A.N: Hisashiburi ~ '3')/ Setelah beberapa bulan akhirnya saya memberanikan diri untuk publish Fanfic lagi dan sekedar meramaikan Fandom kesayangan saya ~

Fanfic ini saya dedikasikan(?) untuk Ana Karina di facebook. Ana-san pernah request dibuatkan fanfic bertemakan cerita daerah, tapi berhubung gak tau banyak cerita daerah yang bisa diadaptasikan ke fanfic-ku, jadi akhirnya temanya aku ambil dari dongeng Disney aja. Yaitu The Little Mermaid. :D Semoga Ana-san suka ~ :3 dan pembaca yang lain juga suka~ XD

Inti cerita diadaptasi dari cerita The Little Mermaid, tapi plot atau alur cerita sedikit berbeda dari The Little Mermaid. :)

Baiklah, langsung saja kecerita ~ :3 Jangan lupa review yaaaa ~ \('o')/

Disclaimer: Naruto and all its character (c) Masashi Kishimoto
The Little Mermaid (c) Disney Corp.

Warning: - SasuNaru, Shounen-Ai. Don't like don't read. But if you're too curious, you may peek a little ;)


- Merman Melody -


Chapter 1

Naruto tersenyum ke arah penjaga-penjaga di Istana tempatnya tinggal sambil mengibaskan ekornya, berusaha untuk berenang lebih cepat. Dia sudah berjanji untuk bertemu dengan Kiba di taman sore ini. Mereka berdua selalu bepergian di sore hari untuk sekedar berjalan-jalan atau berpetualang mencari sesuatu yang baru yang belum pernah mereka temukan. Ya, namanya juga anak muda. Selalu diselubungi oleh rasa penasaran dan tidak pernah takut akan hal yang baru. Kecuali Naruto, dia sangat takut sekali dengan cerita hantu ataupun dongeng-dongeng legenda yang menyeramkan.

"Naruto!" panggil Kiba, ketika dia melihat Naruto berenang ke arahnya.

"Yo!" Naruto melambai ke arah Kiba.

Kiba yang terlihat kesal berenang mendekat dan menjitak kepala Naruto. "Aku sudah menunggu lama sekali, bodoh! Aku dan Akamaru sampai hampir mati karena bosan menunggumu!" keluh Kiba sambil menggerakkan kepalanya ke arah anjing laut disampingnya.

Naruto hanya tertawa geli sambil mengusap-usap kepalanya. "Maaf, maaf." Ujarnya lalu menghampiri Akamaru. "Maafkan aku, ya, Akamaru."

Akamaru menggeram dan memalingkan wajahnya, yang sontak membuat Naruto tertawa.

"Hahaha. Anjingmu sangat lucu kalau sedang marah." Naruto menghampiri Akamaru lagi lalu membujuknya, "Ayolah Akamaru, aku akan bilang pada ayahku untuk membelikanmu makanan anjing paling mahal di kota. Jadi, jangan marah yah?"

Akamaru menggonggong senang lalu menjilat pipi Naruto yang tertawa riang.

"Lah, aku bagaimana?" tanya Kiba.

"Hm?" Naruto berhenti tertawa dan mengusap pipinya yang basah oleh air liur Akamaru, lalu menoleh ke arah Kiba. "Bagaimana apanya?" tanya Naruto pura-pura tidak tahu.

"Eh? Aku kan ikut menunggumu disini." Kiba melipat tangannya di dada.

"Oh? Baiklah, sebagai tanda maaf, aku akan menyuruh paman Jiraiya untuk membuatkanmu gantungan kunci dari kerang." Jawab Naruto dengan enteng.

"Hee? Sialan kau, Naruto. Kau memberikan Akamaru makanan mahal dan hanya memberikanku gantungan kunci?" protes Kiba.

Naruto tertawa geli dan membiarkan Kiba yang terus-terusan mendumel-dumel. Dia pun berenang diikuti oleh Akamaru.

