"Apa sunbae tahu mimesis? Binatang yang seperti serangga berkamuflase untuk melindungi dirinya. Misalnya meniru cabang pohon, warna bunga dan lain-lain. Dulu sewaktu kecil aku suka sekali melihat foto-foto itu dan mencarinya. Binatang yang bisa meniru itu juga sepertinya punya dilema. Mereka bingung, apakah harus menyerang musuhnya atau diam saja … sunbae juga sama saja, Kau juga sedang melakukan "Mimesis" kan?"
.
Mimesis: Special Chapter
Cast:
EvilDragon aka Shim Changmin & Wu Yi Fan Kris
Genre: Romance/Frienship
Rated: M for this chapter
Waning: AU, crack pair(?) gila-gilaan, typo, alur cepat,
.
.
.
DON'T LIKE DON'T READ
.
Berniat meneruskan? silahkan…
.
.
Kalau tidak suka tolong beranjak dan menjauh, Mizu gak mau ngotori fict Mizu dengan flame bodoh di fandom ini, Ok^^
.
.
Anda sudah diperingatkan dear
.
.
"Hey kalau jalan lihat-lihat kau punya mata ti—"
Sang namja yang baru saja membentak seorang Shim Changmin tampak mengkerut takut. Bagimana tidak, dibalik kacamata tebalnya kini tengah bertengger bola mata tajam dengan penuh amarah.
"Lu—lupakan saja."
Berlari namja tersebut menjauh dari seorang namja nerd yang dulu menjadi bully seangkatannya kini berbalik mendatangkan teror.
Entah apa yang terjadi seminggu belakangan ini. Seorang Shim Changmin tampak semakin suram, namun aura yang dikeluarkannya sungguh membuat semua orang menjauh karena takut.
"Hahaha … kau hebat hyung, lihat dia sampai berlari seperti itu."
Changmin mendecih kecil mendengar celotehan, seorang Choi Minho. Sejak beberapa hari yang lalu mereka memang sudah berbaikan dan Minho meminta maaf karena sudah tak sopan dengan membentaknya di ruang senat.
"Lebih baik kau ganti kacamata dan dandanan anehmu itu hyung. Kau benar-benar tampak seperti manusia aneh tingkat dewa,"canda Minho walau tak pelak tatapan tajam Changmin beralih padanya.
Tak peduli pada apa yang sedang ditertawakan Minho padanya, Changmin memunguti bukunya yang berserakan. Sejak saat itu Changmin memang sedikit mengeras, hatinya sedang tak enak dan membuat orang-orang yang menjahilinya langsung menghindar bila tak ingin mendapat bogem mentah tanpa syarat.
Bila dulu seorang Shim Changmin adalah seorang evil yang ditakuti karena keusilannya lalu bertransformasi menjadi namja nerd korban pembullyan sekarang tak lebih baik bila berwujud namja nerd yang menjadi titisan evil Cassieopeia.
"Kalau kau masih ingin tertawa seperti orang gila silahkan saja, tapi antar buku ini ke perpustakaan dulu," ujar Changmin santai lalu beranjak pergi meninggalkan Minho yang hendak protes namun mengangguk saat melihat senyum manis milik evil Changmin.
Changmin berjalan menuju taman sekolah mereka. Duduk bersandar di salah satu pohon yang cukup rindang. Melepaskan kacamatanya sejenak, Changmin menurunkan kelopak matanya perlahan. Berusaha mengusir emosi yang sering kali meledak akhir-akhir ini.
Tepatnya saat Kris menghilang dari sekolah mereka.
Pagi dimana Changmin berpikir akan menemukan seseorang diranjangnya, pupus sudah. Tak ada seorang pun di apartemennya kecuali dirinya, Kris menghilang entah kemana. Bahkan pihak sekolah tak memberikannya alasan apapun kecuali transfer student Wu Yi Fan dibatalkan.
Kelas II D bangku ketiga baris ke empat.
Kursi dimana Kris duduk telah tergantikan oleh siswa lainnya yang datang ke esokan hari. Siswa yang sama berasal dari China namun bukan namja miliknya. Namja brunette yang membawa separuh hatinya.
"Kau kemana, Kris?"
.
.
.
"Minggu depan kita akan mengadakan acara perpisahan khusus tingkat III di Kanada. Sampaikan surat pemberitahuannya kepada orang tua kalian masing-masing. Semua persyaratan ada di dalamnya. Siswa yang melanggar tidak akan mendapatkan ijazahnya pada saat upacara kelulusan nanti."
Sebuah pengumuman panjang di papan mading sekolah membuat para siswa yang berada ditingkat akhir bersorak gembira. Baru kali ini perayaan diadakan di luar negeri biasanya mereka akan mengadakannya di daerah di dalam negara Korea saja.
Namun ada beberapa siswa yang menyerukan ketidaksukaanya. Tentu saja itu adalah tingkat dua dan satu yang tak bisa ikut serta kali ini karena acara ini khusus untuk pelepasan siswa yang akan selesai akhir tahun nanti.
"Hyung … kita bisa sekalian liburan. Kau tahu, Siwon hyung juga sedang berada di Kanada saat ini."
"Berhenti memikirkan apa pun di kepalamu, Choi Minho." Changmin menepuk pelan Minho, membuat namja tersebut mendecak sebal karena ide pelariannya di Kanada nanti ketahuan langsung oleh Changmin. Bagaimana tidak, berada di sisi Changmin sejak berada di sekolah menengah tentu saja membuat Changmin tahu apa yang ada di kepala Minho.
