering memukulinya?"
"Apa?" Yunho semakin terganggu.
"Kau tidak perlu mengelak, Jung Yunho.." tapi Junsu masih dengan sikap tenang, dan seolah-olah sangat senang memojokan Yunho. Yah, dia hanya ingin Yunho tahu bagaimana buruknya perlakuan pria itu pada Jaejoong.
"Sebaiknya kau tutup mulutmu jika kau hanya ingin mengoceh hal yang tidak benar" ujar Yunho dengan wajah yang telah memerah karena amarah.
"Aku memang mengoceh tapi ocehanku adalah benar dan aku harap bisa terserap sampai ke kepalamu.."
"Kim Junsu.."
Junsu semakin tidak pedulu dengan suara Yunho yang seperti akan menelannya hidup-hidup. "Jaejoong mu itu sangat bodoh.. bertahan dengan orang sepertimu.."katanya sambil menggeleng kepala.
"Sekali lagi aku tekakan, sebaiknya kau berhenti bicara.."
"Aku menyuruh Jaejoong untuk meninggalkanmu, tapi dia tidak mau, dan kau tahu apa yang dia katakan?"
"…."
"Dia akan terus bersabar sampai kau kembali seperti dulu.."
"….."
"Jangan sia-siakan orang yang benar-benar tulus mencintaimu jika kau tidak ingin orang itu pergi meninggalkanmu.."
Yunho tetap terdiam bahkan setelah Junsu pergi. Jujur saja dia sangat marah atas ucapan Junsu itu dan dia terganggu karena nyatanya setiap kali Jaejoong bertemu Junsu, mereka membicarakannya. Tapi Yunho juga tidak bisa memungkiri bahwa jauh di dalam hatinya dia merasakan ketakutan jika Jaejoong benar-benar pergi meninggalkannya.
End of flashback
Yunho terus memejamkan matanya. Ucapan Junsu beberapa hari lalu itu masih tersimpan di kepalanya. Jaejoong. Jaejoong. Jaejoong. Dia terlalu banyak membuat pasangannya itu terluka, dan seperti yang Junsu katakan, Jaejoong terlalu bodoh karena terus bertahan. Jujur saja, sampai detik ini Yunho bahkan tidak tahu apa yang menyebabkan dia berlaku kasar dan egois pada Jaejoong. Dia akan marah dan itu tanpa alasan. Dia akan menuduh Jaejoong meski pasanganya itu hanya bersama Junsu. Mungkin Yunho terlalu pencemburu. Yah, dia hanya mengingat Junsu adalah saudara sepupuh Shim Changmin – pemuda yang menyukai Jaejoong. Dan karena itu Yunho tidak suka jika Jaejoong menghabiskan banyak waktu bersama Junsu. Dia takut jika saat Jaejoong bersama Junsu, saat itupula ada Changmin di sana.
Bicara soal Changmin, sehari sebelum pernikahannya dengan Jaejoong, Changmin mendatangi keduanya dan mengatakan agar Jaejoong tidak menikahi Yunho dan Changmin berulang kali mengungkapkan perasaannya.
Mata Yunho tiba-tiba terbuka ketika nama Changmin melintas di kepalanya. Jaejoong sekarang bersama Junsu dan akan menginap di sana. Bagaimana jika Changmin juga di sana?
Tidak..
Tidak boleh..
Yunho segera beranjak dari duduknya. Dia akan menjemput Jaejoong sekarang juga.
….
Pelukan mereka sudah lepas beberapa saat lalu. Changmin mengusap pipi basah Jaejoong dengan punggung tangannya. Jaejoong juga terlihat sudah tenang, meski masih deruh nafasnya belum normal.
"Dia ada di dalam?"
Jaejoong hanya menganggukan kepalanya..
"Kalau begitu aku ingin menemuinya.."
"Ania, tidak perlu…"sergah Jaejoong dengan cepat.
"Tenang saja hyung, aku tidak akan mengatakan hal aneh padanya.."
"Aku bilang tidak perlu, Changmin ah.."
Changmin akhirnya menyerah. Yah , setidaknya hubungannya dengan Jaejoong mulai menampakan titik terang dan telebih Jaejoong tidak marah lagi padanya. "Okay…"katanya.
"Aku pergi.. terima kasih sudah mengantarku, dan sampaikan maafku untuk Junsu.."ucap Jaejoong setelah turun dari mobil Changmin. Pemuda itu juga berdiri bersebelahan dengannya.
Changmin mengangguk.
Jaejoong baru saja akan menggerakan kakinya untuk menjauh dari tempat itu, tapi sebelum kakinya benar-benar melangkah, Changmin telah menarik lengannya kemudian secara tiba-tiba menyium Jaejoong – tepat di bibirnya.
…..
Yunho menghentikan langkahnya begitu dia tiba di basement apartmen. Mata kecilnya menatap tajam pada dua orang yang berdiri di sebelah mobil di sudut sana. Jaejoong dan Changmin terlihat saling bercakap-cakap. Yunho terus mengamatinya sampai matanya terbelalak saat mendapati Changmin memeluk Jaejoong dan mereka berciuman.
