SAD FLUTE

This fic © Fuyuhime Ryuu

Super junior © GOD and themselves

Rated : T

Genre: Action, Friendship, Hurt/Comfort, Crime (?)

Warning! Gaje, abal, EYD gak karuan, OOC, Don't like, DON'T READ THEN...!

_o0o_

Happy Reading...

-o0o—

We are Assassins...

All that we love, We will destroy...

_o0o_

Cast:

Cho Kyuhyun

Kim kibum

And other cast...

_0_

Chapter 1: First meeting

#Bizen Osafune, Okayama, Japan.

Seorang bocah berambut hitam panjang sebahu nampak mengayunkan pedang pendeknya berkali-kali dibawah guyuran salju bulan desember yang dingin.

Seorang namja muda gagah dengan katana bersarung ditangannya nampak mengawasi bocah tersebut dengan tenang. Salju yang begitu dingin seakan tak kan pernah membuatnya membeku sedikitpun.

"Kau memiliki tubuh yang sempurna untuk menjadi seorang pembunuh. Tapi kau memiliki hati selembut budha, Kyuhyon-kun" Ucap namja tersebut saat melihat bocah tersebut jatuh terduduk, mungkin karena rasa lelah yang mendera tubuhnya dan rasa dingin yang tak terelakkan. Dengan pedang bersarungnya, namja tersebut segera mengangkat tubuh kurus si bocah dan memaksanya untuk berdiri kembali dan mengayunkan pedangnya lagi.

Bocah kecil itu hanya menurut dan kembali mengayunkan pedangnya dengan tangannya yang sudah mulai mengeluarkan darah, kram dan membiru kedinginan. Langkahnya tak lagi kokoh namun dengan bantuan sebuah kain yang mengikat tangan dan pedangnya dengan erat, dia terus menghunuskan pedangnya ke arah depan berharap dapat menebas apapun yang menghalanginya.

Malamnya sang bocah tak mampu tertidur dengan tenang. Seluruh tubuhnya demam dan rasa sakit menjalar tanpa mampu dia cegah. Keringat dingin terus saja mengalir dan air matanya tak dapat ia tahan.

_o0o_

"Ini adalah satu-satunya temanmu, kyuhyon-kun. Jaga dan sayangilah dia." Namja muda tersebut segera berlalu setelah memberikan seekor kucing persian ke hadapan bocah kecil tersebut.

Dengan senang hati diraihnya tubuh kucing berbulu lebat itu dan mengelus tubuhnya lembut. "Hai', master." Sebuah senyuman terus terukir dibibirnya yang kering.

_o0o_

"Hatimu akan menjadi musuh terbesarmu." Namja muda dengan pakaian hitam berkibar miliknya itu berucap dengan tenang.

Bocah laki-laki dengan pedang mengkilap ditangannya yang tengah diangkatnya tinggi-tinggi nampak meneteskan air matanya.

"Kau harus membunuh musuh terbesarmu itu." Seekor kucing berbulu cokelat cerah dengan bulu lebat, nampak memandang intens kearah bocah itu.

Dengan menutup matanya, bocah laki-laki itu menebas tubuh kucing cokelat itu. Darah kucing tersebut muncrat ke wajahnya yang seputih salju.

Dadanya naik turun menahan sedih, sakit, dan segala macam rasa yang sulit ditahannya. Diapun menangis tersedu setelahnya.

"We are Assassins. All that we love, we will destroy." Namja muda yang semula berada dibelakangnya itu segera melenggang pergi menuju rumah megah dibelakangnya, menyisakan bocah laki-laki yang menangisi hewan kesayangannya yang dibunuhnya sendiri itu.

_o0o_

#Jiri mountain, Jeollanam-do, Gokseong-eup, Daepyeong-ri, S. Korea.

Seorang bocah berambut hitam pendek dengan pakaian hitam yang dikenakannya nampak berjalan perlahan diatas lantai papan kayu berwarna gelap. Tidak ada sedikitpun suara yang dihasilkannya untuk beberapa saat. Sebelum, Kreekkk... Beberapa bocah lain yang turut berada ditempat tersebut seakan kehilangan nafasnya mendengar suara yang dianggap paling menyeramkan itu.

