Disclaimer: Naruto (c) Masashi Kishimoto
Main Pair: sasusaku
MAGNIFICENT LOVE
By: sau-chan
Chapter 1
Memory
Happy Reading :)
.
o0o
.
Café de Flore, café ala prancis yang selalu menjadi tempatku menyelesaikan deadline saat ini terlihat cukup ramai untuk disebut sebuah café. Aku sudah 1 jam berada disini dan kopiku sudah mulai dingin. Aku mencoba untuk tetap fokus disaat rombongan menyebalkan membuat keributan. 'kenapa mereka merayakan ulang tahun di sebuah café?!' pikirku kesal. Aku menghela nafas dan bersyukur setelah mereka semua selesai kemudian meninggalkan café. Setidaknya café mulai sepi dan aku merasa nyaman dengan suasana ini.
"I'm always coming back to you.. you got me till the end.." aku bersenandung untuk mengilangkan jenuh sambil terus mengetik. "I'm always coming back to-AWW!" kurang ajar! Kopiku tumpah dan mengotori bajuku. Aku menatap kesal pada seseorang yang telah menabrak kursiku.
"Ah! maaf maaf, maafkan aku, aku tidak sengaja," seru seorang gadis berambut pirang yang baru saja – dengan tidak sengaja – menabrak kursiku dan dia terjatuh. Aku mengulurkan tanganku – walaupun sedikit kesal – untuk menolongnya. Tidak mungkin kan aku mengabaikannya?
"Kau baik-baik saja?" tanyaku sopan. Aku lantas mengajaknya duduk bersamaku. Sesaat aku sempat berpikir kenapa aku mengajaknya.
"Aku baik baik saja, terima kasih dan.. Oh Ya Tuhan! Aku mengotori pakaianmu, maafkan aku" dia mengambil saputangan dengan panik dan mencoba membantuku membersihkan tumpahan kopi di bajuku.
"It's ok, terima kasih" kataku sambil tersenyum. Aku menghargai penyesalannya.
"Kalau begitu.." dia mengulurkan tangannya. "Shion, salam kenal." Aku membalas jabatan tangannya, "Sakura," kataku sambil tersenyum.
"Jadi, apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya sambil menunjuk laptopku. Apa dia lancang?
"Oh, aku sedang mengerjakan deadline," aku mengabaikan kelancangannya.
"Deadline? Kau seorang penulis?" aku mengangguk memberinya jawaban. Aku menekan tombol save pada laptopku dan kemudian memasukan benda kotak tipis tersebut ke dalam tas. Tidak mungkin kan kalau aku mengabaikan teman baruku ini, lagipula aku dapat melanjutkan deadline ini nanti di rumah.
"Wow! Kau hebat sekali Sakura! Apa kau juga tergabung dalam organisasi penulis remaja yang terkenal itu?" tanyanya bersemangat.
"Kau tau organisasi itu?" tanyaku sambil tersenyum.
"Tentu saja. Organisasi itu sangat terkenal. Bahkan orang tauku sering membicarakannya! Ya Tuhan, aku senang bisa berteman dengan seorang penulis," kata Shion dengan riang.
"Kau berlebihan, Shion," aku terkekeh. "Oh ya, kau kelas berapa? Dan dimana sekolahmu?" tanyaku penasaran. Aku meneguk kopiku sampai habis.
"Oh! Aku baru mau masuk SMA tahun ini. Aku akan bersekolah di Konoha Japan School. Bagaimana denganmu, Sakura?" jawabnya. Aku sedikit terkejut sekaligus senang mendengar jawaban Shion.
"benarkah? Aku juga sama sepertimu, Shion! Bahkan sekolah kita sama! Apa ini sebuah kebetulan?"
"Ya Tuhan aku sangat senang! Yeeyy mungkin kita bisa bertemu, Sakura! Aku berharap bisa sekelas denganmu" katanya riang. Aku membalasnya dengan senyuman. Aku ikut senang, setidaknya aku menemukan satu teman baru saat masuk sekolah nanti.
Aku kembali melanjutkan obrolan dengan Shion, kami mulai bercerita tentang sulitnya ujian masuk Konoha Japan School, dan melanjutkannya dengan obrolan ringan lainnya. Kami bahkan membicarakan seorang pria! Astaga! padahal kami baru saling kenal beberapa menit yang lalu. Aku mulai merasa nyaman bercerita dengan Shion. Aku akui, aku senang bisa berteman dengannya. Kupikir kami bisa berteman dengan baik.
