Disclaimer by Masashi Kishimoto

Author : Hani Yuya

Pairing: Sasosaku

Genre: hurt/comfort,family,romance

judul: My Brother My Love

Nb: Maaf klo masih banyak typo berhamburan dan masih banyak kesalahan lainnya. DLDR

.

.

.


.

.

Pagi ini adalah hari yang cerah. Rumput ilalang yang bergoyang tertiup hembusan angin. Matahari yang semakin lama menunjukkan sosoknya, membuatku ingin berteriak betapa indahnya hari ini. Kupejamkan mataku untuk merasakan angin yang berhembus kencang menerpa kulit putihku. Lalu …

Duuk… aduh! tiba –tiba dari arah belakang seseorang melemparkan sebuah bola basket kearah bahuku dengan keras, aku terjatuh dibuatnya. Aku kenal siapa dia, bahkan sangat dekat mengenalnya. Dia adalah….

"Sasori nii, sakit tahu!"Aku merajuk mengembungkan pipiku.

"Ha ha ha Nice shoot" Sasori nii tertawa terbahak-bahak menertawaiku yang terjatuh akibat ulahnya.

"Uhhhh, awas ya" Aku membalas melemparkan sebuah bola basket kearahnya yang sedang berlari menjauhiku.

Aku Haruno Sakura umurku baru menginjak 13tahun ini. Lalu dia adalah kakakku Haruno Sasori usia kami hanya berpaut 3 tahun. Sekarang umurnya baru 16 tahun. Dia kakak kebanggaanku dan kakak yang paling kusayangi di dunia ini. Banyak orang yang bilang kalau aku brother complex . He He He Sasori nii adalah pemuda yang sangat periang,wajahnya yang baby face serta manik hazel nya yang indah. Itu sebabnya banyak wanita yang menjadi fans nya.

"Hosh hosh hosh... Aku cape" nafasku tersendat-sendat dadaku naik turun karena kini tubuhku sangat lelah. Keringat mengucur dari pelipisku. Aku duduk lemas di atas rumput . Baru 5 menit aku berlari mengejar Sasori nii. Namun aku sudah tak sanggup berlari lagi.

"Dasar payah, baru sebentar sudah kehabisan tenaga" ucapnya menggodaku, lalu dia memposisikan duduk disampingku. Sedangkan aku masih menghirup udara sekitarku untuk menstabilkan pernafasanku.

"Sakura" tiba-tiba dia memanggil namaku pelan. Hampir seperti gumaman.

"Ya" Aku langsung menghadap menatap wajahnya. Kulihat raut wajahnya terlihat sedih. Ada apa dengannya?batinku. Beragam pertanyaan terlintas di benakku. Karena tidak biasanya raut wajahnya terlihat sedih seperti saat ini.

"Kalau aku tidak ada, apa kau akan merasa kesepian?atau merasa senang? karena tidak ada yang mengganggumu lagi?"
Manik Hazelnya menatap manik emeraldku tajam. Ekspresi wajahnya pun berubah serius. Kulihat manix hazelnya sedikit memerah.

Aku mengernyit. Aku benar-benar tidak suka pertanyaannya saat ini "Nii chan... Aku tidak suka pertanyaanmu!" jawabku dengan nada marah. Manik emeraldku menatap tajam manik hazelnya. Namun tidak ada keraguan dalam kata-katanya. Dia masih diam tak bergeming. Pandangannya masih menatapku intens. Ini aneh? tak biasanya dia memperlihatkan raut wajah yang serius.

"Aku serius!" ucapnya lagi.

"Apa kau Sakit?" entah mengapa kulihat akhir-akhir ini wajahnya semakin pucat.