"Arraso … asal jangan nanti kau sendiri yang melarikan diri Hyung," sindir Minho langsung berlari sebelum Changmin sempat melempar bukunya.
"Dasar anak setan."
.
.
.
Tak terasa hari yang dinantikan mereka tiba juga. Mendarat dengan selamat di Kanada pada malam hari dan langsung beristirahat. Changmin dan Minho langsung menginvasi kamar merebahkan badan. Perjalanan yang cukup panjang terlebih sampai di malam hari membuat tubuh mereka sedikit kaku.
Beruntung Changmin mendapatkan kamar bersama Minho. Tak bisa dibayangkan kalau bersama yang lain. Hanya Minho yang bisa meredam aura evil Changmin akhir-akhir ini—tepatnya bebal— seakan mudah meledak hanya dengan sentuhan kecil.
"Kris …"
Minho yang belum sepenuhnya tertidur, terbangun mendengar satu nama yang diucapkan Changmin. Nama seorang namja yang merupakan hoobaenya yang telah meninggalkan sekolah. Seorang siswa transfer yang pernah menantangnya berbicara di ruang kelas.
"Kau tidak—" Minho tak berani melanjutkan pikirannya. Mengambil selimut dan menyembunyikan tubuhnya, Minho menyusul Changmin untuk tidur. Memutus semua pikiran buruknya tentang hubungan Changmin dengan nama seseorang yang baru saja keluar dari mulut hyungnya tersebut.
.
.
.
Acara perpisahan sekaligus wisata di negara Kanada itu tak membuat Changmn bisa mengukir sebuah senyuman di wajahnya. Bahkan dengan dandanan paling out to date sejagat raya, namja nerd itu malah mengeluarkan hawa neraka disekelilingnya.
Bahkan saat kini tubuhnya terjebak diantara kumupulan orang-orang yang bernyanyi di atas sebuah mobil bus yang melaju, tak membuat Changmin ikut serta. Moodnya masih sangat buruk sebelum bertemu mahkluk yang meninggalkannya dengan beribu tanya.
Minho yang duduk tepat di samping Changmin. Tak bisa melakukan apa pun saat hyungnya seakan memasang perisai 'don't ask anything' dan Minho lebih memilih diam daripada ia yang menjadi sansak hidup tangan dan kaki Changmin nantinya.
Pemandangan yang terlihat dari jendela mobil terlihat sangat menarik. Namun bukan berarti kepala Changmin yang selalu menoleh ke sana, pemandangan itu juga berarti sama. Hanya saja Changmin lebih memilih melihat ke luar jalan raya kalau harus mendengarkan teman satu busnya bernyanyi riang. Bahkan ia sudah memakai earphone sekedar meredam suara menyebalkan itu.
Bus berisikan dua puluh namja dari Cassiopeia itu melaju perlahan membelah keramaian kota. Maniks gelap Changmin hanya memandangnya acuh, namun saat sesuatu yang familiar tertangkap dimatanya. Tangan Changmin terkepal kuat karenya.
"BERHENTI!"
Teriakan keras Changmin itu membuat seluruh kepala di dalam bus tersebut menutup telinganya. Mereka memang tahu kalau Changmin memiliki suara yang bisa menjangkau oktaf tertinggi itu. Hanya saja ini sudah sangat lama sejak mereka mendengarnya.
Mobil yang terhenti mendadak itu sedikit terguncang pelan. Tak memperdulikannya, Changmin langsung turun tanpa rasa bersalah. Ia berlari ke seberang jalan dimana seseorang yang seharusnya memberi penjelasan kepergiannya terlihat di sana.
"Wu Yi Fan."
Namja yang tengah berciuman dengan seorang yeoja blonde itu tersentak kaget saat tubuhnya tertarik kuat bahkan membentur dinding di samping yeoja yang menjadi pasangannya. Maniks sang namja sedikit melebar melihat siapa, untung saja sumpah serapah yang hendak keluar dari mulutnya tertahan di tenggorokan.
"Get out!" Yeoja yang terlihat kaget karena itu segera berlari meninggalkan lawan berciumannya saat mendapatkan tatapan tajam dari sang interuptor. Tak ingin berurusan dengan singa yang seakan siap menerkam lawannya.
"Hai hyung. Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya sang namja santai tak mempedulikan kalau Changmin bahkan hendak memakannya hidup-hidup saat ini juga.
"Kau! Apa yang baru saja kau lakukan, Kris?" desis Changmin. Wajahnya yang menahan marah itu terlihat sangat mengerikan. Tapi sepertinya itu tak berlaku bagi Kris yang malah tertawa melihatnya.
"Padahal kupikir saat bertemu lagi denganmu aku bisa melihatmu dalam keadaan 'normal' hyung. Bukan penampilan kepompong buruk rupa ini. Kau benar-benar serangga penipu hyung," ujar Kris melepas kaca mata milik Changmin. Memperlihatkan maniks gelap yang sangat disukainya.
"Padahal kau bisa terlihat menarik, kenapa harus menyembunyikannya?"
"Tak usah berkata yang tidak-tidak." Changmin menepis tangan Kris yang berada diwajahnya. Menahan kedua tangan itu ke sisi kiri dan kanan kepala Kris. Tubuh mereka yang hampir sama tinggi itu membuat maniks Changmin tepat berhadapan dengan milik Kris. Padahal ia sangat merindukan namja ini kenapa Kris malah berciuman dengan yeoja lain. Apa semua yang dikatakannya saat itu hanya kebohongan belaka.