"Shion?" tiba-tiba seseorang menepuk pundak Shion, kemudian Shion menoleh.
"Ten Ten!" Shion terkejut dan kemudian memeluk gadis bernama tenten tersebut, dia terlihat sangat senang. Tetapi, aku yakin wajahku sangat pucat sekarang. Tubuhku menegang, pikiranku kalut, 'kenapa aku bisa bertemu dengannya?!' pikirku panik. Orang yang datang bersama ten-ten tersebut juga terkejut melihatku.
"Sakura.." ucap seorang gadis berkuncir empat yang tak ingin ketemui itu. Suaranya sangat pelan, hampir tak terdengar. Tapi aku yakin bahwa dia menyebut namaku.
"Emm, Shion.. se-sepertinya aku harus pulang sekarang. Te-terima kasih." ucapku kaku, lidahku kelu. Aku benar benar harus pergi. Kepalaku sangat pusing, dadaku sesak. Aku butuh udara segar. Aku segera berlari keluar café, aku berlari dan mengabaikan teriakan Shion yang memangil namaku. Aku pergi menuju pintu keluar. Kemudian, aku menghubungi seseorang,
"Hallo," sapa seseorang di seberang sana.
"K-kak, a-aku.. a-aku.." aku kalut.
"Sakura! Kau baik baik saja?" ujarnya panik.
"A-aku bertemu dengannya.." nafasku tercekat. Aku mati rasa.
"Kamu dimana sekarang?"
"D-di café b-biasa" aku memegangi kepalaku. Aku benar benar pusing.
"Kakak akan menjemputmu! Tunggu di dekat pintu keluar" aku mengangguk seraya mematikan telepon. Aku terduduk di dekat pintu keluar. Aku menuntun diriku sendiri untuk bernafas dengan benar. Tarik nafas-buang, Tarik nafas-buang. Kuulangi terus berkali kali sampai detak jantungku kembali normal. Air mataku perlahan menetes. Ingatanku kembali melayang. Kembali teringat kejadian 2 tahun yang lalu. Kejadian yang sangat ingin kulupakan. Perlahan kuangkat kakiku, kudekap erat lututku dan kusembunyikan wajahku untuk meredam isakan. Udara malam terasa semakin mencekikku.
Beberapa menit kemudian , aku merasakan sepasang lengan memelukku. Aku mengangkat kepalaku dan mendapati kakakku disana. Kemudian aku melompat kedalam pelukakan kakakku. Aku membenamkan wajahku ke dadanya. Kakakku membelai rambutku lembut. Aku tak dapat lagi menahan isakan, aku menangis lagi. Aku benar benar takut.
"Sasori-nii," ujarku lirih. Aku semakin membenamkan kepalaku ke dada bidangnya.
"Sshh.. tenanglah sakura, kakak disini." Kakakku selalu dapat menenangkanku. Dengan belaian lembutnya dirambutku dan bisikan penenang darinya. Aku mulai dapat mengendalikan diriku. Sakit kepalaku perlahan mulai hilang. Aku juga sudah berhenti menangis.
"Ayo pulang," ajaknya. Aku hanya mengangguk dan mencoba berdiri dengan dibantu kakakku.
o0o
NORMAL POV
Di sebuah ruangan yang gelap, terdapat lelaki tampan yang sedang tertidur dengan damai di atas ranjang empuk. Tiba-tiba pintu ruangan tersebut terbuka.
"Sasuke bangunn!" teriak seorang lelaki yang lebih tampan dan terlihat lebih tua dari lelaki yang dipanggi sasuke tadi. Lelaki yang sepertinya kakak sasuke itu kemudian menarik narik selimut yang digunakan sasuke.
"Berisik Itachi-nii!" teriak sasuke yang tak mau kalah dari teriakan itachi. Terjadilah adegan teriak teriak dan tarik menarik selimut yang berlangsung sengit. Hingga Itach melepaskan genggamannya dari ujung selimut dan alhasil sasuke terjatuh kebelakang menatap lantai dengan keras sampai terdengar bunyi 'BUG!'.