Segala kemarahan langsung memuncak di kepalanya. Apa-apaan ini? Jadi selama ini Jaejoong memang berhubungan dengan Changmin?
Dengan cepat dia melangkah ke apartmen, meninggalkan pasangan itu yang masih terhanyut dengan ciumannya. Jujur saja Yunho merasa sangat-sangat sakit hati.
…..
Tiga detik
Empat detik
Lima detik
Enam detik
Seolah baru tersadar, Jaejoong segera melepaskan tubuhnya dari dekapan Changmin. Dia menampar pria tampan itu cukup keras. Changmin agak terkejut kemudian mengusap bagian pipinya yang terasa perih. Dia mencoba untuk mendekat pada Jajeoong lagi, untuk minta maaf namun tangannya di tepis Jaejoong.
"Kau tidak seharusnya melakukan ini padaku.."
Dan setelah mengatakannya, Jaejoong langsung melangkah pergi menghilang dari pandangan Changmin. Apa yang dipikirkan Changmin tentang titik terang pada hubungannya dengan Jaejoong, rupanya salah besar dan semua itu hancur karena kebodohannya yang tidak menahan diri.
….
Wajah Jaejoong berubah menjadi ketakutan begitu memasuki kamarnya dan mendapati Yunho sedang berdiri, menyimpan kedua tangan di pinggangnya. Mata kecil Yunho sedang menusuknya dengan tajam. Dalam kepalanya kembali berputar-putar – apa yang sebenarnya terjadi? apa yang sebenarnya membuat Yunho terlihat sangat marah? Lebih tepatnya apa lagi yang akan dilakukan Yunho padanya. Bukankah beberapa jam lalu saat dia pergi Yunho selalu tersenyum padanya? Lalu sekarang?
"Sudah puas dengan kekasihmu?"
Jaejoong membelalakan matanya – tidak mengerti. "Huh? Apa yang kau bicarakan?"
"Apa yang aku bicarakan? Selama ini aku berpikir sudah salah karena menduga kau berselingkuh, tapi ternyata dugaanku memang benar.."
"Apa maksudmu, Yunho ya.."
"Jangan menyangkal Kim Jaejoong. Sekarang kau tidak bisa mengelak lagi.. Aku melihatmu berciuman dengan si brengsek itu, dan kau begitu menikmatinya…"
"Dengar dulu, Yunho ya.. "
"Diam.."
Yunho melangkah mendekati Jaejoong. langkah demi langkah seolah menjadi penentu kemarahan dan apa yang nantinya akan terjadi. Jaejoong menjauh dengan berjalan mundur, namun langkahnya terhenti saat punggugnnya berbenturan dengan pintu, dan tubuh Yunho telah menjebaknya dari depan.
"Apa si brengsek itu lebih pandai memainkan lidahnya di mulut mu?"
Jaejoong menggelengkan kepalanya "Semua tidak seperti kau katakan.."
"Diam.. aku tidak perlu penjelasan dari mu. Apa yang telah ku lihat tadi sudah lebih dari jelas.."
"Aku.. tidak.."
PLAKK
Satu tamparan melekat dengan sempurna di pipi Jaejoong. Jaejoong meringis kesakitan merasakan perih yang sangat di bagian itu. Ujung bibirnya juga terasa agak sakit dan menimbulkan rasa anyir yang lumayan. Jaejoong mengusap bibirnya dan menemukan ada sedikit darah berbekas di jarinya.
"Aku tidak melakukan seperti yang kau tuduh.."
Mimik wajah Yunho semakin mengerikan menurut pengamatan Jaejoong.
"Kau akan menyesal…"
Jaejoong yang baru saja akan kembali bersuara, terhenti begitu saja ketika mulutnya dibungkam oleh bibir Yunho. Ciuman yang panas dan terkesan brutal. Jaejoong berusaha melepaskan diri; dia merontah menggelengkan kepalanya ke kiri –ke kanan. Hal itu membuat ciuman ganas Yunho terhenti. Yunho jadi memandang penuh kekesalan pada Jaejoong.
"Kenapa? Kau tidak ingin berciuman denganku karena kau habis berciuman dengannya?"
Jaejoong kembali menggelengkan kepalanya, sebagai jawaban bahwa apa yang dikatakan Yunho tidak benar. Dia merasa harus meluruskannya. Shim Changmin memang dulu pernah mengatakan perasaan cintanya pada Jaejoong, namun Jaejoong hanya menganggap Changmin sebagai adiknya, yah adik sahabat baiknya Kim Junsu. Dan karena satu hal juga, Jaejoong telah menempatkan hatinya hanya untuk satu orang, Jung Yunho.
"Aku tidak berciuman dengannya.."Jaejoong kembali mencoba untuk membela diri.