Plash... Sebuah suara keras -mengingat ruangan itu telah kehilangan suaranya sejak beberapa saat yang lalu- terdengar.

Bocah kecil itu meringis dan mengernyitkan dahinya menahan rasa sakit dikakinya yang kini mulai berdarah tersebut.

Seorang namja yang belum terhitung tua nampak duduk bersila disisi kanan bocah berambut hitam itu berjalan. Tangannya memegang besi pipih kecil dan panjang.

Bocah laki-laki itu meneruskan langkah kakinya dengan lebih hati-hati agar tak menimbulkan suara dan juga mengingat luka dikakinya terasa begitu perih saat melangkah.

_o0o_

Semalaman bocah laki-laki itu tak dapat tidur. Telapak kakinya yang terluka hampir diseluruh bagian itu membuatnya terus merintih tertahan.

"Sssttt... Ini akan membuat lukamu cepat mengering kibum ah." Seorang bocah laki-laki dengan wajah manis nampak mengoleskan sesuatu pada kakinya yang terluka.

"Gumawo... Wookie..." Balasnya terbata. Bocah itu segera menyelesaikan kegiatannya dan kembali ke tempat tidurnya yang keras dan dingin.

Merasa sedikit mendingan, Bocah tampan itu akhirnya mampu terlelap menuju alam mimpinya.

_o0o_

"Kibum... Ryeowook..." Seorang namja yang masih cukup muda itu memberi perintah pada keduanya untuk berdiri. Seperti bocah sebelumnya, mereka harus bertanding kemahiran mereka menggunakan senjata dengan mata yang tertutup.

Keduanya saling membungkuk memberi hormat. Mereka berdua saling berjalan melingkar berusaha menguasai arena, dan setelahnya memasang kuda-kuda dan bersiap-siap. Bocah manis bernama Ryeowook itu segera menyerang ditandai dengan teriakannya, memaksa bocah tampan bernama kibum memasang kuda-kudanya dengan kuat untuk bertahan dan juga telinganya yang terus dipertajam.

Pedang besi pendek yang berada ditangan mereka masing-masing saling membentur satu sama lain mengakibatkan suara mengiris yang sama sekali tak nyaman didengar.

Pertarungan itu terus berlanjut, saling melukai di beberapa bagian seakan menjadi hal yang lumrah. Hingga akhirnya salah satu dari mereka berhasil menjatuhkan yang lain.

"Buka mata kalian berdua." Perintah namja berpakaian hitam yang duduk bersila di salah satu sisi ruangan tersebut. Keduanyapun segera mematuhi perintah dari namja tersebut.

"Kau masih belum menang jika jantung lawanmu masih berdetak." Namja itu memandang tajam kearah bocah yang masih berdiri membeku ditempatnya. "Pemenang berhak menghukum yang kalah kibum." Kibum bukannya tak mengerti dengan kalimat itu, hanya saja tubuhnya tak mampu digerakkannya sama sekali.

Kibum, si bocah yang masih teguh berdiri itu memandang nanar kearah ryeowook, Bocah manis yang kerap menolongnya itu. Ini seperti seleksi kehidupan di alam liar. Melihat keraguan diwajah kibum, ryeowook segera meraih pedangnya yang terjatuh tak jauh dari posisinya saat ini dan berusaha untuk menyerang kibum.

Kibum yang masih dalam keadaan siaga penuh langsung saja menghujamkan pedangnya kearah ryeowook karena yakin ryeowook mampu menangkisnya. Namun hal yang tak pernah diperkirakannya terjadi, Ryeowook sama sekali tak berusaha menangkis pedang kibum dan justru sebaliknya seakan ryeowook menyambut dengan wajah bahagia pedang yang mengarah ke tubuhnya tersebut.

