light of blood

By: tatsu adrikov galathea

.

.

.

BLEACH

Tite Kubo

.

.

.

Pairing: UlqiHime

Warning: Bloody tapi ga sampai gore -maybe- abal dan typo(s)

Yah tak perlu berlama lama berkata-kata, saiah persembahkan~

Aku adalah makhluk yang dilahirkan tanpa disertai oleh perasaan . tugas ku adalah bertarung dan hidup dari membunuh. Aku adalah makhluk hina yang berlumur dosa. Tapi apakah salah kalau aku menginginkan hidup tenang denganmu angel?

.

.

.

-Light of blood-

"dasar pencuri kembalikan buah itu!" seru pria setengah baya berbadan gembul sambil berlari mengejar seorang bocah kecil berhakama hijau lusuh."Hei kalian bantu aku! Bocah itu mencuri lagi diwarungku!"

"Apa? Bocah itu kembali mencuri?" Tanya penduduk lain,"Jangan dibiarkan ayo tangkap dia!" Seru penduduk yang lain.

Bocah itu berlari sekencang kencangnya. Mata emeraldnya terlihat ketakutan. Nafasnya terengah karena berlari. Sementara tangan kecilnya memeluk tiga buah apel. Kaki kecilnya berusaha terus berlari tapi tiba-tiba sebuah batu disandungnya hingga ia kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh.

"Nah tertangkap juga akhirnya kau bocah!" Seru salah satu penduduk lalu memukulinya disusul oleh penduduk yang lain.

"hentikan!" Seru anak itu diantar pukulan para penduduk sepertinya mereka tak menghiraukan permohonan anak kecil itu semuanya tak perduli. "Ampun."

"Rasakan ini,siapa suruh kau mencuri."

"Kalau kecilnya sudah berani mencuri bagaimana besarnya nanti mau jadi apa kau nantinya?"

"Tolong hentikan." Rintih anak it putus asa.

"Sudah sudah ayo kita kembali, buang buang waktu saja!" Kata Si pemilik warung yang tadi apelnya dicuri.

"Dasar anak tak berguna!"

"dasar pencuri!" caci warga desa seraya itu kembali membuka mata emeraldnya. Rambut sehitam eboni miliknya kini kusut kotor bercampur denagn debu dan terasa sakit dan perih. Wajah, perut, punggung, dan seluruh tubuhnya lebam akibat pukulan mereka. Beberapa diantaranya mengeluarkan darah segar berwarna merah. Hakama lusuh anak itu juga kini bercampur dengan darah. Anak itu hanya meringis kecil menahan sakit,apel yang tadi ia curi tergeletak tak jauh dari sana menjadi saksi bisu atas perbuatan penduduk desa yang main hakim sendiri.

"Kau mencuri lagi anak muda?" Tanya seorang pria berkaca mata dengan kharisma kebapakan pada anak kecil itu.

"Si… siapa kau?"

"Hei bocah biaralah yang sopan pada Aizen-sama!" Hardik pemuda berambut hitam panjang yang berdiri dibelakang Aizen. Mata sipitnya memadang remeh anak laki-laki itu.

"Tak apa Nnoitra, nah nak siapa namamu?"

"Aku tak punya nama." Jawab anak itu seraya menunduk. Membuat aizen,pria berkaca mata itu mengangkat sebelah alisnya.

"Kalau begitu dimana kau tinggal?"

"Aku tak punya rumah."

"Tak punya rumah? Lantas dimana keluargamu?"

"Aku tak punya keluarga."

"Anak malang. Kalau begitu, berhentilah mencuri dan ikutlah denganku dan mulai sekarang kuberi nama kau Ulquiorra. bagaimana kau mau ikut denganku?"

Bocah itu tersentak dan menatap pria dihadapannya itu. Perlahan bocah itu akhirnya menggangguk.

.

.

.

.

Trang trang bunyi logam yang beradu menimbulkan suara tersendiri dimalam itu. Aroma amis darah menguar disegala penjuru kastil yang mulai terbakar. Api menari-nari membakar apa yang dilaluinya bahkan mayat orang-orang tak bersalah didialam kastil itu.