Manik hazelnya membulat mendengar pertanyaanku "Mungkin aku Sakit parah" jawabnya pelan.
Deg... jantungku berdetak kencang
Entah kenapa tiba-tiba air mataku menetes dari manik emeraldku. Perkataannya seakan-akan sebuah tanda suatu saat nanti kami berdua akan berpisah. Namun tiba-tiba…

"Bodoh" tangannya terangkat mengacak pucuk helaian rambut merah mudaku. " Aku hanya bercanda, ternyata kau mudah sekali dibohongi... hahaha"lanjutnya. Lalu tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan air mata. Lalu Sasori nii melempar pelan bola basket yang sejak tadi dipegangnya kearahku. Ekspresi wajahnyapun kembali seperti semula. Tanda segi empat tercetak jelas dahiku. Wajahku memerah menahan kesal. Dia selalu saja menggodaku. Sering membuatku mendengus kesal.

"Sasori nii, awas kau tidak akan kumaafkan" gertakku sambil menggempal tanganku .Ingin rasanya kulayangkan tanganku kewajahnya yang tampan dan baby face itu.

Sasori nii berdiri dari posisi duduknya"Klo berani kejar aku, wee"dia menjulurkan lidahnya menggodaku.

"Nii chan kemari kau. Aku benar-benar marah kali ini " teriakku. Sasori nii hanya tertawa mendengar teriakanku. "Nii chan tunggu aku!".lanjutku seraya berdiri dan mulai berlari mengejarnya.

"Untuk apa aku menunggumu?"ucapnya. akhirnya kami berdua saling kejar mengejar .Kulihat wajah Sasori nii yang tertawa, nafasnya yang terengah–engah di tengah larinya yang sangat kencang. Aku berfikir tidak mungkin Sasori nii yang sekarang berada tepat di depanku akan pergi tak akan pernah terjadi. Karena aku tak akan bisa hidup tanpa dia disisiku. Dia kakak satu-satunya yang kupunya.

.

.
-000-

.

.

Matahari sekarang tepat berada di atas kepalaku, pagipun berganti siang. Sejak pagi tadi aku melewatkan waktuku bersama sasori nii .Sekarang sudah pukul 12siang sudah waktunya kupergi sekolah .nAku diantar Sasori nii dengan motor kesayangannya, kupegang erat pinggangnya dan tidak akan pernah kulepaskan.
Kulangkahkan kakiku masuk ke dalam kelas. Kulihat sahabatku Ino dan Hinata sedang mengobrol di bangkunya. Kuhampiri mereka berdua yang sedang asyk mengobrol itu. Sampai-sampai tak menyadari kehadiranku.

"Ehem... KONNICHIWA MINNA " teriakku kencang di depan wajah mereka berdua.

"Tck. Kau membuatku kaget forehead " Ino mendelik kesal memandangku. Aku hanya tertawa menanggapinya. Sedangkan Hinata hanya tersenyum simpul.

"Hei, forehead kau sudah dengar gosip belum? Katanya ada murid pindahan tampan lho dan wajahnya baby face. Aku penasaran ingin segera melihatnya " ucap Ino semangat.

Aku melipat kedua tanganku di depan dadaku. "Menurutku tidak ada yang bisa mengalahkan wajah baby face Sasori nii. Hehe " ucapnya menyeringai.

"Tch. Yakin sekali kau forehead " Ino mendecih. Dia meremehkan perkataanku. Aku mendelik kesal padanya. Pandangan kami bertemu. Aura tidak suka terpancar dari kami berdua.

"Sudah jangan bertengkar " ucap Hinata menengahi. Aku dan Ino memang sering adu mulut namun bukan berarti kami musuh. Malah pertengkaran kami itulah yang membuat kami semakin dekat.

"Baiklah kali ini aku mengalah pig, aku lelah bertengkar terus denganmu " ucapku. Lalu aku duduk di kursiku yang kebetulan disamping Hinata.

"Hehehe... aku yakin kau pasti akan jatuh cinta jika melihatnya forehead " jawabnya senang karena aku mengalah dalam debat kami tadi.

Aku hanya menghela nafas panjang "Aku bukan sepertimu pig, yang mudah jatuh cinta pada setiap pria tampan".

"Kita lihat saja nanti" ucapnya menyeringai jahil.