Kris terkekeh melihat Changmin yang sempat terdiam. Seakan ia tahu apa yang dipikirkan Changmin dikepalanya.
"Kau itu tetap milikku hyung. Hanya saja sedikit bermain-main tidak mengapa bu—uhmppp."
Kris hanya membiarkan saja saat Changmin sentak menyatukan wajah mereka—dan menciumnya kasar. Melumat kedua belah bibirnya bergantian. Bahkan saat ia baru saja hendak protes karena Changmin menggigit bibirnya, lidah namja itu sudah menelusup masuk dan mengekplorasi mulutnya. Tak pelak aksi tarik menarik di dalam sana terjadi.
Changmin tak sepenuhnya sadar apa yang sedang dilakukannya, bahkan ini dijalanan umum. Dan sepertinya Changmin melupakan kalau bus mereka masih terparkir manis dan bisa dipastikan semua kepala di dalam bus tersebut berteriak histeris melihatnya mencium seorang namja di tepi jalan. Bahkan ciuman itu masih berlanjut walau sudah berlalu lima menit.
"Ungh—hyuung—" Desahan kecil dari mulut Kris namun sepertinya Changmin masih belum puas. Ia ingin menghapus jejak apapun yang tertinggal di dalam mulut namja miliknya, itu. Wu YiFan hanya miliknya. Dan sepertinya namja Wu itu perlu sedikit pembelajaran agar tahu siapa pemiliknya.
Kris menggigit bibirnya saat merasakan lidah Changmin yang turun ke lehernya. Dan bisa dipastikan jejak kemerahan tertinggal disana.
"Katakan dimana hotel terdekat Kris atau kau ingin kuperkosa sekarang juga disini?" bisik Changmin pelan membuat sebuah seringan terpatri indah diwajahnya. Benar-benar tak cocok dengan style pakaiannya.
"Nghh … di sana …hyuhhhng—" tunjuk Kris dengan kepalanya ke arah kanan. Berbicara dengan menahan desahan itu benar-benar susah. Terlebih dengan tangan Changmin yang menyentuh dan memijat perlahan miliknya dari luar.
Mengehentikan sejenak kesenangannya, Changmin menarik Kris menjauh dari keramaian menuju hotel tersebut. Tak lupa meninggalkan sebait pesan pada Minho melalui ponselnya.
"Berhenti melihatku dengan wajah bodoh begitu, Choi Minho. Katakan pada yang lain aku bisa pulang sendiri."
Dan bisa dipastikan seberapa pucat wajah Minho saat membacanya. Karena ia dan teman satu kelasnya sedari tadi memang melihat Changmin dari dalam bus. Walau tak terlihat jelas mereka tahu apa yang terjadi. Benar-benar tak menyangka kalau seorang Shim Changmin menyukai seorang namja.
"Noona ayo berangkat lagi," ujar Minho pada seorang yeoja yang menjadi tour guide mereka. Dan sepertinya yeoja itu juga sedikit shock dan tergagap mengatakan pesannya pada sang supir.
"Kau harus menjelaskan semuanya nanti, Changmin hyung," ujar Minho kembali duduk saat bus mereka kembali berjalan perlahan. Mengacuhkan teman-temannya yang mulai berbisik soal hyungnya.
.
.
.
Brugh
Kris langsung terdorong ke atas ranjang besar saat baru saja mereka memasuki kamar yang dipesan Changmin.
"Kau tak bisa pelan-pelan hyung?" tanya Kris menahan tubuh Changmin yang menghimpitnya, "aku jadi sedikit merindukan sifat passive-mu," tambah Kris lagi.
"Tak ada kata lembut untukmu, Kris. Apa kau lupa siapa pemilikmu?" tanya Changmin sembari menjilati wajah Kris dengan lidahnya perlahan. Menggigit telinga Kris membuat Kris mendesah kecil karena ulahnya.
"Unghhh … stop it, hyuungg." Kris mendorong bahu Changmin yang mendesaknya hingga ke dinding. Rasanya sesak terlebih ia memang merindukan namja berstatus sunbaenya ini. Berapa kali pun Kris mencium yeoja dan namja lain namun seakan tak cukup kalau bukan Changmin.
"Akh!"
"Apa yang kau pikirkan, Kris?" tanya Changmin menggigit perpotongan leher Kris. Membuat jejak kemerahan di sana. Menandai kalau namja blonde ini—hanya miliknya.
Changmin menahan kedua tangan Kris di kiri dan kanan kepalanya. Menjilati pelan bibir Kris dengan lidahnya. Menyeringai saat lidah Kris ikut keluar dan membelit lidahnya sendiri. Mendorong lidah Kris masuk ke dalam mulutnya, Changmin membuat sebuah pergulatan kecil dengan lidah Kris yang tak mau mengalah.
Bunyi decakan dan kecupan terdenga saat kedua lidah itu tak mau mengalah dan saling menyerang.
Menyerah, Kris membiarkan saja lidah Changmin mengambil alih permainan. Rasanya geli saat merasakan benda kenyal tak bertulang menyentuh dan seisi mulutnya. Merasakan bagaimana lidah Changmin menggelitik langit-langit mulutnya. Mengabsen deretan giginya. Bahkan saliva yang bercampur menjadi satu membuat permainan mulut itu semakin memanas.
"Aghh … aghhh …"
Desahan dari bibir Kris terdengar saat lidah Changmin menandai tubuhnya dari leher hingga bahunya. Membuat jejak yang sama sepanjang perjalananya. Rasanya setelah ini Kris harus memakai syal untuk menyembunyikannya. Sebuah ide yang buruk saat musim panas tengah berlangsung di Kanada.