Itachi tertawa terbahak bahak sambil berkata "MAMIA!". Sasuke mendelik kesal ke arah Itachi. Ia kemudian bangun dan duduk di pinggiran ranjang sambil memegangi pinggangnya yang sakit. Ingin rasanya ia mengumpat di depan Itachi, tapi tak mungkin ia lakukan mengingat Itachi kakaknya dan sekarang ia berada di dalam rumah yang berarti 'Jadilah anak baik atau Kami-sama akan menendang bokongmu'.
"Itachi-nii keterlaluan," ujar sasuke kesal. Itachi mulai dapat mengendalikan dirinya dan berhenti tertawa. Namun masih sedikit terkekeh. Ia menyandarkan tubuhnya ke pinggiran pintu sambil melipat tangan.
"Hey sasuke, salah sendiri tidak bangun bangun. Kau lupa? Pagi ini aku akan berangkat ke USA. Kau tidak ingin mengantarku sampai bandara?" Sasuke terkejut, ia melupakan hal ini. Ia lalu melihat jam di atas nakas dan kemudian berlari menuju kamar mandi.
Itachi tersenyum melihat kelakuan adik satu-satunya itu. Ia kemudian berjalan keluar meninggalkan kamar Sasuke sambil berseru, "Kami menunggumu di ruang makan, Sasuke!"
Sampai di ruang makan, itachi membantu ibunya membuat sarapan. Ia mulai merapikan meja, mengisi air di setiap gelas dan menata makanan. Kalian tau? Di rumah ini ada banyak pelayan yang siap membantu, tetapi sepertinya sarapan kali ini memang disiapkan tanpa bantuan pelayan. Ini dikarenakan jarangnya keluarga Uchiha berkumpul. Jadi setiap ada kesempatan, uchiha Mikoto lah yang akan memasak, dan tentu saja anak anak nya lah yang akan membantu menata meja makan.
Kemudian datang lelaki paruh baya yang memiliki aura tegas dan juga berwibawa. Dia pasti kepala keluarga disini. Uchiha Fugaku. Lelaki paruh baya tersebut kemudian duduk di salah satu kursi.
"Ohayou tou-san" sapa itachi sopan pada ayahnya yang kemudian dibalas anggukan. Setelah itu ia dan ibunya duduk.
"Dimana adikmu, Itachi?" tanya Mikoto.
"Sebentar lagi dia kesini" jawab Itachi santai.
"Ohayou" seru seseorang tiba tiba.
"Cepat sekali mandinya, Sasuke" ledek Itachi sambil terkekeh. Sasuke hanya balas menatapnya tajam.
Sasuke kemudian duduk, dan mereka mulai makan dengan tenang. Ditangah kegiatan makan, Mikoto berkata, "Itachi, jangan lupa kalau ada waktu nanti sempatkan pulang ke rumah ya,"
"Tentu saja, kaa-san," jawab itachi sambil tersenyum.
"Jangan membuat masalah selama berada disana, Itachi. Selesaikan kuliahmu dengan baik. Buat ayah bangga." kali ini yang berbicara adalah Fugaku.
"Iya, tou-san" itachi menganggung mantap untuk meyakinkan ayahnya.
Setelah sarapan selesai, ayah itachi pergi menuju kamar untuk bersiap. Ibunya juga menuju kamar setelah selesai membereskan peralatan makan. Tinggalah Sasuke dan Itachi yang masih berada di meja makan.
"Kau jangan mereporkan tou-san dan kaa-san disaat aku tidak ada, Sasuke"
"Hn," jawab Sasuke sambil meminum jus tomatnya.
"Kurangi kebiasaan berkelahimu itu, kau dengar?"
Sasuke mengerang, "Aku tak akan mulai jika mereka tidak memulainya, nii-san."
Itachi menghela nafas, "Dengar, aku tau kau tidak suka diganggu. Tapi, Oh ayolah! Mereka bilang hanya ingin mengajakmu bermain. Jika kau menolaknya dengan sopan, aku sangat yakin mereka tidak akan kasar dan kalian tidak akan berakhir dengan babak belur." Itachi menggeleng tak percaya.
"Bermain katamu?" Sasuke tersenyum meremehkan.
"Apa maksudmu?" Itachi mengerutkan hidungnya.
"Mereka berbohong padamu. Mereka anak buah seorang yakuza, nii-san. Mereka datang dan menyerangku dari belakang saat aku pulang sekolah. Pengecut, bukan?" Sasuke tertawa meremehkan.
