Ini Cuma sepenggal kisah cinta antara Yoon Jeonghan dan Choi Seungcheol di sekolah.
Choi Seungcheol itu sebenarnya tidak bodoh melainkan seorang siswa yang pintar. Tapi, karena ada Yoon Jeonghan, menyebabkan Choi Seungcheol harus berpura-pura menjadi siswa yang bodoh untuk mendapatkan perhatian Yoon Jeonghan. Seperti sekarang ini contohnya.
"Aku sengaja datang pagi-pagi ke sekolah supaya aku bisa melihat kamu." Ujar Seungcheol.
Yoon Jeonghan, seseorang yang barusan diajaknya berbicara hanya bengong tidak mengerti karena mendengar pernyataan Seungcheol yang agak tidak jelas dan sangat cheesy.
"Bercanda. Maksudnya, aku mau lihat tugas kamu, hehehe." Kata Seungcheol sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Yoon Jeonghan- salah satu siswi yang rajin di kelasnya, sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Seungcheol selalu memintanya untuk memperlihatkan tugasnya. Jika tidak, hancur sudah kebahagiaan dan hidup Yoon Jeonghan jika tidak membagi tugasnya karena Seungcheol punya banyak aib masa lalunya. Mulai dari foto masa kecil, foto ketika masih zaman puber, hingga tulisan cerpen Yoon Jeonghan yang bagi Seungcheol itu seperti surat cinta. Jadi, tidak ada acara lain, selain memberikan pr atau tugasnya pada Seungcheol.
"Kamu tuh ya, selalu aja liat punya aku, kan yang lain banyak? lagi pula yang aku kerjakan belum tentu bener kan?" omel Jeonghan. Yang diajak bicara malah melanjutkan acara menulisnya. Pura-pura tidak mendengar.
"Udahlah, aku liat punya kamu karena aku percaya sama kamu, Han. Lagian kamu itu rajin, jadi aku suka."
Entahlah. Tapi bagi Jeonghan, pernyataan yang barusan Seungcheol katakan tadi malah seperti penyataan cinta. Jeonghan yang mendengarnya jadi agak sedikit 'kepanasan'. Jadi, Jeonghan mengibaskan tangannya seperti kipas angin. Padahal sudah jelas, berkipas menggunakan itu tidak akan meredakan 'kepanasan' Jeonghan.
"Ngomong atau kumur-kumur? Kau ngomong apa barusan, Cheol? Aku tidak mengerti." Duh, jangan sampai ketahuan jika sekarang Jeonghan jadi sedikit agak gugup. Sedangkan Seungcheol senyum-senyum saja. Jeonghan jadi tambah imut saja di matanya.
"Tidak usah dipikirkan, Han. sudah ngomelnya Cheol-nya jadi salahkan nulisnya." Jeonghan bergidik ngeri mendengarnya. Apa-apaan dia dengan memanggil namanya sendiri seperti itu?
"Ya sudah, pokoknya bukunya jangan sampai basah, jangan jadi kresek apalagi sampai robek." Tegas Jeonghan sambil menggebrak meja. Biarkan saja Seungcheol yang tulisannya jadi tercoret. Ada perasaan sedikit bangga karena Seungcheol yang terkejut melihat tulisannya jadi meleset tercoret keluar dari garis buku. Setelah sedikit mengganggu Seungcheol, Jeonghan melenggang pergi begitu saja, tidak mempedulikan Seungcheol sambil terkikik geli. Pemandangan yang Indah bagi Seungcheol. Sumpah, Seungcheol jadi ingin sekali memeluk Jeonghan.
Biarkan saja tercoret. Sedikit coretan cinta mungkin tidak apa-apa. Batin Seungcheol.
Pelajaran pertama yang meneganggkan sudah lewat. Tugas sudah dikumpulkan. Merasa agak lega juga. Seungcheol merasakan tangannya sedikit kebas gara-gara tugas laporan kimia yang ditulisnya sebanyak dua halaman penuh. Jika tidak ada tugasnya Jeonghan, Seungcheol benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Lalu, ada sekelebat ide memutari kepalanya. Hitung-hitung sebagai tanda terimakasihnya ke Jeonghan. Sekalian modus sedikit, tidak apa kan? Seungcheol memang pintar, pikirnya bangga.
"Han," Panggil Seungcheol tengah menghampiri Jeonghan yang sedang duduk di bangku kantin.
Merasa dirinya dipanggil, Jeonghan menoleh. Sebuah tangan terulur kepadanya tengah menyerahkan sebuah kotak susu berwarna biru. Jeonghan mendongakkan kepalanya melihat siapa yang mengulurkan susu kotak kepadanya. Ternyata Seungcheol.
"Untukku?" Seungcheol menganggukkan kepalanya. Dan mendudukkan dirinya disamping Jeonghan.
"Terimakasih untuk yang tadi," Seungcheol menancapkan sedotan pada susu kotaknya. "Jika tidak melihat tugas punyamu, aku mungkin sudah diberi nilai C oleh guru Kim."