Tangan Changmin yang menganggur melepas satu persatu kancing kemeja yang dikenakan Kris. Membuat dada putih namja tersebut terpampang indah dimatanya. Rasanya ia sudah sangat merindukannya. Bahkan membuat sesuatu yang mulai terbangun di bawahnya.
"Hyuungg … agh! Don't touch ithh~" …"
Kris menghempaskan kepalanya ke kiri dan kanan saat lidah Changmin memutari putingnya dan menghisapnya pelan. Dengan tangan satunya mengerjai putingnya yang lain. Seakan belum cukup, Changmin sengaja menggesekan bagian bawah tubuh mereka yang masih berbalut pakaian lengkap.
Tubuh Kris semakin bergetar karena sentuhan tangan dan lidah Changmin di tubuhnya.
Baru melihat Kris berciuman dengan gadis lain saja sang karnivora sudah semarah ini. Bagaimana kalau Changmin tahu kalau Kris bahkan tidur dengan namja lain sebelumnya. Apa menjadi tahanan kamar selama seminggu bisa menggantinya. Entahlah.
"Agh! … agh! Don't … hyung!"
"Don't? but your body not say like that Kris," ujar Changmin masih menjilati sekujur dada Kris. Membuat saliva dan keringat bercampur menjadi satu.
Kris meremas surai hitam milik Changmin saat namja itu semakin bergerak ke bawah menuju arah selatan. Udara dingin terasa menggelitik kejantanannya saat Changmin melepas penutupnya, membuat tubuhnya benar-benar telanjang bagai bayi baru lahir—dengan kemeja yang tertahan di kedua lengannya.
"Ssshh …" Kris mendesis kecil merasakan hangat saat Changmin mengulum miliknya. Keluar masuk goa hangat milik Changmin. Basah dan berlendir. Namun Kris menyukainya. Menyukai semua sentuhan Changmin di tubuhnya. Bahkan kegilaanya mencari rasa yang sama tak berarti apa-apa berapa kali pun ia mencobanya.
"Arrghh! Hyung! … hosh … hosh …" Kris menarik napas pelan sesaat ia menyemburkan seisi miliknya di dalam mulut Changmin. Rasanya sedikit lega saat sesuatu yang yang sedari tadi ditahannya menyeruak keluar.
Kris membuka mulutnya sendiri saat Changmin menariknya ke dalam sebuah ciuman. Merasakan rasa cairannya yang terasa aneh saat menyentuh tenggorokanya. Ia hampir saja tersedak saat Changmin mendorong lidahnya lebih dalam.
"Uhuk … uhuk …" Kris terbatuk saat Changmin melepaskan bibirnya. Mengelap sisa cairan di tepi mulutnya dengan punggung tangan.
"Well … it too fast, Kris."
"Shut up." Kris mendelik kesal pada namja tampan yang kini tertawa melihatnya. Namja sok polos yang menyembunyikan taringnya di dalam kepompongnya. Seandainya tahu kalau sang karnivora bukanlah herbivora lemah, Kris pasti akan berpikir dua kali untuk menyerang. Namun kalau berakhir dengan sebuah kenikmatan begini rasanya Kris tak akan menyerah semudah itu. Bukankah sudah Kris katakan kalau Changmin itu miliknya.
"Ugh! Mau membalas dendam, Kris?" bisik Changmin pelan pada Kris yang berada dilehernya tiba-tiba—balas menandainya. Wangi mint tercium dari rambut Kris yang berada didekatnya. Meremas surai pirang itu, Changmin membiarkan Kris membuat tubuhnya sama dengan namja itu. Mungkin temannya akan terkejut melihat betapa banyak tanda yang dibuat Kris di sana.
"Bukankah ini cantik, Hyung?" tanya Kris menjilati bibirnya melihat jejak yang diukirnya di tubuh Changmin. Rasanya ia ingin membuat lebih banyak lagi. Hingga semua tubuh Changmin berisikan tanda cinta miliknya.
"Naughty Boy." Menarik Kris ke dalam ciuman, Changmin menikmati setiap rasa yang diberikan tubuh Kris padanya. Tak menyadari kalau tangan Kris sudah melepaskan pakaian atasnya. Bahkan tangan namja itu bergerak perlahan menurukan celananya.
"Jangan curang, Hyung." Kris tersenyum kecil saat tangannya ditahan Changmin saat hendak menurunkan celananya. Sepertinya gerakan tangan Changmn lebih cepat darinya.
"Tak usah terburu-buru, Kris. Kurasa aku bisa menghabiskan sisa waktu wisata membosankan ini bersamamu. Kau bisa menghiburkku bukan?" Changmin menarik tangan Kris dan menjilati jari-jarinya perlahan. Maniks gelapnya tak melepaskan tatapanya dari wajah Kris. Membuat namja blonde itu membuang wajahnya ke samping.
"Shit, kenapa jadi dia yang menggodaku—lagi."
"Kau mengatakan sesuatu lagi, Kris?" tanya Changmin heran mendengar gumaman Changmin.
"Tidak. Kau ingin aku menghiburmu? Boleh saja hyung. Kurasa itu bukan hal yang buruk."
Mengecup singkat tubuh Changmin dari atas sampai ke bawah dengan tempo perlahan. Kris menurunkan zipper celana milik Changmin, membebaskan sesuatu yang sepertinya sudah tak tahan hendak keluar.
