YunJae Fanfiction /Secret Wedding/Part one
Pairing : Yunho x Jaejoong
Rate : PG – NC
Genre : Romance, Yaoi, hurt, comedy? … (maybe masih ada yg laen)
Length : one – …?
Author : ReaYoonJae
Martini, Vodka, Tequila, Heineken beer, tersimpan berjejer di atas meja oleh dua pelayan. Masing-masing mengambil minuman sesuai kesukaan. Yup, hari ini adalah hari paling membahagiakan bagi beberapa pemuda itu, di mana mereka telah menyelesaikan perkuliahan mereka. Siang tadi mereka sudah menggelar upacara kelulusan di universitas, kemudian sekarang melanjutkannya dengan minum-minum di sebuah klab yang terletak di tengah kota Paris. Mereka menempati ruangan khusus di klab itu. Hal ini tidak lepas juga dari salah satu diantara mereka yang merupakan putera pemilik klab tersebut – Mirotic Bar Club.
Kim Jaejoong – salah satu dari pemuda yang hadir disitu mulai melirik pada botol-botol di depannya. Baru seminggu yang lalu dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi bersentuhan dengan alcohol. Sebenarnya saat teman-temannya bersepakat untuk menyelesaikan perayaan di klab ini, Jaejoong agak kurang setuju. Pemuda ini justru mengajukan pendapat untuk ke restoran saja, namun apa yang dia katakan sama sekali tidak mendapat persetujuan dari teman yang lainnya. Setelah cukup lama melakukan perdebatan dalam otaknya, Jaejoong akhirnya meraih sebotol martini kemudian menuangkannya sedikit pada gelasnya. Yeah, hanya malam ini saja dia akan minum karena malam ini adalah pengecualian baginya.
Tak jauh berbeda dengan seorang pemuda lain bernama Jung Yunho . Pemuda tampan itu juga sebenarnya kurang begitu menyukai acara-acara semacam ini, tapi karena saat ini adalah hari bersejarah dalam hidupnya, dan dalam hidup teman-temannya yang lain, maka dia harus mengesampingkan rasa malas dengan menyetujui ajakan mereka. Lagi-lagi, hari ini juga adalah pengecualian baginya.
Kim Jaejoong dan Jung Yunho sebenarnya berasal dari Negara yang sama akan tetapi keduanya tidak begitu dekat. Mereka hanya saling mengenal karena beberapa kali berada di kelas yang sama. Ketika bertemu pun hanya sebatas senyuman tipis. Yunho mempunyai seorang teman dekat bernama Park Yoochun – seorang putera pemilik klab yang sekarang mereka datangi. Sementara Jaejoong juga berteman dekat dengan pemuda itu.
"Minum sampai puas.."
Park Yoochun mengangkat tequilanya, diikuti yang lainnya. Sejenak seperti membuat gerakan bersulang kemudian meneguk alcohol masing-masing sampai habis.
"Jangan ada yang berkata pulang lebih dulu.." ujar Yoochun lagi.
Beberapa menjawab "tentu" secara bersamaan, dan ada pula yang hanya tertawa-tawa. Sementara Jaejoong dan Yunho tidak merespon. Park Yoochun bahkan tak mengajak kekasihnya karena takut menggangu. Kekasihnya itu pasti tidak akan betah dan akan merengek minta pulang, dan dia tak ingin direpotkan dengan hal semacam itu.
"Yoochun, tidak ada yang lebih menarik di tempatmu ini? Tidak mungkin hanya ada alcohol di sini"Tanya seorang pemuda pada Yoochun. Tontonan yang menarik? Para lelaki dewasa seperti mereka pasti tahu apa yang dimaksukan pemuda itu.
Yoochun tersenyum. "Well, kalian mau yang seperti apa, hm?katakan saja dan apa yang kalian minta akan segera datang"sahut Yoochun dengan bangganya.
