"Trank!"

"Sriing!"

Suara dua bilah senjata yang saling beradu terdengar jelas dalam peperangan itu.

Kalian benar, ini peperangan. Namun hal ini terjadi jauh sebelum Konoha dan desa-desa ninja lainnya dibentuk, lebih tepatnya saat sang calon Shodaime Hokage dan rivalnya masih berumur 15 tahun.

"Katon: goukakyu no jutsu!"

Bola api yang ukurannya jauh dari rata-rata itu tercipta saat Madara menyebutkan jutsunya.

"Doton: douryuheki!" ucap bersamaan beberapa orang dari klan Senju.

Seketika itu juga tembok tanah menjulang tinggi sehingga dapat menahan jutsu api yang dikeluarkan Madara.

"Hashirama!" teriak Madara pada musuh -mantan sahabat-nya itu. Ia geram karena sejak tadi Hashirama tak melawan serangannya.

"Madara! Haruskah kita seperti ini? Bagaimana tentang perdamaian yang dari dulu kita impi-impikan?" Tanya Hashirama.

Hashirama keluar dari area pertarungan itu, yang tentunya langsung disusul oleh Madara.

"Apa gunanya perdamaian saat klanmu membunuh semua keluargaku?!" teriak madara dengan tatapan benci. Sharingan tiga tomoenya aktif. Mereka tiba di tepi sebuah tebing.

Hashirama sejenak tak dapat membalas ucapan Madara. Namun, sebelum Madara melontarkan jutsunya lagi Hashirama kembali berkata.

"Kau benar, tapi semua itu bukanlah kehendakku."

"Bukan kehendakmu? Lalu bagaimana dengan Izuna?! Adikmu yang membunuhnya!" teriak Madara lagi.

Hashirama menatap sedih Madara.

"Bagaimana jika kau ada di sisiku? Melihat adikmu dibunuh oleh adik sahabatmu sendiri!" lanjut Madara miris.

Seketika itu juga, rasa bersalah Hashirama semakin memuncak. Madara benar. Ia tak akan terima apabila adiknya dibunuh oleh adik Madara. Ia tak dapat membayangkan bagaimana reaksinya nanti.

"Kau benar lagi, Madara" ucap Hashirama.

Madara hanya mendengarkan, tak berniat menimpalinya.

"Apa yang harus kulakukan agar kau memaafkanku?" ucap Hashirama sedih. Bagaimanapun juga, ia tak akan membiarkan sahabatnya itu jatuh ke dalam kegelapan.

Mata Madara melebar. Pasalnya, ia melihat sang rival, mantan sahabatnya itu bersungkur di hadapannya.

"Ada satu cara. Ya, hanya satu," balas Madara datar.

Hashirama masih tetap dalam posisinya, namun tatapannya mengarah ke Madara.

"Aku harus membunuhmu!" teriak Madara kemudian. Ia yakin Hashirama tak akan membiarkannya. Namun, apa yang dikatakan Hashirama selanjutnya membuatnya terkejut.

"Baiklah, jika itu yang kau inginkan. Tapi kau harus berjanji akan menghentikan peperangan ini," balas Hashirama.

Madara terkejut.

"Hashirama," ucap Madara sedih. Bukan jawaban seperti itu yang ia harapkan.

Hashirama masih setia di posisi bersujudnya. Melihatnya, amarah Madara lenyap seketika.

"Hei, baka! Apa yang akan mereka pikirkan jika melihat 'sang kepala klan Senju' bersujud di hadapan Uchiha?"

Hashirama terkejut, tentu saja. Ia segera bangkit dari posisinya.

"Hiks" "hiks"

Madara termangu.

"Hei! Apa yang sedang kulihat ini? Sang Senju menangis?" ucap Madara menyunggingkan senyum mengejek.

"Huweee"

"Madara~"

Hashirama mewek sambil memeluk Madara.

"Dasar cengeng," ucap Madara terhibur dengan kelakuan orang di depannya itu.

"Hikz"

"Ini semua salahmu!" ucap Hashirama setelah meredakan tangisnya.

"Apa maksudmu, hah?! Salahkan saja adik bodohmu itu!" balas Madara kesal.

"Uhm, Madara.." panggil Hashirama.

"Hm?" balas Madara.

"Matamu tampak berbeda," ucap Hashirama saat melihat iris merah berpola unik Madara.

"Oh, ini Eternal Mangekyo Sharingan. Aku mendapatkannya saat mencangkokkan mata Izuna," terang Madara.

"Wow.. Ngomong-ngomong, apa kita akan terus berpelukan?" tanya Hashirama.

Menyadari hal itu, Madara merona.

"Eh?! Gomen," ucap Madara terkejut sembari melepaskan diri.

"Hehe," mereka hanya tertawa gugup. Sebagai pemecah suasana, akhirnya Hashirama menanyakan perihal mata baru Madara sembari mendudukkkan diri di tanah.