"No Problem," Jawab Jeonghan sambil menyesap susu kotaknya. "Kau boleh melihat pekerjaanku jika aku selalu mendapat susu kotak darimu, Cheol." Jawab Jeonghan dengan santainya.
Seungcheol bangkit dari bangku yang tadi di tempatinya, meninggalkan Yoon Jeonghan dan susu kotaknya yang sudah kosong. Sebelum pergi, tidak lupa untuk sebentar saja mengusak rambut Jeonghan yang lembut itu. Yoon Jeonghan terpaku dan kembali merasakan suhu tubuhnya yang tiba-tiba meninggi untuk waktu yang tidak tahu sampai kapan.
Siapa yang tidak tahu dengan guru Kim, guru yang mengajar dengan gaya nya yang santai. Terlalu santai hingga membuat murid-muridnya pusing karena pemberian tugas dan pr yang menumpuk. Tidak cukup dengan tugas individu, tugas kelompok pun diberikannya. Itulah yang membuat Yoon Jeonghan jadi pusing, di tambah lagi dia harus menerima kenyataan bahwa dia akan sekelompok dengan Choi Seungcheol. Jeonghan yakin jika dia sendiri yang akan menyelesaikan tugasnya.
Sebelum guru Kim pergi, tidak lupa dia mengatakan kalimat andalannya, "Selesaikan tugas individu dan presentasi kelompok minggu depan. Saya ada kepentingan mendadak sehingga harus meninggalkan kelas lebih dulu. Terima kasih anak-anak, saya pergi dulu."
Dan setelah kalimat itu selesai, bunyi kelas terdengar menjadi lebih riuh. Karena para murid senang guru Kim meninggalkan kelasnya lebih cepat.
Choi Seungcheol memindahkan kursinya ke sebelah pujaan hatinya- Yoon Jeonghan. Jika teman sekelompoknya memilih untuk pergi ke kantin daripada melanjutkan tugas yang diberikan guru Kim, kebalikan sekali dengan Seungcheol. Seungcheol rela tidak mengikuti temannya yang pergi ke kantin, asalkan dengan Yoon Jeonghan.
"Hai." Sapa Seungcheol.
"Kita sekelompok lagi," Lirih Jeonghan.
Seungcheol dan Jeonghan sering sekali digabungkan ke dalam satu kelompok. Entah jeonghan juga bingung. Seungkwan pernah berkata padanya, 'Jika seseorang bertemu dengan seseorang yang lain lebih dari tiga kali, itu berarti mereka ditakdirkan untuk bersama.' Jeonghan menggelengkan kepalanya, apa yang barusan dia pikirkan? Tch. Abaikan Yoon Jeonghan! Perintahnya pada dirinya sendiri. Seungcheol sudah dari tadi bertanya, "Jeonghan, kau kenapa?" pada Jeonghan. Tapi, Jeonghan tidak juga mengindahkannya dan dia malah menggelengkan kepalanya berkali-kali. Jeonghan kenapa sih?
Jeonghan menghentikan aksi menggelengkan kepalanya ketika Seungcheol menepuk bahunya.
"Kau memikirkan apa, sih? Memikirkan aku ya?" tanya Seungcheol hati-hati.
Jeonghan langsung membulatkan matanya. Tentu saja tidak!
"K-kau apa-apaan sih! S-siapa juga yang memikirkanmu!" Duh Jeonghan paling tidak bisa menyembunyikan air mukanya jika sedang gugup. Oh!
Seungcheol tertawa pelan dan diakhiri dengan ringisan kecil karena Jeonghan baru saja memukul lengannya. Pukulannya sakit sekali, seperti habis digigit semut api.
"Kok memukulku sih? Aku kan hanya bertanya!" jawab Seungcheol sambil mengelus-elus lengannya yang barusan dipukul Jeonghan. Jeonghan jika sedang malu ya memang seperti ini. Memukul orang tidak tahu tempat.
"Maaf, aku sengaja memukulmu." Ujar Jeonghan sambil merapikan buku-bukunya.
Seungcheol mendesis kesal. "Sudah, aku tahu jika kau memikirkanku Jeonghan," Jeonghan masih tidak mengindahkan Seungcheol dan sibuk memasukkan bukunya ke dalam tasnya. "Kau memikirkanku karena kau suka padaku kan?"
Setelah Seungcheol selesai dengan perkataannya, Jeonghan menatap mata Seungcheol tajam dan pergi meninggalkan Seungcheol tanpa berkata apapun.
"Apa aku baru saja ditolak?" gumam Seungcheol.
Dasar Seungcheol bodohhhh! Teriak Seungcheol dalam hati.
Note :
Helllo, saya rainybee. penulis baru. mohon review nya. karena masih baru, butuh sekali kritikan dan komen. bagi yang membca, semoga mnikmatinya.