Mirotic Bar Club memang bukan hanya tempat untuk menghabiskan malam dengan menenggak alcohol. Tempat hiburan malam yang cukup terkenal ini juga memberikan 'tontonan' yang memanjakan mata para pengunjungnya. Tapi jangan salah, tempat ini bukan tempat biasa. Klab ini merupakan klab elit yang hanya didatangi oleh pemegang kartu member saja. Dan yang paling penting, klab ini dipastikan bebas dari rasia kepolisian.
"Kau sudah tahu selera kami.."
"Yeah, kau adalah pakar dalam menilai sesuatu yang menarik"
"Keluarkan saja yang terbaik dari klab ini.."
Beberapa suara menanggapi pertanyaan Yoochun tadi. Pria tampan ini kembali tersenyum. Setelah itu Yoochun terlihat menghubungi seseorang. Senyumannya kembali terulas begitu dia sudah duduk bergabung dengan yang lainnya.
Sesuai dengan yang Yoochun katakan, beberapa perempuan cantik berdatangan ke ruangan itu. Dan jangan Tanya dengan penampilan mereka. Semua memakai pakaian super seksi namun tidak berkesan murahan. justru mereka sangat menarik.
Pemandangan yang terlihat pada menit berikutnya benar-benar berbeda dari sebelumnya saat mereka datang. Beberapa pria di ruangan itu telah dimanja dan memanjakan. Masing-masing sibuk dengan perempuan-perempuan cantik itu. Sangat berbeda dengan keadaan Jaejoong dan Yunho. Keduanya seolah menjadi penonton bisu. Jaejoong berkali-kali memutar matanya begitu adegan ciuman dari sudut kanan tercipta, pelukan mesra dari sudut kiri, ucapan-ucapan menggoda dari pasangan di depan, dan semuanya sangat memuakkan untuknya. Padangan Jaejoong lalu terlaih pada Yunho yang kini telah duduk bersebelahan dengannya. Yah, karena sekarang hanya mereka yang tidak memiliki pasangan jadi keduanya duduk bersama.
Yunho justru tidak merespon secara berlebihan seperti Jaejoong. Dia tampak biasa saja, namun itu justru semakin memperlihatkan sisi 'cool' seorang Jung Yunho. Jaejoong masih melirik pada pria tampan itu sampai secara tidak sengaja mata mereka bertemu. Cepat-cepat keduanya membuang muka. Dan lagi-lagi Jaejoong harus mendengus kesal. Yah, seperti sebelumnya, hubungan mereka memang tidak begitu baik.
"Oh. Jaejoong.. kau berencana segera kembali ke Korea?" Terdengar suara dari depan Jaejoong - Park Yoochun. Akhirnya bersuara setelah tadi hanya terpaku dengan dua perempuan cantik disebelahnya itu.
Jaejoong menatap Yoochun sembari mengangkat bahunya.
"Aku belum tahu. Mungkin akan tinggal di sini beberapa bulan lagi.."katanya.
Beberapa minggu yang lalu, orangtua Jaejoong mengatakan bahwa dia harus segera kembali karena akan mengurus perusahaan keluarga mereka di Korea. Mereka baru saja menyelesaikan kuliah, jika segera kembali dan mengurus perusahaan di sana – pasti tak aka nada waktu untuknya bermain. Lebih baik menyegarkan otak dengan tinggal di Paris beberapa bulan ke depan.
"Bagaimana dengan mu? Aku pikir kau akan segera menikah setelah selesai"Jaejoong balik bertanya.
"Aku tidak memikirkan untuk menikah. Kau sangat tahu masalahnya.."sahut Yoochun, dan sama sekali tidak peduli dengan dua perempuanyang bersamanya. Lagipula tidak ada efek yang berarti ketika perempuan-perempuan itu mendegar pernyataannya, bukan?
Yoochun membuang nafas berat. Tiba-tiba teringat dengan seseorang. Dia sangat membenci keadaan seperti ini. Keadaan di mana dia harus teringat lagi dengan –nya. Seorang pemuda yang telah menolak perasaannya dan memilih menikah dengan gadis cantik – senior mereka di sekolah menengah dulu.