Kiba yang sebenarnya tidak terlalu marah dengan Naruto, lalu mengikutinya juga dan bertanya, "Hari ini kita mau kemana?"

Naruto mengangkat bahunya. "Aku tidak tahu. Aku ingin mencari sesuatu untuk ulang tahun tante Tsunade. Meskipun masih lama, tapi aku rasa aku ingin menyiapkan sesuatu untuknya."

Kiba berenang disamping Naruto. Dia mengusap-usap dagunya, berpose seperti orang yang sedang berpikir keras.

"Bagaimana kalau kau buatkan dia kalung? Atau gelang?" saran Kiba.

"Hm... aku buat dari apa ya? Kalau mutiara biasa, aku rasa itu terlalu biasa." Naruto pun ikut berpikir.

"Bagaimana kalau kau buatkan kalungnya dari mutiara kerang Ayoka? Atau apa itu namanya? Fucata?"

Naruto mengernyit, mencoba untuk mempertimbangkan saran sahabatnya itu. "Tapi, kerang mutiara Ayoka sedang sulit didapatkan sekarang. Orang-orang dari daratan terlalu sering memburu mereka. Membuat mereka makin jarang terlihat."

Kiba mengangguk. "Hm.. Kalau begitu, ayo kita cek ke permukaan!" ujar pria bersurai brunete itu dengan semangat.

Naruto berpikir untuk sejenak. Ayahnya selalu memperingatinya untuk tidak berenang ke permukaan. Ayahnya selalu berkata manusia-manusia dari daratan itu sangat kejam. Mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri dan tidak mementingkan keadaan alam di sekitar mereka. Mereka sering sekali berburu, membunuh hewan dan tumbuhan, membuat tempat-tempat produksi, tanpa memikirkan akibat dari apa yang mereka perbuat pada alam dan kelangsungan ekosistem di sekitarnya. Ayahnya pun berkata, spesies mermaid dan merman pasti akan menjadi bahan percobaan untuk mereka apabila mereka menemukan tempat tinggal para mermaid dan merman.

Mengingat peringatan ayahnya, bukannya merasa takut, pria bersurai blonde itu malah tersenyum lebar lalu mengangguk ke arah Kiba sambil berseru, "Ayo kita ke permukaan!"

Kiba mengibaskan ekornya dan berenang mendahului Naruto dengan diikuti Akamaru yang semangat berenang di belakangnya. Naruto tertawa lalu berenang menyusul Kiba tak kalah semangatnya dengan Kiba dan Akamaru.


Langit terlihat gelap dan terdengar suara gemuruh keras. Angin pun mulai bertiup kencang, membuat air laut pasang dan mulai berombak keras. Sebuah perahu layar besar terlihat sedikit terombang-ambing terbawa arus ombak.

Seorang pria berambut hitam yang terlihat sedang berdiri di geladak1) perahu, menengadahkan kepalanya kearah langit dan mengerutkan keningnya.

"Pangeran! Pangeran Sasuke!" seorang pria berambut putih berjalan ke arah sang pangeran dengan cepat sambil memanggil namanya.

Pria berambut hitam yang tengah memperhatikan langit itu menoleh kearah orang yang memanggilnya. "Ada apa, Kakashi?" tanyanya pada pimpinan para kesatria di kerajaannya sekaligus pengawal pribadinya.

"Apa yang sedang anda lakukan disini, Pangeran? Cuaca semakin memburuk. Yang Mulia Ratu daritadi sudah mencari anda. Dia sangat khawatir." Kakashi berbicara dibalik masker hitam yang menutupi hidung dan mulutnya. Pria yang memiliki warna mata yang berbeda itu menatap Sasuke dengan tatapan yang tampak seperti sedang bosan.

Sasuke tidak menjawab dan mengalihkan pandangannya ke arah ombak yang sedang berderu-deru di hadapannya.