"Wookie..." Kibum terbelalak melihat kenyataan dihadapannya. Diraihnya tubuh ryeowook yang mulai melemas dan memuntahkan darah tersebut. "Pemenang berhak menghukum yang kalah kibummie." Dan setelahnya ryeowook tak bernafas lagi.

"Bawa dia pergi." Seorang namja berpakaian hitam lengkap dengan jubahnya yang berwarna serupa segera mengambil alih tubuh bocah kecil yang semula dipelukan kibum tersebut.

"Kau adalah pembunuh kibum. Kau akan menghancurkan apapun yang kau cintai." Namja berpakaian hitam itu mengatakannya seakan tanpa beban di hatinya.

"Ye master." Ucap kibum dengan wajah datarnya yang sudah serupa kertas itu. Meski buliran air bening mengalir dari matanya yang merah, dia tak terisak sama sekali.

_o0o_

#10 years later.

# Kyoto, Jepang

"Lakukan tugasmu dengan cepat dan bersih." Seorang namja yang memasuki umur 40 itu berkata dingin.

"Hai' master." Namja muda dengan rambut hitam kuncir kuda yang tengah duduk bersimpuh itu segera memohon diri dan melangkah menuju pintu keluar.

_o0o_

Iring-iringan kereta kuda berwarna merah dan emas itu nampak semarak melangkah di ramainya jalanan kyoto. Kemeriahan itu disambut dengan penuh suka cita terlihat dari wajah-wajah yang penuh senyuman tercetak jelas disana.

Sepasang mata menatap rombongan yang lewat itu dengan tatapan tajam. Festival memang selalu ramai, penuh keceriaan, dan banyak orang. Yukata hitam yang dikenakannya nampak sedikit berkibar tertiup angin. Disaat seperti ini, bukan hanya dirinya yang mengenakan yukata seperti itu. Seakan mereka kembali ke masa kejayaan shinsengumi.

Mata elang milik pemuda itu terus saja mengawasi kemanapun rombongan kereta kuda itu melangkah. Kakinyapun dipaksa untuk melangkah bersamaan dengan langkah yang mereka buat.

Saat keadaan menjadi cukup sepi, namja muda itu dengan tenang mendekati rombongan tersebut dan membuka katananya kemudian segera mengayunkannya kearah beberapa namja yang mengawal rombongan tersebut dan terakhir mengarahkannya ke leher sepasang suami istri, sedetik kemudian keduanya sudah tak bernyawa dengan darah yang terus mengalir melalui lehernya.

Seorang bayi kecil yang berada dipangkuan sang ibu menangis dengan keras. Darah tercecer disekitar wajahnya yang putih bersih. Namja muda berambut panjang itu segera mengarahkan pedangnya ketubuh sang bayi, tapi sedetik kemudian diurungkannya.

Dimasukkannya kembali katana itu kedalam sarungnya. Diraihnya tubuh bayi kecil yang terus menangis namun segera terdiam ketika namja tampan itu mengangkat tubuhnya pelan. Sebuah senyum lebar terukir diwajah sang bayi layaknya malaikat tanpa dosa.

"Karenamu, aku harus menjadi buronan sebentar lagi." Ucapnya singkat. Sebuah senyum terukir diwajahnya yang tampan sekaligus manis itu.

Diangkatnya tubuh sang bayi dengan satu tangannya yang bebas. Dia segera berjalan menjauh dari kereta tersebut dan kembali berbaur dengan banyak orang. Yukatanya sama sekali tak ternoda meski melakukan pembunuhan sebelumnya. Namun tak dapat dipungkiri, bau kematian begitu lekat ditubuhnya.

Dia tahu, bahwa dia tak pernah sendiri saat melakukan pekerjaannya. Selalu ada seseorang yang diam-diam memantau pekerjaannya dari jarak sekian meter jauhnya.

Sebuah tangan berhasil meraih bahunya. "Kyuhyon-kun. Kau harus menyelesaikan misinya." Ucap suara itu pelan dan dalam.

Namja muda tersebut segera melepaskan tangan dibahunya itu dan segera berlari kemudian bersembunyi di kedai takoyaki yang ada di area tersebut.