Trang kembali terdengar suara logam beradu. Terlihat disana seorang pemuda bermata emerald cemerlang, rambutnya yang sehitam eboni berayun mengikuti garak tubuhnya menghindari serangan serangan yang dilancarkan pasukan penjaga. Dengan lincah ia mengayunkan katana menggoreskan luka mematikan ketubuh lawanya. Lagi darah terciprat kemana-mana saat para penjaga itu ditebasnya satu darah, pemuda itu berdiri diatas lautan darah dan gunungan mayat. Bau amis pun mulai menguar lebih tajam sat angin malam berhembus. Wajah tampanya tak menyiratkan sebersit ekspresi pun. Pemuda itu segera berlari menuju bangunan utama kastil itu. Bangunan terbesar dengan nuansa jepang yang khas.

'Dibangunan utama kau akan menemukan si damiyo itu. Tugasmu selesai jika kau bisa membunuhnya.'

Kini ia sudah sampai didepan bangunan utama yang hanya dijaga oleh beberapa pasukan.

"Bodoh sekali," sekali serang seluruh penjaga banguan utama telah roboh. Pemuda bermata zambrud itu akhirnya sampai ditempat utama. Kamar damiyo.

Dan disana duduklah seorang wanita dengan rambut digelung rapi. Wajahnya menyiratkan sosok keibuan yang bijaksana. Kimononya berwarna seputih salju dan nampak anggun mata violetnya mentap lembut pemuda yang baru datang itu. Penampilan mereka sangat bertolak belakang. Pemuda itu, hakamanya telah lusuh kotor dengan darah yang bercampur debu, katananya pun tampak berkilat merah bukti bahwa katana itu telah mencabut banyak nyawa.

"Akhirnya kau datang juga." Ucap wanita itu tenang walau tahu nyawanya tinggal seujung kepalan tangan bayi.

"siapa kau?" Tanya pemuda itu waspada.

"Aku? Akulah damiyo disini. Tapi kau pasti tak pecaya bukan." Ucapnya ringan tanpa satupun rasa takut mengelayutinya.

"Aku memang tidak percaya." Jawab pemuda itu.

"Suamiku baru saja meninggal karena penyakit yang telah lama di idapnya. Jadi akulah damiyo resmi disini." Ucapnya lagi sembari meminum gelas ocha dihadapannya. "kau mau membunuhku?" tanya wanita itu lagi ketika pemuda itu berjalan mendekat seraya menghunus katananya yang masih berlumur darah.

"…" tak menjawab pemuda itu masih terdiam namun katananya telah ada didepan mata Violet indah wanita itu.

" Daripada kau berusah payah menambah dosamu dengan membunuhku biar aku saja yang mengakhiri nyawaku… uhuk… uhuk…" pemilik permata amethyst itu terbatuk dan darah segar menetes keluar dari mulut mungilnya.

"Oh ternyata aku telah meminum racun ya? Hahaha" tawa wanita itu kering sambil menatap meja kecil dihadapannya. Sebuah botol racun berukuran kecil tergeletak tak jauh dari gelas ocha itu. "Simpanlah katanamu anak muda. Berhentilah membunuh dan mulailah hidup baru. Karena aku yakin kau adalah orang yang memiliki hati." Ucap wanita itu lagi sebelum ia kembali memuntahkan darah dari mulutnya dan akhirnya ambruk. Permata violet tanpa dasar itu mengatup menghilangkan cahaya mata yang indah. Pemuda itu terhenyak oleh perkataan wanita tadi.

Pemuda itu berjalan keluar dari bangunan dari kejauhan seseorang.

"Kerja bagus Ulquiorra-kun." Ucap pria berkacamata yang menunggunya itu. Hakamanya berwarna biru tua tampak bersih dan rapi,aroma harum memancar dari tubuhnya mengusir amis darah yang menguar diudara sekitar mereka.

"Aizen-sama." Pemuda bernama Ulquiorra membungkuk takjim pada pria dihadapannya itu.

Pria itu kembali tersenyum. "Segera pulang dan gantilah pakaianmu. Lalu temui aku, ada hadiah untukmu." Perintahnya seraya berlalu. Kembali Ulquiorra membungkuk hormat pada Aizen, tuannya.