"Miss me?" tanya Kris pada kejantanan Changmin yang kini bebas. Mengecup pelan kepalanya, Kris memasukkannya dalam sekali raup. Mengeluarkan masukan dengan tempo perlahan. Tangannya yang bebas mengurut bagian pangkal dan bola kembar milik Changmin.
"Uhmp … uhmp … Slurrp …" Kris mengeluarkan kejantanan Changmin dari mulutnya, menjilatnya perlahan dari atas hingga pangkal kemudian kembali memasukkan. Mengulumunya dengan cepat.
Rasanya mulut Kris semakin kebas merasakan ukuran di dalam mulutnya yang semakin membesar. Bahkan pipinya terlihat membulat karenanya. Kris semakin mempercepat gerakannya saat dirasakannya urat yang berkedut dari kejantanan milik Changmin.
"Ssshhh …" Changmin menahan kepala Kris tetap di bawah sana saat miliknya menyemburkan seisinya ke dalam mulut Kris. Membuat namja blonde itu menelan semua cairannya dengan wajah yang berlumuran sperma.
Menjulurkan lidahnya, Changmin membersihkan sisa cairan miliknya di wajah Kris. Membuat dua lidah kembali bertemu dalam sebuah ciuman panas.
Mendorong tubuh Kris kembali berbaring tanpa melepaskan ciumannya, Changmin perlahan memasukkan satu jarinya ke dalam lubang milik Kris.
Satu jari namun tak berarti apa-apa saat Kris semakin meningkatkan keintiman ciumannya. Memasukkan jarinya yang lain, Changmin menahan kepala Kris saat namja blonde itu hampir menggigit lidahnya karena tusukan tiga jari sekaligus di dalam lubangnya.
"Ssshhh … tenanglah, Kris. Ini tak akan sesakit itu." Changmin menggerakkan jari-jarinya dengan acak. Melebarkan lubang untuk persiapan miliknnya yang ukuannya pasti lebih besar dari jarinya.
"Aghhh~"
"Found it." Changmin menyeringai melihat wajah puas Kris. Sepertinya ia sudah menemukannya. Titik dimana Kris akan mengerang penuh kenikmatan menyerukan namanya.
"Masukkan, Hyung." Kris mendesis kecil meminta Changmin mengisi lubangnya yang terasa longgar hanya dengan jari Changmin. Butuh sesuatu yang lebih besar dan kuat untuk menyentuh prostatnya.
"Kau yang minta, Kris." Mengecup singkat bibir Kris, Changmin mengeluarkan jarinya. Mempersiapkan kejantanannya tepat di depan lubang Kris. Sengaja menggeseknya sejenak dan melesakkannya dalam sekali sentakan.
"Aaarrrghhhh!"
Kris berteriak mencengkeram bahu Changmin hingga terluka. Rasanya sakit saat ternyata pelonggaran yang dilakukan Changmin tak sempurna hingga lubangnya serasa dibuka paksa.
Namun teriakan kesakitan itu berubah desahan saat Changmin bergerak menyentuh lubangnya dengan tepat. Hingga sakit itu pudar di dalam erangan kenikmatan miliknya.
"Uhgh … agh! Agh! Deeper hyung!"
"Ssshh … sempit, Kris."
Changmin terus keluar masuk di dalam lubang Kris. Mengangkat kedua kaki Kris ke bahunya membuat ia lebih leluasa mengerjai lubang Kris.
Desahan dan erangan Kris mengisi setiap sentakan yang dilakukan Changmin. Membuat namja China-Canadian itu serasa mabuk kepalang.
Changmin menjilati bibirnya sendiri melihat betapa seksinya namja yang berada di bawahnya ini. Namja yang terus menyerukan namanya dengan bibir terbuka berurai saliva dengn mata yang bahkan tak lagi fokus dan berkedip tak beraturan.
Menyentakkan lebih dalam Changmin menekuk kedua kaki Kris dan mengalunkan kedua tangannya di lehernya. Mengecup berkali-kali wajah Kris dengan tubuh yang terus bergesekan.
"Agh! Hyuung! Wanna … Cum … cum!"
"Krisss …" Changmin mendesis merasakan hangatnya cairan miliknya sendiri di dalam lubang Kris. Meluber hingga membasahi sprei di bawah mereka. Bercampur dengan cairan Kris yang turun setelah tumpah ruah di atas tubuhnya sendiri.
Bugh …
Changmin menjatuhkan tubuhnya sendiri tepat di samping Kris. Menarik napas perlahan atas pertarungan mereka yang sedikit menghabiskan tenaga.
"Apa kau lelah, Kris?" tanya Changmin pada Kris yang menutup matanya dengan dada yang turun naik. Olahraga berat yang dilakukan tanpa pemanasan memang tak baik ternyata.
"Not yet." Kris membuka matanya, memperlihatkan maniks gelap yang begitu jernih pada Changmin. Terkekeh pelan melihat raut wajah bingung Changmin padanya.
"Kupikir tak akan cukup hanya dengan satu ronde bukan hyung, kurasa dia juga setuju," ujar Kris meremas kejantanan Changmin yang kembali terbangun karenanya.
"Shhh … Kriss …"
"Wanna try another scene hyung?" bisik Kris pelan. Tangannya masih memanja milik Changmin dibawah sana. Memastikan sang Shim Jr. akan siap untuk bermain dengannya.
"Kau benar-benar pemburu yang buruk, Kris." Changmin menyeringai pelan sebelum menarik Kris ke dalam kamar mandi tak jauh dari ranjang mereka. Mengguyur kedua tubuh telanjang itu di bawah shower, hingga membuat sisa cairan di tubuh mereka menghilang dan ronde berikutnya akan dimulai dalam kedipan mata.