"Hei, apa bedanya matamu dengan Mangekyo biasa?"

"Hmm.." Madara tampak berpikir.

"Pengguna Eternal Mangekyo Sharingan tak akan terancam kehilangan cahaya matanya seperti pengguna Mangekyo biasa, " terang Madara.

"Apa?! Berarti sebelum ini kau hampir buta karena menggunakan Mangekyo di setiap pertempuran kita?" tanya Hashirama tak percaya.

"Hm. Begitulah," ucap Madara santai.

"Bletak!"

"Baka! Kenapa kau tak memberitahuku?" balas Hashirama.

"Hei!" sahut Madara tak terima kepalanya dipukul.

"Memberitahu kelemahanku kepada lawan? Kau pikir aku bodoh?" lanjutnya lagi.

"M-maaf," ucap Hashirama merasa bersalah.

"Sudahlah. Lagipula mataku sudah lebih baik sekarang," balas Madara.

Mereka memandangi hamparan hutan di bawah mereka, terlarut dalam pikiran masing-masing.

"Kau ingat impian kita dulu?" tanya Madara membuat percakapan.

"Soal membangun sebuah desa? Tentu saja," balas Hashirama sembari meletakkan kepalanya di paha Madara.

Madara hanya membiarkan hal itu.

Lagipula, ia juga dapat memainkan rambut halus Hashirama, yang tentu tak akan diakuinya tersebut.

"Konoha gakure no sato" ucap Madara tiba-tiba saat melihat sebuah daun terjatuh di depan matanya.

"Desa daun tersembunyi? Kau menamainya terlalu harfiah," balas Hashirama.

"Biar saja! Memangnya kau punya nama yang lebih baik?" sahut Madara sebal.

"M-maaf," Hashirama pundung.

"Sudahlah, dasar baka!" ucap Madara terhibur.

Pulih dari pundungnya, Hashirama berkata

"Konoha gakure ya? Nama yang bagus."

"Hei.. Tunjukkan kekuatan matamu dong," lanjutnya lagi.

"Di sini?" tanya Madara.

Hashirama mengangguk.

"Baiklah. Yang pertama disebut amaterasu," terang Madara sembari memunculkan api hitam yang membakar sebuah pohon di dekat mereka.

"Api ini hanya dapat padam dengan kehendak penggunanya," lanjutnya lagi.

"Woww.. luar biasa," balas Hashirama terkagum-kagum.

"Apalagi?" tanyanya lagi.

Madara hanya tersenyum melihat binar di mata Hashirama.

"Yang kedua adalah susano'o, pertahanan diri absolut milik Uchiha," balas Madara bangga saat memunculkan sebuah armor chakra berwarna biru.

"Indahnya," ucap Hashirama tak sadar.

Mendengar pujian dari rivalnya itu, Madara berusaha menghilangkan rona di wajahnya.

"T-tentu saja! Jangan remehkan uchiha," balas Madara sembari menghilangkan susano'o-nya.

"Ada lagi?" tanya Hashirama setelah kembali tersadar.

"Ya. Yang ketiga disebut tsukuyomi, genjutsu kuat yang hanya dapat dihancurkan oleh sesama pengguna Mangekyo." Madara menerangkan.

Sebelum Hashirama kembali bertanya, Madara melanjutkan ucapannya.

"Lalu ada satu teknik berbeda yang dapat dikuasai setiap pengguna Mangekyo."

"Benarkah? Lalu apa milikmu?" tanya Hashirama penasaran.

"Entahlah, aku belum pernah mencobanya karena membutuhkan chakra yang sangat besar. Sepertinya ini sejenis jikugan ninjutsu," ucap Madara ragu.

"Jutsu ruang dan waktu?! Kau bercanda? Tunjukkan! Tunjukkan padaku!" balas Hashirama penuh ketertarikan.

"Apa kau tak dengar? Jutsu ini membutuhkan chakra yang besar. Apa kau mau tanggung jawab jika aku mati kekurangan chakra?" jawab Madara kesal.

"Hehe.. Bukan hanya kau yang mempunyai kekuatan baru, kau tahu? Belakangan aku ini telah berhasil menguasai senjutsu," ucap Hashirama bangga.

"Menggunakan chakra alam?" tanya Madara.

"Ya. Karena itu, aku bisa menyalurkan chakraku agar kau dapat mengaktifkan jutsumu itu" terang Hashirama.

"Huhh.. Baiklah," ucap Madara pasrah.

"Tapi ingat! Aku belum menguasai jutsu ini, semua resiko harus kau tanggung!" lanjutnya lagi.

"Iya iya," ucap Hashirama tak sabar sembari mengaktifkan senjutsu dan menyalurkan chakranya melalui punggung Madara.

"Oke, Mangekyo: Jikugan Ninjutsu!" teriak Madara menyebutkan jutsunya.

Seketika itu juga, mereka terselimuti cahaya kebiruan dan lenyap tak bersisa dari tempat tersebut.