.

.
Ting-Tong-Ting-Tong

Bel pulang sekolah berbunyi. Hari ini kurasakan waktu berjalan sangat cepat. Baru rasanya tadi siang aku masuk sekolah diantar Sasori nii .Namun sekarang sudah waktunya pulang. Aku langsung melangkah keluar kelas dan pulang menuju rumah bersama teman-temanku. Kumengadahkan kepalaku ke langit senja. Gelap?Ah sepertinya akan turun hujan sebentar lagi. Padahal tadi pagi cuacanya cerah. Akhir-akhir ini cuaca memang tak bisa di langkah kakiku agar sampai rumah secepat mungkin.

.
-000-

.

.

Sesampainya di rumah."Aku pulang" kulangkahkan kakiku menuju ruang tengah, lalu kulihat Tou san... Kaa san dan juga Saaori nii berkumpul di ruang tengah. Suasana di sini agak sedikit sesak, kulihat nii chan yang menundukkan kepalanya .Kaa san yang menutup wajahnya dengan kedua tangannya menahan isak tangis. Tou san yang berdiri terdiam menyandarkan tubuhnya di tembok yang berada di belakang punggunggnya wajahnya terlihat sangat pucat.

Kenapa aku merasa mereka menyembunyikan sesuatu dariku? sesuatu yang tidak pernah kuketahui. Kuberanikan diriku untuk mengucapkan sebuah pertanyaan untuk mengetahui apa yang telah terjadi.

"Apa yang terjadi?kenapa semua berwajah muram?tolong beritahu aku apa yang sedang terjadi disini Tou san"tanyaku. Suaraku agak sedikit kenapa firasat buruk memenuhi benakku.

"Sakura, Aku rasa sudah waktunya kau tau. Semua yang sudah lama kami sembunyikan darimu" suara Tou san terdengar begitu kecil. Bibirnya bergetar menahan tangis,aku merasa sedikit sesak melihat keadaannya saat tak sanggup berucap

"Sebenarnya, Sasori "

"Nii chan. Ada apa dengannya?"

"Sasori, Penyakitnya"

"CUKUP!" tiba-tiba Sasori nii memutuskan pembicaraan Tou san.

"Sudah Cukup!Jangan bicara lagi Tou san... Kaa san kalian sudah berjanji tidak akan menceritakan semua ini pada Sakura kan? Aku tidak mau Sakura sedih gara-gara aku" cairan bening menetes dari manik Hazelnya.

"Nii-chan"Mataku terbelalak tak percaya. Sasori -nii meneteskan air mata, tidak biasanya dia menangis. Bahkan menangis terisak-isak didepanku. Aku semakin bingung. Ada apa ini?

"Tousan tahu kalau ini berat untuk sakura kalau mengetahui yang sebenarnya. Tapi kita sudah merahasiakannya selama bertahun-tahun dan sekarang dia sudah dewasa jadi dia berhak mengetahui apa yang selama ini kita rahasiakan darinya, yaitu tentang penyakitmu. Tentang hidupmu yang tidak lama lagi" matanya merah menahan tangis.

Deg Deg Deg

Manik Emeraldku membulat, Jantungku berdetak sangat kencang, rasanya jantung ini akan berhenti berdetak. Aku tidak percaya apa yang tou san katakan tadi. Kehidupan Sasori nii yang tak lama lagi, apa ini nyata? gumamku dalam hati. Mataku sudah berkaca-kaca, cairan bening sudah menumpuk di kelopak mataku.

"Sejak kecil kakakmu sudah mengidap penyakit kanker darah leukimia"

"Leukimia?" Ah, itu penyakit kekurangan darah merah. Karena Sel darah putih lebih banyak diproduksi tubuh.

"Ya, tadinya kakakmu sangat sedih, tapi semenjak kau lahir semangatnya muncul kembali, dia berjanji akan melindungimu dan mulai menjalani hidupnya seperti anak-anak lainnya. Tapi sekarang dokter memfonis hidupnya kapanpun bisa berakhir. Jadi tou san rasa kau harus mengetahuinya" kulihat kini tousan menangis.