"Aku tahu, tapi itu sudah bertahun-tahun lamanya. Kau harus melupakannya. Bukankah kau cukup terhibur sekarang? Yeah, dengan Hyorim juga.."
Yoochun menganggukan kepalanya. Dia menyetujui perkataan Jaejoong. Dia memang cukup 'terhibur' sekarang dan cukup betah dengan kekasihnya itu, namun tak pernah cukup untuk membuatnya melupakan seseorang -tahun memang sudah terlewati namun setiap tahun itu justru semakin membuatnya sulit berpaling. Masa lalu memang begitu menyakitkan di satu sisi, tapi di sisi lain begitu manis.
"Bagaimana dengan mu? Aku tidak pernah mendengar kabar tentang kekasihnya dari mu.." Yoochun balik bertanya.
Sejak berteman dengan Jaejoong, sahabatnya itu tak sekalipun mengenalkannya pada seorang gadis. Jaejoong memang pernah berkata untuk tidak mau terikat hubungan apapun. Sebenarnya, di Korea – Jaejoong telah di tentukan oleh kedua orangtuanya akan dijodohkan dengan kolega keluarga mereka. Mungkin hal ini adalah salah satu alasan mengapa Jaejoong enggan untuk cepat-cepat kembali ke sana.
"Kau juga ingin menghindar, kan?"tebak Yoochun.
Jaejoong mengelak dengan cepat. Dia menggelengkan kepalanya. Bukan untuk menghindar, tapi dia memang belum ingin kembali. Di Paris – suasana di sini masih begitu dia sukai. Mungkin saja dia berpikiran untuk mencari gadis di kota ini saja, lalu membawanya ke Korea dan mengenalkannya pada kedua orangtuanya. Dengan demikian rencana yang telah di atur mereka, tak kan pernah terwujud.
"Aku hanya ingin menyegarkan pikiranku dengan lebih lama di sini.."kata Jaejoong.
Sesaat mata Yoochun tertuju pada Yunho yang dari tadi hanya berdiam diri. Entah apa yang ada di pikirannya. Sekarang adalah saatnya untuk bersenang-senang dan melupakan segala kesesakan yang menimpah otak selama kuliah.
"Yunho.. ada apa dengamu? Dari tadi kau tidak pernah bicara"Tanya Yoochun.
"Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin diam dan menikmati acara kalian.."sahut Yunho. Sebenarnya agak dingin, tapi itu bukan masalah pada Yoochun dan teman-teman yang lain. Mereka sudah sangat hafal dengan kelakuan Yunho. Siapa saja yang tidak mengenalnya akan menyimpulkan hal semacam itu, namun yang sebenarnya Yunho adalah pria yang baik.
"Apa kau sudah mabuk? Ayolah, ini baru awal dan kau sudah mabuk?"Yoochun menebak.
"Sudah banyak yang ku minum.."jawab Yunho.
"Bilang saja kau tidak kuat minum, kau kalah dari Jaejoong.."
"Kalah?yang benar saja.."
Jaejong segera melirik pada Yunho begitu Yoochun menyebut namanya. Jaejoong hanya tersenyum sebentar, sebenarnya ingin menanggapi juga tapi dia mengurungkan niatnya itu. Hubungannya dengan Yunho tidak begitu dekat, dan tidak begitu baik juga. Yunho pernah satu kali membuat Jaejoong kesal lewat perkataannya.
'Apa kau seorang perempuan yang terjebak di tubuh laki-laki?'
Yah, itu adalah perkataan Yunho yang tidak Jaejoong sukai. Jaejoong paling benci saat orang-orang mengatainya seperti itu. Salah siapa jika dia memang memiliki wajah cantik? Dan Jaejoong sama sekali tidak suka saat orang-orang mengatakan dia cantik. Dia adalah seorang laki-laki sejati walau wajahnya tidak seperti itu.