Itachi terkejut. Bagaimana bisa adiknya terlibat kasus dengan yakuza? "Apa masalahmu dengan yakuza itu Sasuke?" tanya Itachi serius.
"Anak yakuza itu temanku. Namanya Karin. Percayalah! Dia sangat menjijikkan. Dia menyukaiku, dia pernah mengatakannya dan tentu saja aku menolaknya" Sasuke meneguk habis jus tomatnya.
"Lalu?" Itachi terkekeh dan ia terlihat tertarik dengan cerita Sasuke.
"Ya kau tau taulah, seorang tuan putri kesayangan yang mengadu kepada ayahandanya" Sasuke mengangkat bahu seolah olah ini bukan sesuatu yang membahayakan dirinya. Sasuke memang jago bela diri, ia pernah mengikuti kelas kempo sebelumnya. Sasuke juga seorang pemain basket dan sudah tergabung dalam tim kejuaraan nasional. Di sekolah, Sasuke merupakan murid yang cerdas, dia juga sangat tampan. Tak heran jika dia begitu populer. Tentu saja bukan hal yang sulit untuk menarik hati seorang anak yakuza.
Sasuke memang sering berkelahi dengan para anak buah yakuza itu. Sasuke akan diserang pada hari dimana dia menolak ajakan Karin saat di sekolah. Ajakannya pun beragam. Seperti ajakan makan siang bersama, belajar bersama, pulang bersama, dan lainnya. Tentu saja Sasuke selalu menolaknya. Karin merupakan tipe gadis pemaksa, dia akan selalu menggelayuti lengan Sasuke sebelum mengajaknya melakukan sesuatu. Sangat menjijikkan menurut Sasuke. Sasuke bersyukur ia akan segera SMA, yang berarti tidak ada Karin lagi dalam setiap hari harinya yang damai. Ia sangat yakin bahwa Karin tidak mungkin berhasil lolos ujian masuk Konoha Japan School untuk mengejarnya. Itu sangat mustahil.
.
.
.
.
.
"Jika sudah sampai, segera beritahu ibu ya, sayang." Mikoto memeluk anaknya. Ia sedih karena akan segera berpisah dengan anak sulungnya. Itachi mengangguk dalam pelukan ibunya.
"Jaga dirimu baik-baik, Itachi." titah sang ayah sambil memeluk Itachi. Itachi menjawab dengan anggukan. Setelah selesai memeluk ayahnya, Itachi kemudian memeluk adiknya.
"Lebih baik menghindar, jangan membuat mereka sedih," bisik Itachi. Sasuke tersenyum samar, ia mengerti maksud Itachi. Kemudian mereka melepaskan pelukan, "kau bisa menghubungiku, kapanpun kau mau" tawar Sasuke. Itachi tersenyum, kemudian ia mulai melangkahkan kaki masuk ke area check-In.
"Otou-san, Okaa-san. Aku harus latihan sekarang, aku pergi dulu ya" ujar Sasuke. Mikoto tersenyum kemudian mengangguk begitupula dengan Fugaku. Sasuke kemudian pergi keluar dari bandara. Sampai depan, Sasuke mencari cari sebuah mobil..
"Sasuke!" seru seseorang. Sasuke kemudian menolehkan kepalanya ke arah mobil milik seseorang yang meneriaki namanya tadi. Sasuke kemudian naik ke mobil tersebut.
"Kakakmu sudah berangkat?" tanya pria pemilik mobil tersebut.
"Hn" gumam Sasuke sambil memakai sabuk pengaman. Mobil tersebut pun mulai melaju menuju lapangan basket tempat mereka biasa latihan.
"Sasuke, tolong putar lagunya," pinta seseorang yang duduk di kursi belakang. Sasuke mengangguk, kemudian menekan tombol play dan terputarlah sebuah lagu.
Don't go! It's a mighty long fall
When you thought love was the top (Whoa)
Oh no, It's a wake up call
When your life went into shock (Whoa whoa)
It seems like gravity keeps pulling us back down
Don't go! It's a mighty long fall
When you know time is up (Whoa whoa)
Uso hitotsu ai wo futatsu
Sorede nantoka yarisugoshite kita deshou
Demo sore ja mou boku wo damasenai deshou
Jya dousuru doushiyo
"Hey Sasori, seleramu boleh juga" ucap seseorang yang dibelakang tadi. Pria itu tampak menikmati musiknya, ia bahkan menggerak gerakkan kepalanya sambil ikut bersenandung 'nana nana' karena ia tak tau liriknya.