"Pangeran?"

Sasuke menghela nafas. "Sampaikan pada Ibu, aku akan kembali beberapa menit lagi." Jawab Sasuke kemudian.

Kakashi terdiam sejenak. Dia menatap punggung kepala Sasuke lalu membungkuk hormat. "Baik, Pangeran." Ucapnya lalu membalikkan badannya dan kembali ke ruangan makan di dalam perahu.

Sebenarnya Kakashi tidak ingin meninggalkan Sasuke sendiri disana. Meskipun terkadang Sasuke bersikap dingin dan terlihat tidak peduli, dia tahu Sasuke sebenarnya seorang pangeran yang baik hati. Mau bagaimana pun semenjak Sasuke masih kecil, Kakashi sudah menjadi bagian dari istana, meskipun pada saat itu dia masih belajar untuk menjadi seorang kesatria, sehingga dia tahu sikap Sasuke sebenernya itu seperti apa.

Sewaktu masih kecil, Sasuke adalah seorang anak yang ambisius dan sangat dekat dengan kakaknya, Pangeran Itachi. Sasuke selalu terlihat senang apabila dia dan kakaknya sedang bermain ataupun sedang berlatih menggunakan pedang. Namun, Sasuke mulai berubah menjadi seorang remaja yang dingin dan tidak banyak berbicara setelah kakaknya meninggal dalam sebuah perang dengan kerajaan yang berusaha menjatuhkan kerajaan Uchiha. Entah itu sedih karena kehilangan kakak tercintanya, merasa terbebani dengan posisinya sekarang sebagai calon raja, atau keduanya, sekarang Sasuke dikenal dengan sebutan pangeran tampan yang dingin dan jarang tersenyum.

Lagi-lagi Sasuke mendongakkan kepalanya ke atas langit dan menatap langit gelap itu. Entah apa yang sebenarnya sedang dia pikirkan, namun wajahnya menunjukkan bahwa dia sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri. Mungkin karena Sasuke terlalu berkonsentrasi dengan apa yang ada dipikiriannya, sampai-sampai dia tidak menghiraukan angin yang menghembus kencang, membuat kapal besar itu sedikit bergoyang oleh ombak yang terhembus angin. Langit pun bergemuruh kencang, seolah-olah memperingatkan Sasuke bahwa sebentar lagi akan turun hujan dan mungkin akan terjadi badai.

"Sasuke!" terdengar suara Mikoto, ibu Sasuke sekaligus ratu dari kerajaan Uchiha, memanggil Sasuke dengan nada yang kesal namun tetap terdengar khawatir.

Sasuke diam-diam menghela nafas kemudian membalikkan badannya, menghadap Mikoto yang terlihat sangat kesal.

"Apa yang sedang kau lakukan disini? Ibu sudah mencarimu daritadi!" Mikoto menaruh tangannya di masing-masing pinggangnya sambil memelototi Sasuke.

Sasuke terdiam sejenak sebelum menjawab, "Hanya menikmati angin, Bu."

Mikoto menggelengkan kepalanya. "Ayo masuk. Cuaca sudah memburuk dan sepertinya sebentar lagi turun hujan. Bisakah kau berhenti membuat Ibu khawatir?"

Sasuke menunduk untuk sesaat lalu mengangguk. Baru saja Sasuke melangkahkan kakinya satu langkah, ombak yang terhembus angin kencang menabrak kapal dengan keras dan membuat kapal bergoyang dengan kencang. Sontak Sasuke kehilangan keseimbangan. Dia terdorong jatuh oleh gravitasi. Posisi Sasuke yang membelakangi pagar geladak kapal membuat punggung Sasuke terbentuk pagar kayu itu.

"Ha!" hentak Sasuke kaget.