"Benarka, kataku … kau lebih seksi kalau begini, Hyung." Kris tersenyum kecil melihat rambut Changmin yang jatuh karena basah. Menghilangkan kesan namja nerd yang melekat padanya. Yang ada dihadapan Kris saat ini hanyalah seorang predator lapar yang kembali mencari buruannya.
Changmin tertawa kecil mendengar kalimat frontal yang diberikan Kris.
Tubuh telanjang mereka yang berdempetan erat itu membuat dingin air bahkan tak terasa dikulit Changmin.
"Kau akan menyesal bila membangunkanku sepenuhnya, Kris."
"Benarkah? Kurasa itu bukan hal yang buruk, Hyung. Tetaplah mengamatiku atau kau akan berbalik menjadi buruanku."
"Tidak akan pernah, Wu YiFan," bisik Changmin membalikkan tubuh Kris hingga menempel ke dinding. Menyeringai kecil menepuk kedua belah bongkahan kenyal milik Kris.
"Arrrggggttt!"
Kris sentak berteriak saat Changmin tiba-tiba memasukkan kejantanannya tanpa aba-aba. Walau sudah dimasuki bukan berarti lubang Kris akan selalu siap menerima.
Mencengkeram ubin kamar mandi kuat. Tubuh namja blasteran itu bergoncang kuat akibat gerakan keluar masuk yang dilakukan Changmin di dalam lubangnya. Rasanya penuh dan sesak saat titik terdalammu disentuh begitu kasar dan liar.
"Hyung … hyung …"
Kris mendesahkan kata yang sama merasakan bagaimana kejantanan Changmin melesak lebih dalam dengan posisi mereka yang hampir mirip doggie style walau dilakukan dalam keadaan berdiri. Membuat Changmin semakin menggila di dalam lubangnya.
Bunyi tepukan diatas bokongnya, membuat Kris semakin mengerang penuh nikmat. Rasanya sedikit perih terlebih air yang mengguyur mereka membuat tubuhnya semakin menggigil.
"Agh! Unngh!"
Changmin menjangkau kejantanan Kris dan mengocoknya perlahan.
Tubuhnya masih bergerak cepat memberikan namja dibawahnya sebuah euforia lainnya. Membuat desahan dan erangan Kris kembali keluar dari bibirnya.
Mendesis kecil, Changmin mendongakkan kepalanya merasakan kejantanannya yang dikepit erat oleh lubang Kris yang tiba-tiba mengetat. Membuat kejantanannya semakin terjepit erat.
"Sssshhh … dasar nakal," Changmin menepuk bokong Kris dan terkekeh kecil merasakan kalau Kris sengaja melakukannya. Changmin tahu sebentar lagi mereka akan keluar lagi untuk kesekian kali.
"Ough! Apa yang kau lakukan hyung," protes Kris karena Changmin semakin kuat menampar bokong miliknya tanpa sedikit pun mengurangi gerakan tubuhnya.
Kris menggigit bibirnya sendiri saat merasakan ukuran sesuatu yang mengisi lubangnya kini bertambah besar. Bahkan ia bisa merasakan urat milik Changmin yang berkedut liar di dalam sana. Mengocok miliknya sendiri Kris membuat benda miliknya semakin sakit dan tegang. Dan tak butuh berapa lama hingga ia kembali mengotori dinding di depannya.
"Hah …" Kris mendongakkan kepalanya ke atas saat merasakan hangat milik Changmin kembali mengisi lubangnya. Rasanya perutnya penuh dengan semua cairan yang diberikan Changmin padanya.
Mengeluarkan miliknya secara perlahan, Changmin memeluk Kris yang hampir terkulai lemas karenanya. Terlebih tubuh Kris sedikit dingin akibat terus-terusan berada di bawah guyuran air.
Membantu membersihkan tubuh Kris, Changmin menggosok perlahan setiap bagian tubuh yang kini penuh dengan tanda darinya. Sedikit menahan nafsunya sendiri ingin menggagahi namja yang lebih muda tersebut.
"Kita lanjutkan nanti, aku tak mau kau sakit karena 'bermain'di bawah air semalaman."
Mengangguk, Kris membiarkan saja Changmin melakukan semaunya. Bahkan saat tangan Changmin menyentuh tubuhnya yang masih terasa panas—walau Changmin sekedar memandikannya. Memakaikannya baju yang dipesan Changmin pada bellboy. Bahkan tidur di dalam pelukan namja berstatus sunbae sekaligus kekasih barunya itu. Rasanya Kris benar-benar gila memikirkan akan menghabiskan waktu dengan bercinta bersama sang karnivora.
.
.
.
Dan itulah yang dilakukan Changmin setiap harinya bersama kekasihnya. Bahkan ia tak pulang ke asrama mereka selama waktu yang tersisa. Mematikan ponselnya dan menahan sang kekasih di dalam kamar sepanjang hari. Tak memperdulikan hukuman apa yang akan diterimanya karena melarikan diri dari acara perpisahan angkatannya sendiri. Kapan lagi ia bisa mengerjai tubuh yang tengah menggeliat dibawahnya ini.
"Agh! Agh!"
Tidak suara desahan itu bukan berasal dari sebuah hotel kecil tempat mereka pertama kali melakukannya di negara asing ini. Melainkan sebuah kamar tidur di sebuah apartemen elit milik Kris.