"Ini kesukaan adikku, Dei. Dia sangat suka One Ok Rock, sampai sampai semua lagu di mobilku ia isi dengan lagu lagunya." Sasori menghela nafas pasrah.
"Hmm, adikmu boleh juga. Lagunya bagus, Sasori. Berhentilah mengeluh, karena sepertinya aku akan menyukai ini" Jawab pria bernama Dei sambil tersenyum riang.
"Kau punya adik, Sasori?" tanya Sasuke penasaran. Sepertinya ia juga menikmati lagunya, dengan tenang ia mendengarkan dan tidak mengeluh untuk mengganti lagunya.
"Iya, kau baru tau Sasuke? Adikmu perempuan kan, Sasori?" jawab Dei untuk sasuke yang kemudian dilanjutkan dengan melayangkan pertanyaan untuk Sasori.
"Heem," jawab Sasori sambil mengangguk.
"Yang berambut merah muda? Apa aku salah?" tanya Dei lagi. 'berambut merah muda?' batin Sasuke.
"Kau benar. Dimana kau bertemu dengannya?"
"Ah yappari.. adikmu itu sangat cantik, Sasori. Aku bertemu dengannya di Bazaar. Aku terkejut saat melihat namanya. Marga kalian sama, jadi aku tanyakan saja 'apa kau adik Sasori', dan dia menjawab iya. Hahahaha kalian adik-kakak kenapa wajahnya tak mirip? Aku sempat meragukannya, kau tau?" ledek Dei sambil tertawa.
"Tch.. tapi kau benar. Adikku memang sangat cantik," Sasori tersenyum bangga.
"Sepertinya dia sepantaran denganmu, Sasuke" ucap Sasori sedikit menengok ke arah Sasuke.
"Hn" Sasuke membuang muka ke arah jendela. Ia beberapa kali mendengar kata 'Ai' dan 'Love' dari lagu yang terputar, dan sesaat ia menyadari sesuatu. 'Cinta ya' pikir Sasuke, ia tak mau mengakui ini. Tapi, ia sangat ingin merasakannya, merasakan cinta, bisakah?
o0o
SAKURA POV
Aku sudah terbangun dari tidurku sejak pagi tadi. Biasanya, tiap pagi selama liburan, aku akan jogging bersama Sasori-nii. Tapi, berhubung suasana hatiku sedang berantakan jadi setelah mandi dan sarapan, aku kembali ke kamarku. Aku kembali merenung. Aku kembali teringat kejadian tadi malam. Bagaimana bisa gadis itu ada disini? Apa 'dia' juga ada disini? Aku menggelengkan kepalaku, berusaha menyingkirkan beragam pikiran negative yang bermunculan di otakku.
Selalu saja. Setiap ada sesuatu yang mengigatkanku dengan masa lalu, aku akan selalu seperti ini. Aku memiliki masa lalu kelam yang tak ingin kuingat ingat lagi.
Aku beranjak dari ranjang, kemudian aku mengambil ponsel dari dalam tas. Aku mencoba menghubungi seseorang. Aku butuh teman bicara.
"Hallo," sapa orang di seberang sana.
"Ino.. bisakah kau ke rumahku?" tanyaku padanya.
"Oh tentu saja, Sakura. Aku akan segera kesana. Tunggu sebentar ya," jawab Ino. Aku menghela nafas lega. Setidaknya sahabatku itu bisa membantu mengalihkan bayangan masa laluku.
Aku segera melompat ke kamar mandi. Aku membasuh wajahku dengan air di wastafel, aku sedikit menepuk nepuk pipiku pelan. Aku menatap diriku dalam pantulan cermin, 'jangan biarkan masa lalu menghambat kebahagiaanmu, Sakura' aku mencoba menyemangati diriku sendiri. Kemudian aku tersenyum, saatnya kembali ceria.
Aku segera berlari menuju pintu setelah mendengar bel rumahku berbunyi. Akhirnya! Ino datang!, pikirku senang. Setelah pintu kubuka, aku langsung berhambur memeluk Ino. Ya Tuhan! Aku sangat merindukan sahabatku ini. Ino terkekeh dan balas memelukku.