Mengingat hal itu membuat mood Jaejoong tiba-tiba menghilang. Jaejoong memasang rokok kemudian menyelipkannya di antara bibir merahnya. Perasaannya mulai membaik dengan begini. Dia kemudian melihat lagi pada Yunho, pria itu masih mengobrol dengan Yoochun. Yah, sepertinya Yunho tidak mengunci suaranya seperti tadi.
…..
Entah karena alcohol atau karena hal apa, Jaejoong dan Yunho jadi sangat dekat. Kecanggungan diantara keduanya telah lama hilang. Jaejoong menawari rokok pada Yunho dan pria tampan itu menerima dengan senang hati. Begitu juga dengan alcohol yang entah sudah berapa kali Jaejoong tuangkan ke gelasnya dan gelas Yunho, pria itu terus menerimanya.
Satu per satu teman-teman mereka menghilang. Beberapa mengatakan ada acara keluarga, sudah mabuk. Yunho dan Jaejoong sepakat itu hanyalah alasan bagi teman-teman mereka untuk melarikan diri bersama perempuan-perempuan yang tadi. Sementara Yoochun? Putera pemilik klab itu sudah berkali-kali memuntahkan isi perutnya. Yoochun akhirnya diantar pulang oleh salah satu teman mereka. Sedangkan Yunho dan Jaejoong memilih tinggal sebentar lagi.
Jaejoong menghabiskan sisa martininya. Dia memandangi Yunho yang telah duduk menyandar, dan tampaknya sudah sangat pusing. "Masih mau di sini? Sebaiknya kita pulang juga.."ujar Jaejoong pada pria tampan itu.
Yunho membuka matanya, agak kurang paham pada awalnya sampai dia menganggukan kepala. Keduanya kemudian berpamitan pada yang lainnya, lalu segera berlalu dari klab itu. Akan tetapi karena dirasa hari masih terlalu menarik untuk dilewatkan dengan menyendiri di apartmen masing-masing, sekarang juga baru pukul 11 malam, masih terlalu' pagi' bukan? Keduanya akhirnya mencari tempat lain untuk mengobrol.
"Sekarang kita mau kemana, Yunho ya?"Tanya Jaejoong. Sudah cukup jauh keduanya berjalan setelah meninggalkan klab tetapi tidak tahu harus menuju kemana.
Yunho menghentikan langkahnya kemudian memandangi Jaejoong yang tampaknya sudah kelelahan. Dia tersenyum lembut sembari meraih tangan Jaejoong dan mengajaknya kembali berjalan. Jaejoong sendiri agak kaget pada awalnya namun tidak melepaskan genggaman Yunho. Tiba-tiba saja semburat merah menghiasai wajahnya yang memang sudah memerah sebelumnya.
"Terus jalan saja, mungkin kita akan menemukan tempat yang menarik untuk kita singgahi.."kata Yunho.
Jaejoong menganggukan kepalanya.
Keduanya terus melangkah melewati bangunan-bangunan pertokohan hingga langkah mereka terhenti pada sebuah tempat dan sepertinya sedang berlangsung suatu acara. Yah, bisa disimpulkan seperti itu karena terlihat kesibukan dengan banyak orang di dalamnya. Mereka saling melihat satu sama lain kemudian memandangi dua kata yang terterah di pintu masuk tempat itu.
"GAY WEDDING"
Mata keduanya terbuka dengan lebar. Saling bertatapan lagi hingga tawa mereka membahana. Apa-apaan ini? Namun, tawa konyol itu akhirnya membawa keduanya ke dalam, ke tempat berlangsungnya pernikahan itu. Sesuai yang Yunho katakan tadi, sekarang mereka memang menemukan tempat yang sangat menarik untuk didatangi. Sekedar iseng saja untuk melihat apa yang terjadi di dalam. Di tempat itu, pernikahan gay, ternyata bukan sepasang saja yang akan menikah, tapi beberapa pasangan. Keduanya langsung duduk setelah mendapati ada dua kursi yang kosong. Dan lagi-lagi Yunho dan Jaejoong melebarkan tawa mereka hingga terdengar oleh orang-orang yang ada di situ.
