MARS

Meanie

Mingyu x Wonwoo

YAOI

remake dari drama taiwan berjudul 'MARS' dengan beberapa perubahan yang disesuaikan dengan kebutuhan cerita

Don't Like, Just Leave!

Happy Reading...

.

.

.

Siang itu, tampak seorang namja manis berwajah datar tengah serius melukis di bawah pohon rindang di taman dekat rumahnya. Tanpa menghiraukan keramaian sekitar, dimana banyak anak-anak yang sedang berlarian, namja itu dengan tenang tetap fokus pada sketsa yang dibuatnya. Tiba-tiba seorang namja tampan berkulit tan menghampirinya.

"Cheogiyo... Apakah disekitar sini ada rumah sakit yang bernama Se... Se... Aduh, aku lupa! Sere... Sebentar, sepertinya namanya Sere... Serety... Arghh... Kenapa bisa lupa! Se..."

Sementara namja tampan yang bertanya itu berusaha mengingat nama rumah sakit yang akan ditujunya, sang namja manis terlihat menuliskan sesuatu di buku sketsanya. Dia menggambarkan peta sederhana menuju lokasi rumah sakit yang dimaksud sang namja tampan, kemudian segera menyobek bukunya dan memberikannya kepada namja tampan yang masih berusaha mengingat nama rumah sakit yang akan ditujunya itu. Dengan wajah bingung, namja tampan itu mengambil kertas yang diberikan kepadanya.

"Ahh... benar, ini dia! Serenity Hospital! Kamsa-"

Sebelum sang namja tampan sempat berterima kasih, namja manis itu sudah berlalu dan pergi dengan tergesa sambil membawa tas berisi peralatan melukisnya dari taman itu, membuat namja tampan tersebut mengernyit bingung.

Namja manis tersebut setengah berlari pulang ke rumahnya yang berada tidak jauh dari taman tadi. Sesampainya di rumah, dia segera menutup pintunya rapat-rapat. Setelah yakin pintu rumahnya terkunci rapat, dia pun beranjak hendak menuju kamar tidurnya, namun tiba-tiba pintu yang sudah dikuncinya tembali dibuka dari luar. Namja manis itu pun membelalakkan matanya waspada, saat sebuah tangan terlihat membuka pintu itu, dia nyaris berteriak, namun sebelum dia sempat berteriak, masuklah sosok sang eomma yang teryata baru saja pulang bekerja.

Melihat sang putra terdiam dengan ekspresi waspada, sang eomma pun menghampirinya.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya sang eomma.

"Tadi di taman, aku bertemu seseorang." jawab sang namja manis dengan wajah menunduk.

"Siapa?" tanya eommanya penasaran.

"Seorang namja yang dikenal memiliki predikat jelek di kampus."

"Apa yang dia lakukan kepadamu?" tanya sang eomma dengan khawatir.

"Dia... dia bertanya jalan padaku."

Mendengar jawaban putra manisnya, sang eomma mendesah lega.

"Dia hanya bertanya jalan. Mengapa kau keliahatan begitu tegang?"

"Karena aku tidak menyukainya." jawab sang namja manis sambil melanjutkan langkahnya memasuki kamar.

At Serenity Hospital.

"Untung saat di Italia aku sempat membelikan ini semua untukmu. Kalau tidak..." ujar seorang namja yang masih terlihat tampan di usianya yang tidak lagi bisa dikatakan muda sambil mengeluarkan beberapa botol wine dan sebongkah besar keju di atas kasur rumah sakit.

Namja tampan yang diajak bicara hanya diam memperhatikan semua kegiatan yang dilakukan namja didepannya.

"Woah... ini bau sekali. Tapi orang bilang semakin bau semakin enak. Coba cium ini..." ucap namja tadi sambil menyodorkan keju yang tadi dikeluarkanya.

Mau tidak mau namja tampan berkulit tan itu pun memajukan wajahnya untuk membaui keju tersebut, kemudian dia tersenyum kecil, dan mengangguk.

"Ah, sepertinya aku juga masih punya sebotol anggur di dalam koper. Tunggu sebentar..."

Namja itu pun menjalankan kursi roda yang sedari tadi didudukinya ke sudut ruangan dimana kopernya berada. Ketika kursi roda itu bergerak perlahan menuju sudut ruangan, terlihat jelas sebelah kaki nya yang diamputasi. Namja tampan itupun melihat sedih ke arah namja yang berada di atas kursi rodanya.