"Sumimasen, Bisakah aku minta tolong pada anda?." Dua orang perempuan dengan usia yang nampak terpaut cukup jauh itu tengah menikmati takoyaki sambil mengobrol santai.

"Hai', apa yang dapat kami bantu." Orang jepang memang terkenal dengan orang-orang yang ramah luar biasa. Membantu orang lain seakan menjadi suatu keharusan bagi mereka.

"Jagakan adik saya sebentar, saya harus ke kamar mandi." Ucap namja tampan itu dengan wajah memohon.

"Ah, hai'. Tentu saja. Silahkan." Salah satu wanita itu segera mengambil alih bayi yang semula berada di dekapan namja tampan itu.

"Arigatou gozaimasu." Ucapnya dan segera melangkahkan kakinya keluar dari kedai tersebut.

Namja tampan itu segera berlari kearah gang sempit namun cukup sepi dan berdiri tenang disana.

"Kyuhyon-kun. Kau harus menyelesaikan misi." Seorang namja tampan dengan sebilah pedang ditangannya nampak mengancam keselamatan namja yang terlihat lebih muda itu.

"Iie... Aku tak bisa melakukannya. Gomen ne aniki." Ucapnya sambil membungkuk memohon maaf.

"Kau tahu apa balasan untuk tak menyelesaikan misi?." Tanya namja yang lebih tua itu.

"Hai'. Wakarimashita. Tapi aku tetap tak bisa menyelesaikan misi ini aniki. Dia hanya bayi kecil yang tak tahu apa-apa." Ucapnya memelas.

"Hatimu melembut. Padahal ini sudah terlalu lama sejak saat itu bukan?. Dan bayi itu adalah anggota klan muramasa, jadi kau hanya membuat penyakit kyuhyon-kun" Namja yang lebih tua itu segera menyerang kearah namja muda yang dipanggil kyuhyon itu dengan gerakan yang sangat cepat.

Kyuhyon yang memang sudah tahu apa yang akan terjadi segera bersiaga, dan dalam satu sabetan, kedua tangan sang aniki terputus. "Master tak akan mengampunimu jika mengetahui ini kyuhyon-kun."

"Maka dari itu aku harus membunuhmu aniki. Setidaknya aku akan memiliki sedikit waktu untuk jalan-jalan diluar sana sebelum berita ini sampai ke telinga master." Balas kyuhyon dengan tenang dan segera menusukkan katananya tepat kedada namja yang lebih tua itu, hingga membuatnya tak bernyawa seketika.

"Gomenasai aniki." Dirinya segera membungkuk kearah tubuh tanpa nyawa tersebut dan bergegas menuju sebuah tempat dimana ia meletakkan tas punggungnya.

Dicarinya kamar mandi yang memungkinkan untuknya mengganti pakaiannya dengan pakaian lain yang telah ia persiapkan.

"Uh, Kuso..." Umpatnya. Yukata yang dikenakan sebelumnya kini telah berganti dengan pakaian biasa, celana panjang berbahan jins dipadukan dengan kaos v-neck lengan panjang berwarna babyblue.

Dengan pedang kodachi miliknya, Rambut panjangnya segera dipotong dengan kasar hingga dirasanya cukup pendek. Membuat sosoknya nampak berbeda dari sebelumnya.

Yukata miliknya segera dibuang ditempat sampah, sementara potongan rambut miliknya dimasukkannya kedalam tas ranselnya yang kini tak begitu menggembung itu.

Dia segera beranjak dari toilet, dan melangkahkan kakinya menuju satu tujuan, bandara.

_o0o_

#Nanjing, Jiangsu, China.

Namja tampan bersurai hitam itu nampak berjalan pelan melewati beberapa rumah dikawasan kumuh yang tak begitu diperhatikan oleh pemerintah. Sebuah bar yang anehnya cukup besar mengingat lokasinya yang cukup jauh dari kota seharusnya membuat bar tersebut menjadi sepi. Tapi yang terjadi adalah, bar tersebut ternyata cukup banyak pengunjung setiap harinya. Entah apa yang menarik dari bar dikawasan kumuh tersebut.