"Hiks-hiks. HUAaaaaaa... kaa san san tidak ingin kehilangan Sasori " kaa san pun menangis. Di ruangan yang sempit ini hanya suara tangis kaa san yang terdengar. Lalu tou san pun memeluk kaa san erat. Kulangkahkan kakiku mendekati Sasori nii. Aku ingin dengar langsung dari mulutnya. Tentang penyakit yang di deritanya. Kenapa selama 13 tahun ini aku tidak sedikitpun tau tentang penyakitnya. Padahal selama ini aku selalu berada disampingnya. Aku yang selalu berfikir tau semua tentang dirinya. Namun kenyataannya aku tak tau apa-apa.

"Nii-chan... benarkah yang dikatakan tou san. Kumohon bilang kalau ini hanya bercanda kumohon" mukaku pucat, ingin rasanya air mataku jatuh menetes. Sedangkan Sasori nii hanya menundukkan tidak menatapku.

"Sakura, maaf selama ini aku merahasiakannya darimu. Ya ,tou san benar hidupku tidak akan lama lagi" jawabnya. Suaranya terdengar bergetar menahan tangis.

"Kau bohong! Katakan kalau semua ini bohong... Kumohon nii chan"

Bak bik buk

Berulang kali kupukulkan tanganku ke dadanya, namun dia tidak membalas pukulanku. Tes... darah segar mengalir dari hidungnya. Aku terbelalak kaget dibuatnya.

Sreet

Sasori nii menarik tanganku dan memelukku sangat erat." Maaf " hanya sebuah kata maaf yang terucap dari mulutnya. Hiks- hiks- air mata yang kutahan sejak tadi kini tumpah tak bisa lagi kubendung. Suara isak tangis keluar dari mulutku seiring air mata yang begitu deras mengalir. Nii chan pun memeluk tubuhku makin erat, suara isak tangis pun kudengar keluar dari mulutnya. Air matanya pun membasahi bajuku serta cairan darah segar dari hidungnya mengotori bajuku Kubalas memeluknya dengan erat.

Sreet

Kulepaskan pelukanku. Lalu berlari ke kamarku mengambil sebuah sapu tangan di lemari bajuku. Lalu aku langsung mengelap darah yang mengalir dari hidungnya.

"Nii chan" Aku hanya bisa menangis karena terlalu menghawatirkannya. Sebelah tanganku menutup mulutku menahan suara isak tangis agar tak keluar dari mulutku.

"Baka, kenapa semuanya menangis? ayo tersenyumlah, tidak ada yang perlu ditangisi" ucapnya dengan senyum yang sengaja dipaksakan. Lalu menghapus jejak air mata diwajahnya.

Manik hazelnya menatap manik Emeraldku lembut. Tangannya terangkat berusaha menghapus air mataku yang masih mengalir."Sakura, tersenyumlah, kumohon tersenyumlah untukku" ucapnya lembut. Lalu mencium jidat lebarku. Hatiku mendesir mendengar setiap kata yang terucap dari mulutnya. Hatiku sakit saat melihat raut wajahnya yang memandangku dengan tatapan belas asih. Aku tidak tahu harus bagaimana. Apakah aku bisa tersenyum?

Namun akan kulakukan meski sulit, demi dirinya meskipun pedih yang kurasakan. Aku akan berusaha untuk tetap tersenyum untuknya. Bukan hanya aku yang tersenyum untuknya. Tou san dan Kaa san pun berusaha tersenyum di selah tangisnya.

"Sakura- Tou san- Kaa san- Arigatou sudah tersenyum untukku" ucapnya.