Mikoto yang melihat itu langsung meneriakkan nama Sasuke dan berlari kearahnya. Dan suara Mikoto yang keras membuat Kakashi dan Fugaku yang sedang menunggu Sasuke dan Mikoto diruang makan langsung menoleh kearah pintu dan bergegas lari ke geladak kapal.

Sasuke terlihat sedang bersender ke arah pagar kayu dan menahan sakit di punggungnya, sedangkan Mikoto berada dihadapannya, mengulurkan tangannya berniat membantu Sasuke untuk berdiri tegak dan berjalan kearahnya. Kakashi yang melihat itu berlari menghampiri Mikoto dan Sasuke, hendak menolong Sasuke juga.

Namun ombak kembali menghantam kapal dan membuat Sasuke yang tengah meraih tangan Ibunya dengan satu tangannya kembali kehilangan keseimbangan. Dia terjatuh ke arah belakang, dan posisinya yang tengah bersandar kepagar membuat dia terjatuh tersungkur melewati pagar.

"SASUKE!" teriak Mikoto histeris.


Naruto menggeram kesal sambil mengibaskan ekornya dengan lebih keras. Dia melirik kearah belakangnya dan melihat Kiba yang juga sedang merengut dan berusaha berenang dengan kekuatan yang lebih keras.

"Naruto!" geram Kiba. "Ini perasaanku saja atau ombaknya semakin sulit dilewati?" tanya Kiba diikuti gonggongan anjing laut putih yang dari tadi mengikuti mereka.

Naruto menangadahkan kepalanya, menatap kearah permukaan yang terlihat lebih gelap dari biasanya. "Sepertinya diatas sana sedang ada badai." Jawab Naruto, mengernyitkan dahinya.

"Apa sebaiknya kita balik lagi saja?" Kiba terlihat mulai khawatir dengan keadaan dipermukaan. Dia tidak mau sahabatnya terluka ata terjadi apa-apa dengan mereka berdua. Lagipula, kalau Minato tahu Kiba membawa Naruto ke permukaan, entah hukuman apa yang Raja seantero lautan itu akan berikan padanya.

Naruto terdiam, namun tetap mengibaskan ekornya berenang lebih dekat ke permukaan.

"Naruto?" Kiba memanggil Naruto, mulai merasa khawatir.

"Tunggu sebentar Kiba. Aku punya firasat kalau aku harus benar-benar berenang ke permukaan." Jawab Naruto.

Kiba menghela nafas dan bergerutu, "Tapi firasat mu itu selalu membawa kita ke keadaan yang sulit."

Naruto hanya tertawa kecil dan tidak menjawab.

Kiba memutar bola matanya dan memutuskan untuk tetap mengikuti sahabatnya itu.

Naruto terus menatap ke arah permukaan dan berenang mendekatinya. Dia mengernyit ketika dia melihat sesuatu seperti tenggelam mendekati mereka. Dia terus memperhatikan sosok itu sambil menebak-nebak apa gerangan yang mendekati mereka. Naruto terhentak dan membelalakan matanya begitu sosok itu mulai terlihat jelas olehnya.

"Seseorang tenggelam!" teriak Naruto lalu berenang ke arah seseorang yang tenggelam itu dengan cepat.

Kiba menoleh ke arah suara Naruto dan mengejar Naruto diikuti oleh Akamaru dibelakangnya.

Naruto meraih tangan seseorang itu dan melingkarkannya dilehernya. Dia menoleh ke arah Kiba dan meminta Kiba untuk membantunya. Tanpa berpikir panjang, Kiba meraih tangan sebelah kiri orang itu dan membantu Naruto berenang ke permukaan.

"Kita harus cepat berenang ke permukaan dan mencari daratan!" ujar Naruto sambil mempercepat gerakannya.

"Tapi kita tidak tahu dimana daratan disekitar sini!" Kiba menggeram.

"Kita pasti menemukannya! Kita tidak mungkin membiarkan manusia ini tenggelam begitu saja dan mati!" ujar Naruto dengan optimis.