"Sepuluh juta dolar itu kau pikir harga yang kecil lau tse?. Itu besar, terlalu mahal untuk barang dengan type ini." Seorang namja bertubuh gempal terdengar berdebat dengan seseorang dihadapannya yang wajahnya memiliki codet hingga membuatnya terlihat seram.

"Tae won. Apa kau pikir mendapatkan barang ini mudah?. Kita harus berkejaran dengan polisi agar bisa mendapatkan barang ini br3=9$3k..." Namja bercodet itu nampak murka. "Aku ke toilet dulu. Urus sisanya yen ping" Lanjut namja itu kesal dan segera melangkah menjauh dari tempat tersebut setelah sebelumnya menggebrak meja dengan keras.

Namja tampan bersurai hitam lurus itu nampak mengikuti setiap langkah namja bercodet tersebut. Dia kemudian memilih untuk mencuci wajahnya di wastafel didepan kaca cermin lebar.

"Tuan lau...?" Namja bercodet itu segera menengokkan kepalanya kearah suara tersebut berasal. "Siapa kau...?" Tanyanya garang.

"Hanya pembunuh bayaran yang mengetahui sedikit tentang anda." Ucap namja tampan itu pelan. Tangannya segera meraih sesuatu dibalik jas hitamnya yang rapi. Dan tak butuh waktu lama, sebuah senjata pendek yang nampak tajam dikedua sisinya itu segera ditancapkannya dibagian leher namja bercodet itu. Namun hal itu rupanya masih belum cukup membuatnya roboh tak bernyawa.

Sedikit kaget dengan perkiraannya yang meleset, dia segera mengambil satu senjata pendeknya kembali namun kali ini berhasil ditangkis oleh tangan namja codet tersebut dan terlepas dari tangan namja tampan itu.

"Maafkan aku, tapi aku bukan type orang yang gampang mati tuan pembunuh." Namja bercodet itu segera mengepalkan tinjunya dan segera menerjang ke arah namja tampan tersebut tanpa ampun.

Untungnya namja tampan itu hanya terserempet kepalan sebelumnya, meskipun begitu cukup membuatnya terjengkang beberapa meter jauhnya dan menerjang kaca hingga retak disalah satu sudutnya. Mungkin saja beberapa tulang rusuknya patah, atau mungkin juga dia baik-baik saja.

"Ugh..." Namja tampan itu segera beranjak bangun dan kembali menyerang tuan lau, namja bercodet tersebut. Kali ini sasarannya adalah kepala yang paling dekat dengan leher tuan lau yang terluka. Kakinya yang cukup panjang segera diarahkannya ketempat sasaran tersebut dan cukup membuat tuan lau tersuruk jatuh. Darah segar kembali mengalir dari luka sebelumnya.

Namja tampan tersebut segera mengeluarkan senjata lain berbentuk bintang empat sudut, dan melemparkannya tepat mengenai dahi tuan lau. Pertarunganpun berakhir dengan tumbangnya tuan lau.

"Kerja bagus kibum." Seorang namja muda tengah duduk manis disalah satu bilik toilet yang sedari tadi tertutup rapat.

"Mana tas ku hyung...?" Tanya namja tampan yang ternyata adalah kibum itu cepat. Namja muda itu segera melemparkan tas hitam milik kibum segera setelah dimintanya.

"Gumawo..." Balas kibum dan segera memasuki salah satu bilik yang berada di sebelah namja muda tersebut. "Kau pergilah dulu hyung... Aku sudah melakukan tugasku dengan benar bukan?."

"Baiklah," Dan namja muda itu segera meninggalkan tempatnya mendekam sejak beberapa waktu yang lalu.

Kibum segera mengganti bajunya dengan cepat, mengenakan topi hitam dan juga kacamata hitam berharap bisa menyamarkan identitasnya.

Merasa sudah cukup, diapun segera keluar dari toilet dengan langkah santai seakan tak melakukan kejahatan apapun.