Tangannya menggenggam tanganku erat. Entah mengapa tangannya terasa dingin saat kulit kami bersentuhan. Dia tersenyum. Berusaha memperlihatkan sebuah senyuman terbaiknya pada kami. Entah kenapa aku merasakan firasat buruk tentang ini. Jantungku berpacu lebih kencang tak seperti biasanya. Hatiku makin terasa sakit. Kegelengkan kepalaku untuk mengenyahkan bayangan buruk di benakku yang mungkin saja terjadi. Namun beberapa detik kemudian~

Bruukkkk

Genggaman tangannya terlepas dari tanganku, tubuhnya terjatuh di lantai. Mataku terbelalak tak percaya. Refleks kuteriak memanggil namanya.

"SASORI NII "

Kami langsung membawanya kerumah sakit dibantu oleh para tetangga yang berdatangan kerumah karena mendengar teriakanku.

"Nii chan bertahanlah - kumohon - hiks hiks... kumohon" Aku menangis terisak di sepanjang jalan menuju rumah sakit. Darah segar masih keluar dari lubang hidungnya bahkan kini dari sela bibirnya pun mengalir cairan merah pekat.

"Sakura... jangan me-na- ngis" dia mengucapkan setiap kata dengan nafas tersendat sendat sambil menggenggam erat tanganku. Kini tangannya semakin dingin kurasakan.

"Nii chan ... hiks. hiks. jangan banyak bicara lagi" kugenggam tangan Sasori nii dengan erat. Kuperhatikan sejak tadi nafasnya semakin lemah. Wajahnya pun semakin pucat.

Di selah keadaannya yang bicara, Sasori nii berusaha mengucapkan sesuatu padaku "Ter- se-nyum-lah- se- la- lu-Sa- ku- ra" ucapnya terbata.-bata. Tangannya terangkat menghapus air mataku. Lalu~

Brakk

Tangannya tiba-tiba terjatuh dari pipiku. Matanya tertutup. Kupegang tangannya dan kugoyangkan tubuhnya. Berulang kali kupanggil namanya namun nihil matanya tetap terpejam. Kupeluk dirinya erat, kutempelkan kupingku di dadanya untuk memastikan detak jantungnya. Mataku terbelalak tak percaya saat detak jantung Sasori nii sudah tak berdetak lagi. Kugigit bibir bawahku untuk menahan rasa sakit di dadaku sampai mengeluarkan cairan darah pekat dari selah bibirku. Kucoba pastikan sekali lagi. Kuberdoa dan berharap dalam hati. 'Kumohon berdetaklah' berulang kali kuucapkan kata yang sama dalam hatiku. Namun~

Siiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing

Sunyi... hembusan nafas dan detak jantungnya sudah benar2 berhenti. Aku tidak percaya semua ini.

"TIDAK- NII CHAN - BANGUN! KUMOHON JANGAN BERCANDA!" berulang kali kugoyangkan tubuh Sasori nii. Tapi dia tidak bergerak sedikitpun. Kini dia benar-benar pergi meninggalkan kami . Dia pergi sebelum kami sampai di rumah sakit.

"SASORI "Kaa san menjerit pilu dalam tangisnya. Wajahnya pun memucat. Tou san yang berada di sampingnya pun hanya bisa menangis. Hatiku sakit, Perih rasanya.

Semua perasaan duka tercampur aduk aku benar-benar kehilangannya. Kenapa aku tak menyadari penyakitnya lebih cepat. Kalau dulu aku menyadarinya aku pasti akan meluangkan dan menghabiskan lebih banyak waktuku untuknya. Lebih banyak memperhatikannya.

Kenapa penyesalan selalu berakhir di belakang. Bukan di awal?pertanyaan konyol itu terlintas di benakku. Karena aku belum bisa merelakan kepergiannya saat ini. Mungkin tak akan pernah selamanya.

.

.

.

Seorang pemuda berwajah baby face sedang tidur menikmati hembusan angin di bawah pohon Sakura yang rindang.

Gadis bersurai merah muda itu tak akan pernah menyangka, bahwa kelak seorang pemuda yang serupa dengan kakaknya dengan tingkah laku sama namun sedikit berbeda akan datang mengisi kekosongan dihatinya.


TBC