"Kalian juga pasangan yang akan menikah?"Tanya salah satu pria di samping keduanya.
Yunho dan Jaejoong kembali bertatapan sembari tertawa-tawa.
"Kau benar, kami juga akan menikah"jawab Yunho, akhirnya setelah tadi agak berkutat dengan pikirannya.
Jaejoong melebarkan matanya sebentar kemudian mulai tertawa konyol.
"Kau sudah gila.."desisnya.
Yunho mendekatkan wajahnya ke telinga Jaejoong, "Tidak apa-apa, lagi pula tidak ada yang tahu.. kita hanya main-main saja.."bisiknya pula.
Jaejoong sempat berdecak namun akhirnya tawanya kembali terdengar. Entah sadar atau tidak, yang pasti saat ini keduanya tengah dikuasai alcohol. Satu per satu pasangan-pasangan itu mulai mengikat janji untuk selalu bersama. Yunho dan Jaejoong begitu terpana melihat prosesi sederhana itu.
"Mereka menikah sedirian?ah, maksudku tanpa keluarga yang mendampingi?"
"Tidak ada keluarga yang menginginkan anggota keluarganya gay.."
"Oh, mengapa harus larut malam seperti ini?"
"Mungkin mereka memang menginginkannya.."
Jaejoong menganggukan kepalanya, seolah sangat mengerti padahal sebenarnya dia kurang paham.
"Aku yakin mereka pasti membayar mahal untuk ini.."
"Huh?"
"Yah, apa kau pikir pendeta itu mau menikahkan pasangan gay begitu saja tanpa keluarga, tanpa orang-orang yang dijadikan saksi? Aku tidak tahu kalau pernikahan sejenis telah dilegalkan di Paris"
"Semua yang ada di sini merupakan saksi, termasuk kita berdua. Dan Pendeta itu hanya ingin membantu.."
Tiba-tiba orang yang sedang mereka bicarakan mengarahkan pandangannya pada keduanya. Yunho dan Jaejoong jadi terdiam sembari menebak dalam otak mereka 'apa orang ini tahu apa yang sedang kami bicarakan?'
Dan mata pasangan lainnya juga tertuju pada Yunho dan Jaejoong. Ah, rupanya sekarang giliran mereka?
"Yunho..?"
Jaejong tersentak kaget saat Yunho meraih tangannya dan bermaksud mengajaknya berdiri. Yunho hanya tersenyum sembari menganggukan kepalanya, seolah sedang memberi sebuah keyakinan pada Jaejoong lewat tatapannya, dan tentu saja ini hanya sebatas kekonyolan karena Yunho tidak sedang dalam pikiran yang normal (sadar).
Jaejoong akhirnya ikut menganggukan kepalanya kemudian mulai beranjak dari duduknya dan mengikuti Yunho berjalan mendekat pada pendeta di depan itu. Senyuman aneh keduanya terus mengembang.
"Apa kalian yakin dengan keputusan ini?"
…..
Sinar matahari secara perlahan mulai masuk melewati sela-sela jendela dan memantulkan cahayanya ke dalam kamar gelap itu. Yunho terjaga dari tidurnya begitu merasakan wajahnya menghangat serta ada pergerakan dari bagian belakang. Yunho mengusap wajahnya. Ah, kepalanya benar-benar berat sekarang. Pusing. Sakit. Entah sudah berapa banyak alcohol yang dia telan, Yunho bahkan tidak bisa mengingatnya dengan baik. Jangankan mengenai alcohol, mengapa dia sudah berada di kamarnya, Yunho juga tidak tahu.
Yunho bangun dari rebahannya kemudian mulai menggerakan tubuhnya untuk menyandar di kepala ranjang, namun gerakannya terhenti begitu menyadari ada lengan tengah melingkar pada pinggangnya.
"Siapa kau..?"