Satu tempat yang menjadi tujuannya saat ini, Bandara.

_o0o_

#Seoul, Korea selatan.

Seorang namja tampan dengan sebuah tas ransel berwarna hitam dipunggungnya nampak berjalan dengan sedikit terhuyung hingga beberapa kali menabrak orang lain dan memaksanya mengucapkan kata maaf yang bahkan tak pernah diucapkannya seumur hidup.

Seorang namja lain dengan potongan rambut pendek yang sedikit berantakan nampak berjalan dengan langkah terburu. Sebuah tas ransel ukuran sedang nampak tersamping di punggungnya, dan jangan lupakan bungkusan hitam panjang menghiasi tangan putihnya serta digenggamnya erat.

"Ah... Mianhamnida..." Namja tampan yang tak begitu terlihat raut wajahnya itu kembali menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya hingga membuat dirinya terjengkang ke belakang.

"Gwenchana. Ini salahku. Are you ok?." Tanyanya meyakinkan dirinya sendiri bahwa namja tersebut baik-baik saja sambil berjongkok berniat untuk membantu namja bertopi itu bangkit atau semacamnya.

"Nan..." Sebelum dirinya mampu menyelesaikan kalimatnya, tubuhnya limbung dan tidak sadarkan diri sejenak kemudian.

"Owe... Owe... What's wrong with you?." Dan anehnya tak ada seorangpun yang datang kearahnya untuk sekedar membantunya atau apapun itu. Well, ini memang sudah cukup malam dan tak banyak orang yang berkeliaran dibandara pada jam sekian, tapi namja yang kini berada dipelukan namja jabrik itu tengah tak sadarkan diri. Namja berambut berantakan itu sungguh kebingungan saat ini. Hingga ia memutuskan untuk menggendong namja bertopi itu dengan susah payah dipunggungnya.

Barang bawaannya cukup membuatnya kesusahan, meski begitu dirinya memilih tetap mencari klinik sambil menggendong namja tampan itu di area bandara. Harapannya tak sia-sia. Ada sebuah ruangan yang bertuliskan klinik. Sayang, klinik tersebut tak menyalakan lampunya menandakan tak seorangpun berada didalam ruangan gelap tersebut, namun sebenarnya siapa yang tahu sebelum membuka pintunya.

Namja tampan itu akhirnya memilih membawa namja yang berada dipunggungnya itu keluar dari area bandara. Mungkin mencari rumah sakit adalah ide terbaik, tapi akan sangat buruk kalau rumah sakit menanyai identitasnya. Apapun bisa terjadi dalam sebuah pelarian bukan?.

"Taxi..." Sebuah mobil berwarna kuning dengan tulisan taxi yang menyala diatas mobil tersebut segera berhenti. "Tolong bawa kami ke hotel terdekat." Baiklah, itu adalah kalimat dasar yang biasa dia gunakan dimanapun saat melakukan misinya.

Hotel adalah pilihan yang dapat dia buat. Namja yang kini berada disampingnya mulai demam, jika hanya demam, namja tampan itu yakin dapat mengatasinya. Bukankah dia sudah sangat sering mengalaminya?. Dan dia dapat mengatasinya dengan baik selama ini.

"Gamsahamnida..." Ucapnya pada sopir taxi setelah dirinya tiba disebuah hotel yang tak bisa dikatakan besar namun terlihat cukup nyaman itu.

Segera saja dia menggendong tubuh namja yang hampir sama darinya itu dan membawanya memasuki hotel. Tubuhnya benar-benar sangat lelah saat ini, tapi sebagai orang jepang, menolong sesama adalah wajib hukumnya.

"Adakah ruangan kosong...?" Tanyanya pada seorang yeoja muda yang menjaga meja resepsionis dengan nada yang ramah.

"Ah ye..." Ucap yeoja itu segera setelah melirik seseorang yang berada dipunggung namja dihadapannya itu. Tidak, yeoja itu sama sekali tak mengenal namja yang berada digendongan, hanya saja ia merasa kasihan dengan namja kurus yang menggendong namja lain dengan susah payah itu.