Mereka berdua pun terus berenang ke permukaan. Sesampainya mereka dipermukaan, mereka berdua mengedarkan seluruh pandangan mereka ke semua arah. Yang mereka bisa lihat hanyalah air laut dan ombak yang menderu-deru. Langit yang menghitam dan air hujan yang dengan derasnya menghantam permukaan laut.

Akamaru menggonggong dan membuat Kiba dan Naruto menoleh kearahnya.

"Ada apa Akamaru? Apa kau bisa merasakan ada daratan disekitar sini?" tanya Kiba.

Akamaru hanya menggonggong dan mulai berenang menjauhi Kiba dan Naruto seolah-olah mensinyalkan mereka untuk mengikutinya.

Kiba dan Naruto saling menatap untuk sesaat sebelum kemudian mengikuti Akamaru.

"Kita harus cepat!" ujar Naruto sambil melirik pria ditangannya yang wajahnya tertutup oleh poni rambut pria itu sendiri.

Mereka pun berenang dengan cepat mengikuti Akamaru ke arah daratan.

Naruto dan Kiba yang kini sudah tiba didaratan, membaringkan badan pria itu ditepian. Karena mereka tidak memiliki kaki, mereka tidak bisa bergerak lebih jauh lagi dari tepian pantai yang masih tersapu ombak-ombak kecil. Kiba dan Naruto terlihat terengah-engah dan mulai sedikit panik.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Kiba setengah panik. "Periksa detak jantungnya Naruto!"

Naruto yang masih mencoba mengatur nafasnya kemudian menyenderkan telinganya didada pria yang masih tertutup oleh kemeja berwarna putih polos. Naruto membelalakan matanya.

"A-aku tidak mendengar apa-apa!" ujar Naruto dengan panik. "Apa yang harus kita lakukan? Kalau begini caranya dia bisa mati!"

Kiba mengacak-acak rambutnya dan mencoba untuk berpikir, yah meskipun berpikir sebeneranya bukan keahliannya, tapi dia harus mencoba!

"Aku tidak tahu bagaimana cara membuat manusia sadar!" pekik Naruto panik.

Kiba mengernyitkan dahinya dan kemudian menepukkan kedua telapak tangannya.

"Apa? Apa? Kau tahu bagaimana?" tanya Naruto masih panik.

"Kau ingat yang pamanmu katakan tentang pernafasan manusia?" Entah mengapa, tapi Kiba mendadak ingat dengan perkataan paman Naruto, Jiraiya, tentang manusia sewaktu mereka sedang mendengarkan cerita paman Jiraiya, yang memang sudah pernah mempunyai pengalaman berinteraksi dengan manusia.

"Apa? Aku tidak ingat!" jawab Naruto tambah panik.

"Manusia butuh bernafas! Dan kalau mereka berhenti bernafas, manusia yang lain harus membantunya dengan cara mentransferkan udara lewat mulutnya! Kau tahu maksudku? Memberikannya nafas bantuan dari mulut ke mulut!" jawab Kiba yang mendadak jenius.

"Kalau begitu lakukan!" ujar Naruto.

"Hah? Aku? TIDAK! Kau yang pertama ingin menyelamatkannya!" geram Kiba.

Naruto menghela nafas lalu menatap pria yang terbaring tidak berdaya dihadapannya. Dia menyeka poni rambut yang menutupi wajahnya kemudian menatap wajah pria itu yang terlihat pucat. Entah karena panik atau pun ada perasaan lainnya, jantungnya mulai berdetak lebih kencang begitu dia melihat wajah pria itu.

"Naruto! Cepat!" hentak Kiba yang membuat Naruto tersadar dari angan-angannya.