Yunho berteriak sembari melihat-lihat pada orang di sebelahnya, tapi Yunho tidak bisa mengenali orang tersebut karena orang itu tidur memunggunginya.
"Yah, siapa kau?"teriaknya lagi. Dengan kasar dia menyingkirkan lengan orang itu.
Dan akhirnya, orang itu juga bangun.
"Woaa.. kau siapa?"suaranya tak kalah keras dengan teriakan Yunho tadi.
"Yah.. pelankan suaramu.."ujar Yunho.
"Jung Yunho? Kau? Mengapa kau di kamarku?"Tanya orang itu dengan mimic wajah yang benar-benar terkejut.
"Kau ternyata Kim Jaejoong. Seharusnya aku yang bertanya mengapa kau sampai berada di kamarku dan tidur di ranjangku. Apa kau mengendap masuk kemari, huh? Kau benar-benar…kau… ini.."
Perkataan panjang lebar Yunho terhenti begitu ia menyadari bahwa ternyata ini bukan kamarnya, dan tampaknya bukan kamar Jaejoong juga, kamar ini lebih menyerupai…
"Kenapa kita bisa di kamar hotel?"gumam Yunho. Pria tampan ini mengacak rambutnya dengan kasar. Apa-apa ini, bagaimana bisa dia tidur berduaan dengan Kim Jaejoong? Di hotel?
"Aku tidak tahu.. "balas Jaejoong, dia juga sama bingungnya dengan Yunho.
Mereka mengingat lagi apa yang terjadi sebelumnya hingga mata mereka membesar dan pandangan mereka bertemu.
"Tidak mungkin.." seru keduanya bersamaan.
#Flashback
"Yunho..?"
Jaejong tersentak kaget saat Yunho meraih tangannya dan bermaksud mengajaknya berdiri. Yunho hanya tersenyum sembari menganggukan kepalanya, seolah sedang member sebuah keyakinan pada Jaejoong, dan tentu saja ini hanya sebatas kekonyolan karena Yunho tidak sedang dalam pikiran yang normal (sadar).
Jaejoong akhirnya ikut menganggukan kepalanya kemudian mulai beranjak dari duduknya dan mengikuti Yunho berjalan mendekat pada pendeta di depan itu. Senyuman aneh keduanya terus mengembang.
"Apa kalian yakin dengan keputusan ini?"
Sang pendeta bertanya untuk meyakinkannya karena dia melihat pasangan ini seperti main-main saja. Hal ini bukan hanya menebak, pendeta itu dapat melihat tawa aneh keduanya yang dari tadi terus mereka perlihatkan.
Keduanya mengangguk dengan yakin.
"Kami yakin.."
Sebelum meneguhkan keduanya, sang pendeta menanyai nama keduanya karena pasangan ini tidak mendaftarkan diri sebelumnya. Dengan senang hati, Yunho dan Jaejoong memperkenalkan nama mereka pada pendeta itu. Dan akhirnya..
"Jung Yunho, apa Anda bersedia menerima Kim Jaejoong sebagai pasangan hidup Anda, menemani, menjaga, dan mencintainya hingga maut memisahkan kalian?"
"Ya, saya bersedia"
"Kim Jaejoong, apa Anda bersedia menerima Jung Yunho sebagai pasangan hidup Anda, menemani, menjaga, dan mencintainya hingga maut memisahkan kalian?"
"Ya, saya bersedia"
"Dengan ini saya menyatakan kalian sepasang suami dan istri. Apa yang telah dipesatukan Tuhan tidak boleh diceraikan oleh manusia!"
Tepukan tangan membahana setelah sang pendeta mengukuhkan pernikahan pasangan terakhir itu. Yunho dan Jaejoong saling melempar senyuman yang lagi-lagi sangat konyol.
#End Of Flashback
…
Kekonyolan yang terjadi beberapa hari lalu – tepatnya saat mereka merayakan kelulusan, seharusnya tidak pernah terjadi. Yunho mengutuk dirinya berkali-kali. Mengapa dia harus minum sangat banyak, dan kemudian mengakibatkannya lupa akan segalanya. Sehingga mendapati dirinya telah mengikat janji dengan seorang.. pria..