"Sakura, kau seperti tidak melihatku selama bertahun-tahun," Ino terkekeh.
"Aku sangat merindukanmu, Ino" pekikku riang. Kemudian aku melepaskan pelukanku. "Apa yang kau bawa?" tanyaku penasaran.
Ino menaikkan kantung belanjaan di samping kepalanya, "ICE CREAM!" seru Ino. Senyumku semakin lebar, segera kuseret Ino menuju kamarku, setelah kututup kembali pintunya
"Terima kasih Inooo, kau yang terbaik!" seruku senang. Aku melahap ice creamku dengan rakus, membuat Ino terkekeh.
"Despacito, Sakura," kata Ino sambil tersenyum.
"Despacito? Apa itu, Ino?" tanyaku sambil menautkan alis.
"Artinya, pelan-pelan" Ino berbisik lalu tertawa. Aku ikut tertawa bersamanya. Ada ada saja sahabatku ini. Darimana dia tau artinya?
"Kau pasti bertanya tanya darimana aku tau artinya, iya kan?" Ino menaik turunkan alisnya dua kali sambil mencolek daguku. Aku mengangguk sambil terkekeh. Kemudian ia tertawa. Aku sudah tidak terkejut jika dia dapat menebak apa yang sedang kupikirkan. Aku rasa itu memang keahliannya. Konyol memang, tapi percayalah, dari dulu dia memang berbakat dalam menebak pikiran orang.
"Ada deh, mau tau saja," jawab Ino sambil tertawa.
"Ya, terserah kau sajalah," aku menggelengkan kepala sambil terkekeh
Aku dan Ino kembali memakan ice cream sambil mendengarkan musik. Kami juga bercerita tentang hal hal konyol, kami sesekali terkekeh bahkan tertawa terbahak bahak. Ino sangat mengerti apa yang sedang kubutuhkan. Seolah bukan hanya dapat membaca pikiran, namun juga dapat mengetahui suasana hati seseorang. Kami sama sekali tidak membicarakan kejadian tadi malam ataupun mengungkit masa laluku. Aku sangat bersyukur bisa memiliki sahabat seperti Ino yang selalu bisa membuatku bahagia. Membuatku lupa akan perihnya masa lalu.
"Hey sakura, apa kakakmu itu tidak punya pacar?" tanya Ino.
"Entahlah, dia tak pernah bercerita lagi padaku. Apa kau ingat saat dia putus dengan mantannya dulu? Aku sangat membenci wanita jelek itu! Tega sekali dia menyakiti kakakku," ujarku penuh dendam.
"Hahaha iya juga ya, sepertinya kakakmu belum bisa move on. Oh Kami-sama! kakakmu itu sangat tampan, Sakura. Aku yakin di luar sana banyak gadis mengantri untuk dijadikan pacarnya, sayang sekali bukan?" aku mengangguk setuju.
Kakakku memang tampan, aku akui itu. Dia juga cerdas dan berbakat. Aku juga heran, kenapa kakakku belum punya pacar lagi sampai sekarang. Padahal banyak sekali gadis yang mencoba mendekati kakakku dengan mendekatiku terlebih dahulu. Banyak dari mereka sampai memberiku hadiah. Seperti boneka, kalung, gelang, makanan, minuman, bahkan pulsa! Astaga! Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran mereka. Mungkin maksud mereka seperti 'rebut hati adiknya dulu, baru hati kakaknya. Ini akan lebih efektif jika mendapat dukungan dari orang dalam'. Ya mungkin maksud mereka seperti itu, padahal aku juga tidak bisa membantu apa apa. Toh yang pacaran Sasori-nii, yang bakal milih cewek juga Sasorii-nii, bukan aku. Kenapa mereka mau repot repot mendekatiku, bahkan menghabiskan uang mereka untukku? Hahahaha, sebenarnya aku senang mendapatkan banyak keuntungan disini fufufuuu…
"Jadi Ino, apa kau sudah menemukan gebetan baru?" godaku pada Ino. Wajah Ino memerah dan aku terkejut.
"Astaga, Ino! Kau sudah temukan target baru?" Ino menganguk memberi jawaban. Aku menggeleng tak percaya.