Drrrttt …"
"Hyung … agh … handphonekuh …nghhh~"
Kris berusaha menjangkau handphonenya yang sedari tadi berbunyi. Berusaha mengacuhkan Changmin yang kelihatan kesal karena tengah diganggu.
Maniks milik Kris melebar saat melihat siapa yang menelponnya. Ibunya. Dan sepertinya Kris lupa kalau sejak kemarin ia tak pulang ke rumah mereka dan mengabari ibunya.
Sejak ia pulang ke China, ibunya memang dibawa ke Kanada untuk berobat. Dan bersyukur kesehatan ibunya sudah membaik dan kemungkinan lusa mereka akan pulang kembali ke China.
Dan mengenai Kris yang memiliki apartemen sendiri, itu adalah hadiah ulang tahun dari ayahnya tahun lalu. Sebuah tempat terpisah dari rumah utama mereka—Kris malas kalau harus pulang ke kediaman utama Wu tersebut.
"Nghhh … hentikan dulu, hyung." Kris meminta sangat pada Changmin yang seakan tak mendengarnya. Tak mungkin Kris meneriman telpon dengan Changmin yang terus membobolnya habis-habisan.
Klek …
Kris terpaksa mengangkatnya dengan Changmin yang masih bergerak di dalam tubuhnya. Menahan dirinya sendiri dari desahan yang mungkin lolos nantinya.
"Ne … nghhh … Mom?"
"Kau dimana, Kris?" dan sepertinya di ujung sana ibu Kris sedikit mengeryit heran mendengar suara
"Aanhhku … di apartemen, uhmMom."
"Kau baik-baik saja, Kris? Kita akan pulang besok. Mom harap kau pulang ke rumah nanti malam."
Kris mendelik pada Changmin yang malah bersiul pelan. Sengaja membuat Kris mendesah dan didengar ibunya sendiri.
"Akuakanpulangbesok. ByeMom."
Kris mematikan handphonenya dan berujar dalam satu napas. Berharap ibunya tak akan menduga hal apa pun yang sedang dilakukan oleh putranya yang menghasilkan sebuah desahan begitu.
"Ssshhh … berhenti dulu, hyung. Ghhh …" Kris menggeram merasakan Changmin melesak ke dalam tubuhnya dengan kecepatan tinggi membuat erangannya semakin keluar tak menentu bahkan Kris tak tahu sejak kapan ponsel di tangannya sudah terlempar jauh dan ia yang menarik erat sprei dibawahnya kuat.
Tak butuh waktu lama hingga ia keluar dan mendesah keras meneriakkan nama Changmin. Dan Kris bisa merasakan Changmin yang juga mengisi lubangnya dengan penuh. Sungguh hari yang melelahkan baginya.
Tubuh Kris ambruk ke bawah. Menarik napasnya putus-putus. Mendelik kesal pada Changmin yang malah tersenyum dan sesekali mencium surainya yang basah dengan keringat.
Jangan berpikir ini klimaks pertamanya hari ini. Namja jangkung itu sudah mengerjai lubangnya sejak ia bangun padahal mereka sudah menghabiskan kemarin dengan pertarungan ranjang di hotel dan beralih ke apartemen Kris yang ternyata tak jauh dari sana.
"Kau benar-benar gila, Hyung."
"Mungkin iya. Lagi pula aku takut kau kembali hilang bila tak kusentuh terus-menerus."
Kris menekurkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya yang merasa bersalah pada Changmin. Bukan maunya juga menyembunyikan semuanya pada Changmin. Hanya saja mengucapkan selamat tinggal itu rasanya sangat menyakitkan bahkan dengan keadaan ia yang sangat mengkhawatirkan keadaan ibunya.
"Sorry hyung."
"Lupakan. Aku tahu kau punya alasan sendiri, Kris." Mengecup puncak kepala Kris. Changmin memeluknya erat.
"Asal jangan melakukan hal seperti kemarin kau kumaafkan."
Kemarin? Kris sedikit berpikir dan mengangguk saat mengingatnya. Berharap Changmin tak akan menemukan hal lainnya yang bisa membuat namja itu menghukumnya lagi.
"Kau akan pulang, Hyung?"
"Ne … kami hanya akan berada di sini sampai besok."
"A—aku juga akan pulang ke China besok."
"Baguslah. Berarti aku hanya tinggal menjemputmu ke China bukan?"
Kris menatap heran wajah Changmin. Mencoba mengerti apa yang dikatakan namja tersebut padanya.
"Aku. Akan. Menjemputmu. Saat. Kelulusanku. Sesuai. Permintaanmu." Changmin menyentil dahi Kris membuat namja itu mengaduh kesakitan. Bukankah Kris sendiri yang memintanya.
Menatap tajam pada Changmin, Kris mengusap bekas sentilan Changmin yang pasti berbekas didahinya.
"Aku ingat Hyung. Tak perlu menandai dahiku juga kan."
"Kalau perlu seluruh kulit yang melekat ditubuhmu harus memiliki tanda dariku. Agar little dragon ini tak macam-macam lagi saat tak bersamaku."
Kris mendekap tangannya sendiri mendengar suara rendah Changmin yang beredar ditelinganya. Sepertinya ini ultimaltum tak langsung yang harus dipatuhi Kris mau tidak mau. Mengingatkannya akan ulahnya yang berciuman dengan yeoja kemarin.
"Aku mengerti hyung."
"Baguslah. Kalau kulihat lagi kau bersama seseorang jangan harap aku mengembalikanmu ke rumah orang tuamu."
"Aku berjanji hyung. Dan kau juga jangan macam-macam. Kau itu milikku hyung."