"Gamsahamnida." Kartu pass sudah ditangannya dan dia segera melangkahkan kakinya ke ruangan yang sesuai dengan nomor yang berada di kartu ditangannya itu.

_o0o_

Namja pucat itu memandang lekat ke wajah namja yang sama sekali belum dikenalnya itu. Rasa curiga selalu ada, bagaimanapun juga dia adalah orang asing.

Ia segera menempelkan kompres setidaknya untuk mengurangi panas tubuh rekan satu kamarnya itu.

"Rasanya pasti menyenangkan jika memiliki saudara. Ada orang lain yang memperhatikan dan aku perhatikan saat sakit. Ada orang yang akan mengompres seperti ini saat aku demam. Ah, andai saja orang ini mau menjadi keluargaku. Bukan ide buruk kan tinggal satu atap dengannya. Meski jika dia adalah orang yang jahat, aku cukup membunuhnya saja jika itu yang terjadi. iyakan?" Monolognya.

Tangannya yang putih bersih masih terus saja memeras dan menempelkan kain tipis ke dahi namja dihadapannya itu.

Namja pucat itu tentu saja bukan bocah polos yang tak mengerti ketamakan dunia, dia hanyalah namja kesepian yang ingin tahu rasanya memiliki keluarga.

"Ah... awake?." Ucap namja berkulit pucat itu saat menyadari namja dihadapannya membuka mata dan melengguh lirih . "Do you korean?."Tanyanya segera. Dia hanya mengira-ngira namja dihadapannya adalah orang korea.

"Yes, i'm." Balas namja tampan dihadapannya itu dengan singkat dan pelan. Kekuatannya belum sepenuhnya kembali.

"Ah, jadi tadi anda pingsan dan saya bawa anda ke hotel. Saya minta maaf tidak bisa membawa anda ke rumah sakit. Jeongmal mianhaeyo." Namja tampan itu berkali-kali membungkukkan badannya yang cukup tinggi itu.

"Gwenchana. Gamsahamnida telah menolong saya. Saya permisi dulu." Ucap namja tampan itu pelan saat dirasa tubuhnya cukup kuat untuk berdiri meski limbung kemudian.

"Saya bisa mengantarkan anda kalau anda tak keberatan." Namja pucat itu segera memegangi lengan namja disampingnya menjaganya agar tak roboh.

"Gamsahamnida, saya bisa sendiri." Masih dengan suara pelan dan tubuh yang cukup lemas.

"Anda bisa menginap disini malam ini. Saya mohon, kondisi anda benar-benar tidak baik. Saya janji besok saya akan mengantar anda pulang atau kemanapun tujuan anda. ye...?" Rengek namja pucat itu.

"Maaf merepotkan." Merasa tak mampu lagi untuk menolak kebaikan namja dihadapannya dan tubuhnyapun begitu lemas, namja tampan itu akhirnya menerima tawaran untuk menginap.

"Ah... Sama sekali tidak merepotkan. Cho kyuhyun imnida." Namja pucat itu segera mengenalkan diri seraya membantu namja tampan kembali ke tempat tidurnya.

"Kim kibum imnida." Merasa namja dihadapannya tidak berbahaya, kibum si namja tampan itu memberitahu nama aslinya. Toh, orang dihadapannya itu adalah orang yang baru saja menolongnya. "Anda bukan orang korea kan kyuhyun-sshi?. Tapi bahasa korea anda sangat bagus."

"Ah, nde, gamsahamnida. Saya dari jepang. Tapi saya pernah dengar ibu saya adalah orang korea, jadi saya penasaran bagaimana korea itu." Balas kyuhyun lancar. "Silahkan istirahat kibum sshi. Saya keluar sebentar, mencari minuman hangat." Kyuhyun segera bergegas keluar ruangan tersebut setelah mengambil dompetnya dari dalam tas.