Namun perkataannya tampak tidak berarti di pendengaran Yunho. Jaejoong bisa melihat wajah Yunho memerah karena marah.
"Tidak seperti yang kau lihat, Yunho ya.. Kau harus percaya padaku, aku tidak mungkin melakukan –"
BUKK
Jaejoong tidak dapat lagi melanjutkan penjelasan. Dia dibuat terkejut dengan mata tertutup begitu Yunho dengan tiba-tiba mendaratkan kepalan tangannya ke pintu – tepat di sebelah wajah Jaejoong. Dan sebelum dia dapat membuka matanya lagi, mulutnya kembali dibungkan Yunho dengan ciuman liar. Yunho mengeksplor lidahnya ke dalam mulut Jaejoong, tanpa perduli dengan Jaejoong tetap diam. Yunho mendominasi keadaan. Pria tampan ini semakin memojokan tubuh kecil Jaejoong berhempitan antara pintu dan tubuh besarnya.
Keluhan tertahan keluar di sela-sela ciumannya.
"Yun.." Jaejoong mencoba bicara di sela-sela desakan dari Yunho. Dia menggapai-gapai pundak Yunho untuk melepaskan diri. Namun, hasilnya akan selalu sama. Yunho menjauhkan tangan Jaejoong dari pundaknya kemudian menyentakkannya ke pintu – sebelah – menyebelah di kepala Jaejong.
Jaejoong jadi terhenti untuk kembali melakukan pengelakan. Ia menyerah untuk melakukan apapun. Ia terlalu tahu, bagaimana kuatnya ia menghindar, ciuman liar Yunho tak akan berhenti.
"Kim Jaejoong, kau berhianat dengan si brengsek itu.. kau akan tahu akibatnya.."
"Yunho ya.. "
"Apa? Kau mau mengatakan apa, ha? Dia bukan selingkuhanmu? Lalu mengapa kau.."
ARGHKKK
Yunho berteriak, dia memandang Jaejoong dengan tajam, kemudian mulai mengarahkan tangannya ke wajah Jaejoong.
Jaejoong segera memejamkan matanya, dia sangat takut jika Yunho akan benar-benar memukulnya lagi.
BUKK
Tubuh Jaejoong bergetar ketika mendegar suara di sebelah telinganya. Yah, Yunho baru saja (sekali lagi) meninju pintu di sebelah kepala Jaejoong. Jaejoong membuka matanya dan memandang takut-takut pada Yunho.
Yunho tampak menganggukan kepalanya.
"Lakukanlah.. lakukanlah apa yang kau inginkan.. dan aku juga akan melakukan apa yang aku inginkan.."
Setelah itu Yunho langsung pergi.
Dan Jaejoong terpuruk dengan airmatanya – lagi.
Sudah tiga hari Yunho tidak pulang ke apartmen. Jujur saja Jaejoong merasa sangat sedih, dia takut jika Yunho tidak akan pernah kembali. Sungguh mengapa saat itu Changmin bisa menciumnya? Dan mengapa dia tidak bisa mengelak lebih awal? Jika saat ciuman itu tidak terjadi, Yunho mungkin tidak akan semarah ini padanya.
Jaejoong terus saja menangis.
"Yunho ya.."
Tangisannya terhenti begitu sosok Yunho melangkah melewatinya begitu saja ke dalam kamar mandi. Jujur saja dia sangat senang, tapi dengan ketakutan terselip di hatinya. Senang karena dapat melihat wajah Yunho lagi, dan takut kalau-kalau Yunho akan memukulinya lagi. Jaejoong ingin membuka pintu kamar mandi itu, tapi dia memilih menunggu saja sampai pasangannya itu keluar.
Jaejoong langsung melangkah mundur ketika pintu di depannya terbuka, dan Yunho keluar dari dalam. Lagi-lagi tanpa melihat Jaejoong, Yunho melewatinya berjalan ke ruangan khusus penyimpanan pakaian. Jaejoong langsung mengikuti Yunho.
"Kau sudah makan?" Tanya Jaejoong.
Yunho hanya menggelengkan kepala.
"Oh.. kau mau apa? Aku akan membuatkannya untukmu.."
"….."
"Yunho ya.. kau masih marah padaku? Maafkan aku.."
"Yunho ya.."
Jaejoong memeluk Yunho dari belakang, namun Yunho hanya diam saja. Lama dengan posisi seperti itu tanpa balasan dari Yunho, suara Jaejoong mulai terdengar menjadi sebuah isakan. Pria itu menyimpan wajahnya di punggung Yunho.
Terus terang saja, Yunho tersentuh dengan tangisan Jaejoong. Dia memang masih marah, dan sangat benci dengan ciuman itu. Ah, bahkan dengan membayangkannya saja akan membuat Yunho murka.
Suara tangisan Jaejoong semakin keras, dan akhirnya membuat Yunho menggerakan tubuhnya hingga berbalik menghadap Jaejoong.
"Yunho ya.. Maafkan aku.." ucap Jaejoong lagi.
TBC….