Oh, Shit! Mengapa dengan seorang pria? Mungkin saat dia menyadarinya dan itu ternyata dengan seorang gadis cantik, Yunho mungkin tidak akan mengutuk dirinya seberat ini. Sungguh sangat bodoh, konyol. Hal ini seolah mimpi buruk yang mendatanginya tanpa peringatan, mungkin telah diperingatkan tapi dia tak menyadarinya sedikitpun.
"Aku harap kau tidak mengatakan hal ini pada orang lain, termasuk Yoochun. Aku tidak ingin ditertawakan nantinya"ujar Yunho pada Jaejoong.
Saat ini keduanya kembali bertemu untuk membicarakan tentang 'pernikahan' yang telah mereka lakukan.
"Kau pikir aku juga mau? Asal kau tahu, aku tidak pernah bermimpi menikah denganmu.."sahut Jaejoong agak keras dan akibatnya beberapa pasang mata di café itu serentak mengarah pada mereka.
Yunho mendecak kesal atas hal itu. Dia melebarkan mata kecilnya pada Jaejoong.
"Apa?"Tanya Jaejoong. Dia juga membesarkan matanya, seolah sedang beradu mata dengan Yunho. Terus terang saja, Jaejoong benar-benar tidak menduga dan dia juga mengutuki dirinya atas kebodohan yang tengah dia lakukan.
Yunho cepat menghindar dengan memalingkan wajahnya ke samping. Terdengar helaan nafas beratnya. Setelah itu dia mulai melihat pada Jaejoong lagi.
"Okay, kita sama-sama tidak mau hal ini terjadi, karena itu tidak boleh ada yang berani membeberkannya pada orang lain…"
"Setuju.."
"Anggap saja tidak pernah terjadi sesuatu antara kita.."sambung Yunho.
"Kau bicara seolah memang pernah terjadi sesuatu.."gumam Jaejoong pelan namun bisa didengar Yunho. Pria tampan ini kembali melebarkan matanya. Dia ingin sekali mengatakan bahwa 'tidak mungkin terjadi sesuatu yang lebih dari pernikahan itu' pada Jaejoong.
"Mungkin saja, saat aku tidur.."gumam Jaejoong lagi.
Kali ini Yunho tidak bisa menahan diri lagi. Dia menatap Jaejoong dengan kesal.
"Apa? Kau sudah gila rupanya.. "ujarnya pula, dan lagi-lagi sukses membuat mata-mata di sekitar mereka mengarahkan pandangan pada mereka.
"Aku berkata mungkin saja, mengapa kau begitu terganggu? Tunggu, apa kau memang melakukan sesuatu padaku?"
"Hentikan dugaan konyolmu itu, aku tidak mungkin tertarik dengan orang sepertimu.."
"Kau pikir aku juga tertarik?"
"Lalu mengapa kau menuduhku sembarangan?"
Jaejoong terdiam, tak bisa berkata lagi. Well, mungkin dia sudah terlalu menduga yang tidak-tidak pada Yunho. Dan rasanya Yunho juga tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Tapi tunggu, hal seperti apa yang sebenarnya sedang mereka bicarakan?
"Okay, kita sudah selesai. Kalau kau masih mau disini silakan saja, aku sudah akan pergi"kata Jaejoong beberapa saat setelah menormalkan pikirannya.
"Kalau mau pergi tinggal pergi saja, tidak perlu mengatakannya padaku.."jawab Yunho.
Oh God! Jaejoong mendengus kesal. Bagaimana mungkin Yunho bersikap seperti ini? Benar-benar menyebalkan. Dan tanpa bicara lagi, Jaejoong akhirnya beranjak dari duduknya kemudian dengan cepat melangkah meninggalkan Yunho yang tampaknya sama sekali tidak peduli.
TBC…