Kibum segera mengedarkan pandangannya kesekitar kamar yang cukup besar itu. Tas hitamnya tergeletak disudut kamar tersebut bersama dengan tas lain dengan warna serupa dan satu tas hitam panjang yang nampaknya membungkus sesuatu yang sepanjang tas tersebut.

"Apa isinya?." Batin kibum pelan. Penasaran, namun segera diredamnya. Sungguh bukan tamu yang baik, ketika ditolong justru mengobrak abrik barang tuan rumah. Dia kembali merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk dengan selimut hangatnya itu.

"Tadaima..." Suara rendah kyuhyun nampak menginterupsi kegiatan menerawang langit-langit kamar yang dilakukan kibum.

"Mari kita makan kibum sshi. Kata pemilik kedai, ini makanan untuk mengembalikan stamina." Ucap kyuhyun sambil mengeluarkan beberapa menu makanan yang nampaknya menggiurkan itu.

"Sup rumput laut?." Ucap kibum tanpa sadar saat melihat kyuhyun menuangkan cairan bening dengan beberapa lembaran hijau yang mengapung disana.

"Ye, itu namanya. Ini sangat baik untuk memulihkan tenaga." Ucap kyuhyun sedikit berapi-api. "Kata ahjumma di kedai." Tambah kyuhyun dengan wajah memerah. Seharusnya dia tidak mengucapkan kalimat itu pada orang korea bukan?. Mereka pasti lebih tahu daripada dirinya yang hanya pendatang.

Kibum hanya tersenyum tipis melihat betapa polos namja jepang dihadapannya itu.

Saat sedang menikmati makanan, tiba-tiba lampu kamar padam, dan menyisakan sinaran cahaya yang tak seberapa dari gedung bertingkat tetangga. Mata keduanya segera nyalang melihat sekitarnya. Ini bukan pemadaman tentu saja. Hotel sebesar ini tak mungkin tak menggunakan generator bukan.

Keduanya yang sudah terlatih menghadapi medan serupa segera terdiam dan fokus pada apapun yang berada disekitar mereka. Terutama kyuhyun. Dia adalah seorang buronan klan saat ini, setidaknya dia tak ingin membawa teman barunya ini menghadapi masalahnya.

Beberapa saat kemudian nampak dimata keduanya sebuah kilatan yang cukup menyilaukan mata, dan keduanya segera menyadari apa yang mereka lihat. Mata mereka membola seketika saat benda berkilat itu mulai menggores kulit salah satu dari mereka.

"Argh..." Pekik salah satu namja tampan penghuni ruangan tersebut.

_TBC_

**TRIVIA**

· Pedang Kodachi. Senjata yang terlalu pendek disebut pedang tapi terlalu panjang untuk disebut pisau. Pedang melengkung berukuran kurang dari 60 cm. Kodachi sangatlah ringan dan bisa diayunkan dengan cepat dan mudah sehingga sangatlah cocok untuk menangkis serangan pedang lainnya. Kekurangannya adalah jarak serangnya sangatlah minim. Maka dari itu sering digabungkan dengan teknik lainnya sambil kodachi untuk bertahan.

· Pedang Katana. Pedang katana memiliki panjang sekitar 70-80 cm. Dengan taraf ketajaman luar biasa. Bagi samurai katana bukan hanya sebagai senjata primer tetapi juga sebagai simbol status seorang samurai.

· Bizen osafune. osafune, okayama-ken-bizen-shi. ditanah osafune, sudah lebih dari 800 tahun lalu dikenal sebagai kota pandai besi. tetapi di bizen osafune touken no sato (desa pisau bizen osafune) sampai sekarangpun masih ada. Fuyu jadikan tempat kyuhyun berlatih dan juga tempat markas klan kyuhyun, karena fuyu anggap gak jauh-jauh dari cerita kehidupan samurai jepang. :P

Mungkin tempat ini juga muncul di FF fuyu yang lain. J

o0o

Merasa familiar dengan scene diatas?. JFuyu pakek pedang lagi buat pertempuran mereka dan ini fanfic action lagi. Mohon diterima dengan ikhlas. :P

Readerdeul... Mind to Review?.