Ulquiorra telah megganti hakama penuh darahnya dengan hakama kelabu yang bersih dan harum. Dan kini ia tengah berada diruang Aizen.

"ini hadiah untukmu,karena kau telah berhasil menaklukan kastil klan Kuchiki." Kata Aizen seraya meletakkan sepundi emas diatas meja.

"Terima kasih Aizen-sama." Kata Ulquiorra menerima kantong emas itu. Pemuda stoic itu membungkuk hormat beranjak pergi sebelum aizen menahanya.

"Tunggu dulu Ulquiorra, ada tugas baru yang harus kau kerjakan."

"Apa itu Aizen-sama?"

Aizen kembali tersenyum.

.

.

.

.

Api berkobar menari-nari. Bau amis darah kembali tercium dari mayat mayat yang bergelimpangan. Denting logam yang beradu kembali terdengar. Dengan tatapan dingin dan ekspresi datar Ulquiorra kembali membantai orang orang yang ia jumpai. Kini ia tengah berada disebuah kastil yang tak begitu besar dibanding kastil Kuchiki yang tempo hari ia taklukkan tetap penjagaan ditempat ini jauh lebih ketat.

Lebih banyak penjaga dan rounin yang tetap saja Ulquiorra tak hijau mudanya telah dipenuhi bercak itu terus menerjang dan terus merangsek menuju bangunan utama.

"Oujou sama oujosama… gawat gawat kastil diserang musuh. Kau harus segera pergi dari sini." Seru dayang pada seorang gadis dengan kimono kuning emas.

"Apa? Di diserang? Dimana kakak?" Tanya gadis itu panik .

"Tuan Sora…" dayang itu tampak ragu.

"Hime…" terdengar suara seorang pria muda yang sangat familiar ditelinga gadis itu.

"Sora-nii!" Pekik Orihime gadis itu melihat seorang pemuda berambut coklat yang muncul dari balik pintu.

"Hime-chan… cepat pergi dari sini!" Perintah pria muda itu.

"Tapi kakak…"

"cepat!"

crass

"Kyaaa"

Pemuda itu rubuh seketika dan masuklah seorang pria jangkung bermata sipit dengan rambut panjang dan senyum iblis menatap mereka berdua yang nampak Nnoitra Jiruga tangan kanan Aizen.

"O… Orihi… hime pe… pep… pergi lah" kata Sora terbata-bata dengan darah yang mulai keluar dari mulutnya "pep… per… ggilah da…da… ri si… sini te… te… taplah hi… hi… dup… argh."

"Diam kau lelaki yak berguna!" Seru Nnoitra sambil menginjak kepala Sora. "Nona -nona selamat malam." Ucapnya menyeringai lebar .

"Kakak… kakak…" Orihime masih menangis tapi gadis itu tak bisa berbuat apa-apa.

"Sebaiknya oujou-sama cepat pergi! Biar aku menahannya." Kata Tatsuki, si dayang sambil mengeluarkan tanto dari balik obi-nya.

"Aku tak akan membiarkanmu!" dengan air mata yang telah membasahi pipinya Orihime berlari menerjang Nnoitra.

.

.

.

.

Crash tes tes tes darah merah menetes mengotori lantai ruang itu.

"hosh…hosh..hosh…" deru nafas Orihime tak beraturan. Sebuah tanto milik Tatsuki menacap ditangan samurai itu.

Nnoitra menyeringai lebar, "Kau berani melukai tanganku yang berharga ini? Dasar wanita tak berguna." Dan dalam sekali entakan Orihime terjatuh menabrak dinding dan pria berwajah licik itu bersiap menancapkan katananya sebelum...

"Hime-sama!" Tatsuki segera berlari kearahnya.

"Akh…" Crass darah kembali mengotori lantai dan Kimono Orihime.

"Tatsuki-chan." Mata Orihime membelalak, Tatsuki dayang sekaligus sahabatnya melindunginya dari tusukan katana itu.

"Hime-chan gomen ne ha…hanya ini yang bi… bi… sa aku la… ku… kan, tetap… lah hi… dup akh… ce…pat per… gi!" Dan gadis berambut hitam itu rubuh dengan katana yang menacap di punggungnya.

