*Flashback*

"Seungkwan, suatu hari nanti kalau Seungkwan sudah besar, Seungkwan harus ingat satu hal ini ya. Seungkwan kan laki-laki, jadi jangan pernah menyakiti perempuan, jangan pernah buat seorang perempuan menangis apalagi perempuan itu orang yang Seungkwan sayangi. Seungkwan harus memperlakukan perempuan dengan lembut seperti yang selalu Seungkwan lakukan pada eomma. Arrachi?" anak manis itu pun mengangguk dengan semangat sambil terus menyunggingkan senyumannya

"Seungkwan berjanji pada noona?"

"Ne noona! Tentu saja" jawabnya lagi dengan suara semangat khas anak kecil

"Seungkwan, noona harus pergi. Pergi jauhhh sekali. Ingat ya Seungkwan, suatu hari nanti kita pasti akan bertemu lagi, jadi Seungkwan jangan mencari noona ya?"

"Kenapa Seungkwan tidak boleh mencari noona? Memang noona perginya berapa lama?" tanyanya polos sambil mengedipkan mata bulatnya berulang kali

"Emm, noona juga tidak tahu. Tapi noona yakin kita akan bertemu lagi saat Seungkwan sudah setinggi ini" kataku sambil mengangkat tanganku sedikit diatas kepalaku

"Berarti Seungkwan sudah besar ya noona?"

"Ne, sudah sangat besar dan tampan. Kalau Seungkwan lupa sama noona, Seungkwan bisa mengingat noona dari cahaya biru dan gelang yang noona pakai ini. Paham?"

"Ne. Dan Seungkwan tidak akan lupa sama noona kok. Seungkwan kan sayang sama noona" aku tak sanggup lagi menahan senyumanku melihat tingkahnya yang manis ini. Andai dia tahu betapa beratnya kehidupannya setelah ini, betapa susahnya senyuman ikhlas itu dia tunjukkan dan betapa rindunya aku pada dirinya.

"Seungkwan, siapa nama noona?"

"Seungha noona"

"Pintar" kataku sembari mengelus gemas puncak kepalanya

"Baiklah, sampai bertemu lagi Seungkwan. Jadi anak yang baik ya"

"Noona mau pergi sekarang?" aku hanya menganggukkan kepalaku dan mulai berjalan meninggalkannya dengan lambaian tangan kecilnya yang mengantarkan kepergianku. Menuju ke kehidupan asliku.

.

.

.

Cahaya biru terang itu tiba-tiba menyorot di kepalaku. Refleks aku menutupi mataku dengan tangan kananku untuk menghindari silaunya. Siapa orang yang iseng malam-malam begini, fikirku.

"Jadi ini maksud cahaya biru itu.." suara ini, aku mengenalnya.

"..dan gelang? Noona?" aku menolehkan kepalaku kebelakang dan kulihat dia berdiri disana sambil menyunggingkan senyuman manisnya itu. Senyuman polos dan ikhlas yang sudah bertahun –atau mungkin beberapa bulan- tidak pernah kulihat lagi, sungguh aku merindukan senyuman manis khas anak kecil seperti itu.

"Kau mengingatku?"

"Kurasa tidak. Tapi aku mencoba mengingat bahwa aku pernah mengenal seorang yang bernama Seungha noona. Yang katanya akan bisa diingat dengan cahaya biru dan gelangnya" katanya sambil menampilkan ekspresi pura-pura mengingat

"Tapi, kurasa bukan cahaya biru seperti ini yang dimaksudkan Seungha noonamu itu" kataku terkikik sambil menunjuk ujung dari cahaya biru itu

"Tuh kan, sudah kubilang bukan cahaya biru yang seperti ini, hyung" teriak Leechan dari atas sana sambil memegangi lampu sorot itu

"Jadi cahaya yang seperti apa Chan?" teriak Seungkwan membalas Leechan diatas sana

"Mana kutahu. Coba tanya saja ke noonamu itu. Ah sudahlah aku pegal, bye noona bye hyung" balas Leechan sambil mematikan lampu sorotnya dan beranjak turun dari gardu pandang itu dan pergi entah kemana meninggalkanku dan Seungkwan berdua di lapangan ini

"Lalu, kira-kira cahaya yang seperti apa ya yang Seungha noona maksudkan?" tanyanya pura-pura bingung sambil tersenyum nakal ke arahku

"Hemm, sepertinya Seungha noonamu itu belum benar-benar memikirkannya" jawabku. Dan kami berdua pun tertawa.

END