"Kau baru saja putus dengan .. siapa itu namanya, aku lupa.. ah pokoknya itulah! Kau baru saja putus Inoo" Aku tak habis pikir dengan jalan pikiran Ino. Ia baru saja putus, dan sekarang ia sudah temukan gebetan baru? Aku bahkan lupa nama mantan terbarunya saking banyaknya pria dalam kehidupan sahabatku itu.
"Oh ayolah, seharusnya sekarang kau menangis tersedu sedu, Ino" aku mengibaskan tanganku di depan wajahnya.
"Maksudmu berenang di kubangan patah hati? Oh tidak, terima kasih," ujar Ino sambil tersenyum meremehkan.
"Benar benar seorang Yamanaka Ino," aku tersenyum pasrah sambil menggeleng tak percaya. Ino menyeringai.
Ya, seperti itulah Ino. Meski begitu, aku tetap menyayanginya. Aku bersyukur, ia bukan tipe orang yang berlarut larut dalam kesedihan putus cinta. Mengingat dia seringkali putus. Jadi aku tak perlu khawatir. Dia tidak akan mungkin melakukan hal gila seperti aksi nekat bunuh diri ketika patah hati.
"Kau juga harus merasakan rasanya pacaran, Sakura" Aku sedikit terkejut mendengar ucapannya. Kemudian aku terkekeh.
"Kata katamu salah, Ino. Yang benar itu, 'Kau juga harus merasakan rasanya jatuh cinta, Sakura' begitu," sejenak Ino terpaku, ia menatap emeraldku lama, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah ice cream nya lagi sambi mengangguk angguk tanda menyetujui ucapanku. Aku tertawa melihat ekspresinya.
"Kau benar, kau harus segera temukan cinta sejatimu, Sakura" Ino menatap mataku dalam.
"Kau berkata seolah kau sudah temukan cinta sejatimu saja" aku terkekeh melihat keseriusannya
"Aku serius dengan ucapanku, Sakura," Ino mengedipkan sebelah matanya kepadaku. Dia sedang menggodaku.
"Inoo," Aku mengerang kemudian melemparkan bantal ke arah Ino. Ino terkejut. Aku tertawa. Kemudian Ino membalas lemparan bantalku. Kami tertawa bersama. Oke perang bantal dimulai.
o0o
Terlihat seorang gadis berkuncir empat sedang duduk di sebuah gazebo. Ia terlihat sedang menunggu seseorang. Ia juga terlihat sedang melamunkan sesuatu.
"Temari?" terdengar suara pria memanggil namanya. Gadis bernama temari itu tersentak, lalu menoleh.
"Kak.. emm, bisa kita bicara?" tanya gadis itu. Pria yang dipanggil kakak oleh Temari berjalan mendekat, kemudian duduk di sebelahnya.
"Ada apa?" tanya sang kakak.
"Kak, a-aku bertemu de-dengannya," ucap sang adik dengan gugup. Sang kakak terkejut mendengar ucapan adiknya. Lelaki itu juga terlihat sangat senang.
"Benarkah? Jadi dia ada di kota ini? Apa kau yakin?" Temari menjawab dengan sebuah anggukan lemah. Kemudian kakaknya memeluk adiknya dengan sangat erat. Pria tersebut terlihat begitu bahagia. Disisi lain, temari terlihat sangat murung, ia seperti merasa bersalah, tapi dia juga ikut senang melihat kakaknya bahagia.
"Akhirnya.. aku menemukanmu, Sakura" ucap lelaki tersebut.
To be Continued
Hallo.. salam kenal, sau-chan disini.
Terima kasih sudah membaca fict inii
Ini fict pertama aku heuheuheu, jadi maafin yaa kalau tidak sesuai selera kalian, tapi aku berharap kalian semua sukaaa… 9^~^)9
Oh iya, aku suka banget sama OOR kyaaaaa! hehehe~
Btw, cocok ngga kalo oor di mix sama sasusaku? Review pendapat kalian yaa
Buat yang blm tau One Ok Rock bisa tuh sekalian nyoba dengerin lagunya, kali aja suka hehee, bagus loo~ #ceritnya promosi
Buat yang dah tau dan kebetulan juga suka, yuk ngidol bareng / #plak wkwkwkwkwk
Karena aku masih baru disini, jadi aku memohon dengan sangat bimbingan, dukungan, pendapat dan saran serta masukan dari kalian semua yaa..
Mind to Review?