"TATSUKI-CHAN!" Seru Orihime sambil menangkap tubuh tak bernyawa Tatsuki air matanya mengalir deras membasahi pipi, bahunya berguncang hebat sementara tubuhnya gemetar ketakutan.

"Sudah selesai menangisnya?" Sindir Nnoitra sambil mencabut katana dari tubuh tak bernyawa Tatsuki .

Dengan mengumpulkan kembali keberaniannya Orihime segera berlari meninggalkan tempat itu. Tak ada gunanya jika tetap disitu. Hanya akan mati konyol saja. Dia harus bertahan hidup seperti pesan dari Tatsuki. "Tatsuki-chan, Nii-sama." Kembali air matanya menetes mengingat mereka berdua. Hatinya sangat sakit, kenapa tidak? Mereka adalah orang terpenting dalam hidupnya dan mereka meregang nyawa dihadapannya, demi melindunginya. Orihime terus berlari bau anyir darah kembali merebak dari mayat-mayat yang ia temui. Air mata Orihime menetes lebih deras saat ia menyadari mereka adalah orang-orang yang sangat ia kenal. Jazad mereka bergelimpangan begitu saja disepanjang lorong kastil yang ia lewati dengan luka yang mengerikan.

"Bruk" Orihime tersandung salah seorang mayat yang ia kenali sebagai Chizuru salah satu tukang masak kastil yang ia kenal begitu aktif dan ceria, Orihime tak bisa berlama-lama disitu karena dibelakangn Nnoitra masih mengejarnya. Dengan susah payah ia bediri tak menghiraukan rasa nyeri akibat terjatuh tadi. Tanganya mneapai pintu dan memasukinya, tapi ternyata kamar itu buntu. Tak ada pintu keluar disana selain jendela kayu kecil. Kamar ini sama saja jalan buntu. skak mat ia tak bisa menghindar.

.

.

.

.

"Kau tak bisa selamanya bersembunyi disini. Cepat atau lmbat aku pasti menemukanmu. Jadi mari kita akhiri saja nona manis."

'Jangan jangan sampai dia menemukanku disini. Aku mohon kami sama tolong aku' batin Orihime, gais itu bersembunyi didalam lemari kayu penuh debu disudur ruangan,disana ia bisa mendengar suara Nnoitra maupun suara denting barang barang yang di obrak abrik oleh pria itu.

'Greeek'

Lemari itu terbuka dan seorang pria dengan seringai mengerikan berdiri dihadapannya. "Ketemu kau…"

Mata gadis bermarga inoue itu kembali membulat ketakutan.

Ulquiorra bergerak memasuki bangunan utama kastil itu, yang ia dapati hanya sunyi dan bau amis mayat bergelimpangan itu masih mencari keberadaan sang damiyo. Pemuda itu sampai disebuah kamar dengan dua mayat disana, satu mayat pria berambut coklat yang tak lain adalah mayat Sora sang damiyo dan tak jauh disana teronggok mayat gadis belia yang tak lain adalah Tatsuki.

'Sudah ada yang mendahului, Nnoitra kah?' batinnya, ya dalam misi ini Ulquiorra tak bergerak sendiri. ia mendapat tugas bersama Nnoitra. Pemuda bemata sehijau zambrud itu melanjutkan langkahnya hingga mendengar suara jeritan yang tak biasa.

.

.

.

.

Orihime berdiri di sudut ruangan, ia sudak tak bisa kemana mana lagi. Dibelakangnya hanya ada dinding dan didepan sudah menunggu si samurai. Jemari lentik gadis itu memegang tanto yang kini sudah dihiasi darah. Walau dengan membawa senjata Orihime tetap saja dalam keadaan yang tidak menguntungkan. Bagai telur diujung tanduk itulah nasib Orihime sekarang.

"Tolong!" Jerit Orihime putus asa.

'kami-sama apakah ini akhir dari hidupku? Nee Tatsuki-chan , sora-nii gomen ne sepertinya aku akan menyusul kalian. Siapapuntolong aku…'

"Bersiap-siaplah menemui keluargamu dialam baka Oujou-sama." Seru Nnoitra girang sambil mengayunkan katananya.