Naruto pun lalu mendekatkan wajahnya ke wajah pria itu. Dia menelan ludahnya sambil mencoba mengabaikan jantungnya yang terus berdetak kencang tidak karuan. Dia menghirup udara dan kemudian membuka mulut pria itu. Dia mulai mentransferkan udara lewat mulutnya ke mulut pria itu, sementara kiba menekan-nekan dada pria itu. Mereka terus melakukan gerakan itu sampai tiba-tiba, pria dihadapan mereka terbatuk-batuk dan memuntahkan air laut dari mulutnya.

Pria itu terngah-engah kemudian dengan perlahan membuka matanya. Dia kemudian dengan perlahan menoleh ke arah Naruto dan menatapnya. Naruto balik menatap pria itu dan mengedip-ngedipkan matanya, bingung harus berbuat apa. Pria itu terdiam kemudian kembali meutup matanya.

Naruto terhentak lalu kembali memeriksa detak jantung pria itu. Dia menghela nafas lega begitu mendengar ada suara detak jatung dari dada pria itu.

"Sepertinya dia hanya pingsan." Kiba menghela nafas lega.

Naruto mengangguk.

"Ayo kita pegi." Ujar Kiba sambil menggerak-gerakkan ekornya, berusaha mendekati air yang lebih dalam diikuti Akamaru yang dari tadi hanya memperhatikan.

"Eh? Kita mau meninggalkan manusia ini sendiri?" tanya Naruto, tetap diam disamping pria itu.

Kiba menoleh kearahnya. "Yang pentingkan kita sudah mencoba menyelamatkannya. Kau mau diam sampai kapan disini? Hujan memang sudah berhenti, tapi ini sudah malam. Apa kau mau ayahmu marah?"

Naruto menghela nafas berat. "Tapi aku tidak bisa meninggalkannya sendiri, Kiba. Bagaimana kalau terjadi apa-apa padanya? Usaha kita untuk menyelamatkannya sia-sia kan? Kita juga tidak mungkin membawanya kebawah laut. Dia tidak bisa bernafas didalam air seperti kita."

"Lalu kau mau apa?" Kiba mulai kesal dengan tindakkan sahabatnya. Yah, mungkin itu sisi baik Naruto. Selalu ingin membantu orang yang sedang kesusahan. Tapi bisa tidak sih dia berhenti memikirkan orang lain untuk sesaat dan mencoba untuk memikirkan dirinya sendiri?

Naruto terdiam untuk sejenak. "Aku akan diam disini sampai ada manusia lain yang menemukannya!" jawab Naruto sambil melipat tangannya didepan dadanya.

Kiba mengernyit dan menatap Naruto dengan kesal. "Menunggu manusia lain menemukannya? Apa kau sudah gila, hah? Bagaimana kalau mereka melihatmu? Kau mau mereka menangkapmu dan menjadikanmu bahan percobaan, hah? Ayah mu dan paman Jiraiya sudah memperingatkan kita tentang ini!"

Naruto balik menatap Kiba sama kesalnya. "Aku akan cepat pergi begitu aku melihat manusia mendekat! Kalau kau begitu takut, pergi saja duluan, Kiba! Dasar kau penakut!"

Kiba menggeram kesal. "Yah! Aku penakut! Aku memang penakut! Aku hanya takut kalau terjadi apa-apa dengan sahabatku! Apa itu salah?"

Naruto terdiam dan menunduk. Dia kemudian menghela nafas dan kembali menatap Kiba dengan tatapan yang lebih lembut. "Maaf, Kiba. Aku tau kau menghawatirkan ku. Tapi kumohon, sebentar saja? Aku tidak mau terjadi apa-apa padanya. Aku janji aku akan memberikan apapun yang kau mau kalau kita sudah tiba di Istana."

Kiba masih terlihat kesal namun dia tidak menjawab. Dia hanya membalikkan badannya dan perlahan mundur ke tampat yang lebih dangkal. Duduk ditepi pantai sambil menyilangkan tangannya didadanya dengan kesal. Akamaru hanya berenang-renang disekitar tepian pantai dan menunggu Kiba dan Naruto. Melihat itu, Naruto tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Kiba dengan senangnya.