"Aku tahu."
Changmin memeluk erat tubuh Kris sebelum menarik selimut putih menutupi tubuh telanjang mereka.
"Tidurlah. Dan jangan langsung melarikan diri seperti waktu itu Kris. Kita pasti akan berjumpa lagi dan tak akan ada sayonara hanya sampai jumpa. Mengerti."
Kris tertawa pelan setiap kali Changmin mengingatkan salahnya. Membalas pelukan Changmin.
"Good night, Hyung." Kris berbisik pelan pada Changmin yang sudah terlelap. Mengecup bibir Changmin singkat dan Kris ikut menyamankan diri di dalam pelukan Changmin. Membiarkan saja bahkan tautan mereka yang belum terlepas. Setidaknya kali ini Kris akan mencoba menepatinya. Memberikan sebuah morning kiss keesokan harinya.
.
.
.
Minho yang ditinggal sendiri di asrama selama kurang lebih dua hari hampir meledak karena Changmin mematikan ponselnya. Mana guru mereka tak henti menanyainya tentang keberadaan Changmin.
Bila sampai ada siswa Cassiopeia yang hilang di Kanada itu bisa menjadi masalah besar. Terlebih yang hilang seorang Shim Changmin. Entah apa yang akan dilakukan keluarga salah satu penyumbang dana terbesar tersebut. Terlebih Changmin adalah satu diantara penyumbang piala setiap tahunnya dibidang akademik dan olahraga.
"Choi Minho … apa Changmin-ssi sudah memberi kabar?"
Minho menggeleng dan tak tahu harus mengatakan apa lagi. Menghela napas saat sang guru keluar dari kamarnya. Menatap miris pada ponselnya yang masih tak berbunyi. Setelah puluhan pesan dikirimnya. Bahkan rencana Minho untuk melarikan diri ke tempat kakaknya gagal sudah karena Changmin keburu melarikan diri.
Tuk …
Minho menatap jendela kamarnya heran. Ada yang melemparinya. Bahkan tidak hanya sekali.
"Changmin—" Minho sentak mengambil ponselnya yang ternyata Changmin menghubunginya. Karena sedikit susah berbicara dengan jarak setinggi ini.
"Diam pabbo. Jangan berisik. Apa semua sudah tidur?"
"Sudah hyung. Masuklah lewat pintu darurat."
Changmin mengangguk. Berjalan ke arah belakang. Menepuk kepala Minho saat menemukan namja itu menunggunya di sana.
"Kau darimana saja, Hyung?" tanya Minho sedikit heran. Terlebih melihat dandanan Changmin yang sangat berbeda. Seakan ia melihat seorang Evil Changmin dua tahun yang lalu. Tampan dan mempesona dalam waktu bersamaan.
"Berkencan."
Changmin hanya menjawab singkat. Dan tak membiarkan Minho bertanya lebih jauh. Ia tak ingin merusak hari indah ini dengan semua interogasi Minho yang tak jelas. Lupakan juga masalah sekolahnya sejenak. Jangan sebut Shim Changmin bila ia tak bisa mengatasinya besok.
"Tapi Hyu—"
"Diamlah Minho-ah. Bila sudah waktunya aku pasti kuberitahu sekalian kenalan dengan calon kakak iparmu. Jadi sana tidur." Changmin menendang Minho ke kasurnya menutup seluruh tubuh Minho dengan selimut putih.
"Tidurlah. Kau akan tahu saat waktunya tiba nanti."
Minho akhirnya mengangguk. Setidaknya ada akhir yang bahagia hari ini.
Ini pertama kali ia melihat kembali senyuman Changmin. Sejak kejadian itu. Dan Minho hanya berharap 'dia' bisa mengembalikan senyuman Changmin seutuhnya. Dan selamanya.
"Good Night. Hyung."
Dan lampu kamar itu kembali padam seiring dengan dua orang penghuninya terlelap di alam mimpi.
Dan sebuah senyuman kecil di bibir Changmin saat tadi pagi ia masih memeluk tubuh Kris bahkan namja blonde itu membangunkannya dengan lembut termasuk satu ciuman hangat di pagi hari. Walau tak bisa mengantar Kris ke bandara, Changmin sudah bahagia menghabiskan waktunya bersama Kris.
Mereka berpisah untuk bertemu lagi nanti. Tak lama lagi, pasti.
"Wait me, Kris."
.
THE END or TBC?
.
A/N:
Ini Twoshoot—mungkin— ne^^~ mian buat nc-an yang rada absurb …. Mizu lagi gak connect banget buat ngetik ff tapi maksain juga karena kepala Mizu malah tambah sakit mikirin yang terjadi akhir-akhir ini apalagi kalau jauh-jauh dari ff.
Dan maaf buat updatean multichapter yang bakal telat banget. Kalau urusan Mizu udah kelar Mizu balik kok dan nyelesain semua multichapter Mizu jadi jangan lupain Mizu ne ;_;
Special thanks yang sudah review di Mimesis kemarin:
Abstrak| OctaLuvJaejoong| 620| Ryumin Hyehye| Keuriseu| Hyunieeeh| Miamoimoi| Hyona21| Yamanaka Aya| Kiraaaa| Kyu| Jisaid| ekasudaryadi|faomori| Augesteca| Sholania| MimiJJW| Kim Eun Sob| Juli Constantine| The Biggest Fan of YunJae| Askasufa| Shinji eunkyoBlackDragon| Guest
Sampai jumpa lagi
Mizuno
_Thanks for Reading_