"Kyaaaa!"

"ARGHHH"

Crasss

Sekali lagi gadis bermata abu itu melihat darah di belakang Nnoitra bedirilah seorang pemuda bermata sehijau daun melati dan rambut sehitam kayu eboni, kulitnya pucat bagai tak pernah tersentuh matahari, hakamanya berwarna hijau muda penuh bercak darah dan tangannya menyandang katana yang jaga berlumur darah. Wajahnya menatap datar gadis itu.

"Kuso! Anata wa kuso janai, Ulquiorra!" Pekik Nnoitra sebelum akhirnya tumbang bersimbah darah.

.

.

.

.

"Apakah semuanya sudah berkhir?" tanya gadis itu, "Apa kau juga mau membunuhku?" tanya Orihime menatap pemuda dihadapannya sambil tersenyum kecut dengan air mata yang tak berhenti mengalir. "Kalau iya. Aku mohon bunuh aku sekarang juga. Tak ada gunanya aku hidup lagi." Pemuda itu tersentak kaget. Entah kenapa ingatannya akan tempo hari kembali terulang. Kata-kata wanita Kuchiki itu,

'Simpanlah katana-mu anak muda. Berhentilah membunuh dan mulailah hidup baru. Karena aku yakin kau adalah orang yang memiliki hati.'

"Hei bocah kelelawar! gadis itu bagianku, jadi serahkan dia." Seru Nnoitra sambil mengacung-acungkan katananya langkahnya terseok-seok. Dia masih hidup? Ya Nnoitra kembali bangkit, tatami yang dilaluinya meninggalkan jejak merah akibat darah yang masih mengalir deras dari luka tusukan diperut akibat serangan tiba-tiba Ulquiorra.

"Cepat serahkan dia kalau kau masih mau hidup,bocah!" perintah Nnoitra lagi. Ulquiorra tetap tak bergeming. Bayangan wanita bermata violet kembali melintas dibenaknya.

'Karena aku yakin kau adalah orang yang memiliki hati.'

"Hati?"

"Bicara apa kau ini bodoh! Cepat berikan dia!"

"tidak akan."

Crassh… kembali Ulquiorra menebas pria dihadapannya itu membuat darah memercik dn mengotorinya. Pria berambut hitam panjang itu ambruk seketika dengan luka menembus jantung. Ulquiorra menoleh menatap Orihime yang ketakutan.

"Ka… kau mem.. membunuhnya?"

"Onna, pergilah dari hadapanku. Sebelum aku berubah pikiran." Ucap Ulquiorra datar. Entah hal apa yang merasuki pemuda itu hingga berkata demikian. Orihime yang mendapat peluang itu mengumpulkan sisa-sisa tenaga serta keberaniannya untuk segera berlari pergi. Melewati lorong lorang kastil, taman, dan akhirnya menembus hutan gelap tak jauh dari kastil. Kaki telanjangnya terasa sakit akibat menginjak tanah berbatu, kulit mulus bak porselen miliknya mulai terluka akibat tergores oleh duri dari semak semak, berkali-kali ia terpeleset lumut tapi ia tak berhenti. Terus berlari walau jangtungnya terasa amat sakit. Terus berlari walau nafasnya kian memburu. Yang penting sekarang adalah bangaimana ia bisa selamat. Itu saja hingga ia akhirnya menemukan sebuah cahaya.

.

.

.

.

'Tok tok tok'

"Iya sebentar." Sahut suara dari dalam tak berapa lama sebuah pintu kayu bergeser terbuka,

"Astaga! Onee-san!" Seru sipembuka pintu, begitu melihat gadis berambut senja dengan kimono yang sobek disana sini. "Ada seseorang pingsan didepan rumah kita!"

.

.

.

.

To Be ContinueD

A/n: yeah fic baru lagi ditengah fic fic yang belum rampung. kali ini saia mencoba peruntungan di pair UlqiHime dengan seting jaman edo dimana masih banyak samurai hidup dan berjuang. maaf jika fic ini kurang memuaskan m(_ _)m. tanpa banyak berpanjang kata Review please ^^