"Kita harus kembali ke arah tempat tadi!" teriak Mikoto di depan suaminya Fugaku.

Fugaku mengernyitkan keningnya, "Kita bahkan tidak tahu arah mana. Perahu kita pun terbawa arus tidak tentu arah." Jawab Fugaku terdengar tenang. Namun, semua orang tahu setenang-tenangnya Fugaku, tidak mungkin dia tidak menghawatirkan anaknya yang baru saja terjatuh dan tenggelam ke dalam lautan.

"Kenapa kau tidak membiarkan aku meloncat saja dan menyelamatkannya! Aku bisa berenang!" teriak Mikoto lagi. Mukanya merah dan matanya sembab dipenuhi air mata.

Fugaku menghela nafas. "Apa aku akan membiarkan dua orang yang aku sayangi meloncat begitu saja? Apa kau tidak melihat ombak begitu deras dan hujan pun sama-sama deras? Apa kau bisa menyelematkan anakmu dengan tubuhmu yang kecil itu?" Fugaku mulai kehabisan kesabaran.

Mikoto terdiam. Dia hanya mengertakkan giginya dan berjalan bolak-balik dengan paniknya.

Kakashi yang daritadi terdiam didekat pintu memperhatikan mereka berdua. Dalam hati dia pun menyesali apa yang terjadi. Kenapa dia tidak bergerak lebih cepat dan menangkap Sasuke. Ini semua tidak adak terjadi. Dia terdiam dan menatap lantai kapal, menyesali apa yang tidak bisa dia lakukan.

Fugaku menoleh ke arah Kakashi kemudain berkata, "Kau tidak perlu menyesali apapun, Kakashi. Aku yakin Sasuke baik-baik saja. Dia anak yang kuat."

Kakashi hanya mengangguk namun terdiam.

"Daratan! Kita menemukan daratan!" terdengar sayup-sayup teriakan seorang awak perahu dari luar.

Kakashi membungkukkan badannya ke arah Fugaku lalu membalikkan badannya, berniat pergi ke geladak dan melihat daratan yang hendak mereka darati.

Sesampainya Kakashi di geladak perahu, dia melihat pantai yang mulai terlihat jelas. Perahu pun dengan perlahan menepi ke daratan. Kakashi mengedarkan pandangannya kearah tepian pantai. Sudut matanya menangkap seseorang berambut kuning meloncat kearah air laut yang lebih dalam. Dia mengernyit dan menoleh ke arah sosok yang dia lihat. Dia membelalakan matanya begitu dia melihat seseorang terbaring pasrah di tepi pantai.

"Yang Mulia Fugaku! Aku melihat Pangeran!" teriak Kakashi lalu berlari ke arah tangga untuk turun dari perahu yang baru saja disiapkan oleh salah satu awak perahu.

Fugaku dan Mikoto yang sayup-sayup mendengar teriakan Kakashi, lalu keluar dari ruang makan malam dan berlari mengikuti Kakashi.

Kakashi berlari kearah Sasuke dan perlahan mengangkat badan bagian atas Sasuke kepangkuannya. "Pangeran?" Kakashi menepuk-nepuk pipi Sasuke dengan perlahan.

Sasuke perlahan membuka matanya, "Kakashi?"

Kakashi mengangguk.

"Sasuke!" Mikoto berlari kearah Sasuke dan merebut Sasuke dari pangkuan Kakashi. Dia memeluk anak tersayangnya dengan penuh kasih sayang dan menangis bahagia.

Fugaku hanya berjongkok disamping Mikoto dan mengusap-usap pundak Mikoto.


~ To be Continued ~


A.N: uhuk, uhuk, bagaimana? ada yang berminat untuk membaca chapter-chapter selanjutnya? 'w'

ehehe. Terimakasih sudah membaca sejauh ini~ Review would be very very very appreciate ~ :*