"Bagaimana rasanya?" tanya sang namja tampan yang akhirnya membuaka suara karena sejak kedatangannya tadi dia hanya berdiam diri.

Namja itupun menghentikan pergerakan kursi rodanya dan menoleh.

"Saat aku sedang berbelok... rasanya seperti meluncur. Akupun tidak begitu ingat." jawab namja itu lalu kemudian mulai membuka kopernya untuk mencari anggur yang tadi dimaksudnya.

"Maksudku kakimu... sudah tidak ada..." ujar namja tampan itu dengan pelan.

Namja itupun menghentikan kegiatan 'mari mencari botol anggur'nya dan menoleh.

"Apa boleh buat... Mereka bilang, jika tidak diamputasi, aku bisa mati." ucapnya sambil tersenyum.

"Hei, kenapa memasang wajah seperti itu? Tenang saja, mereka bilang akan segera menggantikannya dengan yang baru untukku." ujarnya sambil mengambil dua buah botol anggur dari dalam kopernya.

"Ini, ambil satu untukmu! Dan untuk yang satu ini, mari kita habiskan diam-diam..." ujar namja di kursi roda itu kepada namja tampan yang datang menjenguknya itu.

"Oh, baiklah..." ucap sang namja tampan dengan senyum yang dipaksakan.

Tiba-tiba masuklah seorang namja cantik berambut panjang sambil membawa beberapa barang di tangannya.

"Mingyu-ya, sejak kapan kau datang?" tanyanya kepada sang namja tampan.

"Baru saja, Hannie hyung." jawab sang namja tampan berkulit tan yang bernama Mingyu itu.

"Tsk, memangnya kau sudah boleh minum?" tanya namja cantik yang bernama Jeonghan atau biasa dipanggil Hannie itu kepada namja yang berada di kursi roda.

"Tentu saja. Lagi pula ini bukan alkohol. Ini bensin dari Italia." gurau namja di kursi roda itu.

"Hahhh... terserah kau saja!" ucap Jeonghan kepada suaminya, Seungcheol, sang namja yang berada di kursi roda.

Mingyu pun hanya tersenyum melihat perdebatan kecil tersebut. Sementara Seungcheol membuka botol anggurnya dengan semangat, Jeonghan merapikan barang bawaannya di lemari kecil di ruangan itu.

"Asal kau tahu Mingyu-ya, ketika kau sudah datang, dia baru bisa tersenyum." ucap Jeonghan menyindir suaminya.

"Pagi-pagi sekali dia memaksaku menghubungimu untuk memberitahukanmu jalan ke rumah sakit ini. Sedangkan kau tidak punya ponsel, aku bingung bagaimana cara menghubungimu, dan dia marah-marah kepadaku." adu Jeonghan pada Mingyu, dan Mingyu pun terkekeh mendengar hal tersebut.

"Yak! Aku tidak begitu!" ucap Seungcheol yang tidak ditanggapi oleh Jeonghan.

"Rumah sakit ini berada di tempat yang susah ditemukan." ucap Jeonghan lagi.

"Ne. Kenapa sih kalian memilih rumah sakit yang sulit dicari? Untung saja ada yang menggambarkan peta untukku." ucap Mingyu sambil membuka lipatan kertas dari saku jaketnya.

"Peta? Mana? Coba aku lihat!" tanya Jeonghan dengan penasaran sambil menghampiri Mingyu.

"Wah, dibelakangnya ada gambar sketsa. Halus sekali" ucap Jeonghan mengagumi gambar yang berada di balik peta yang ditunjukkan Mingyu.

"Yak! Kenapa kau melipat gambar orang seperti ini? Tidak sopan sekali." omel Jeonghan pada Mingyu.

Tanpa menghiraukan omelan Jeonghan, Mingyu pun memperhatikan gambar yang berada di balik peta itu dengan seksama. Itu adalah gambar seorang wanita dengan seorang bayi di dalam gendongannya. Gambar tersebut membuat hati Mingyu menghangat dan dia pun tersenyum sambil terus memandangi gambar itu.

Waktu kunjungan sudah habis, dan Mingyu mendorong kursi roda Seungcheol ke luar rumah sakit. Dirinya akan berpamitan pulang, namun Seungcheol memaksa ingin mengantarnya sampai ke depan, dia ingin berbicara berdua dengan Mingyu, dan Jeonghan pun membiarkannya.

"Sudah hyung, antar sampai sini saja." ucap Mingyu.

Seungcheol pun tersenyum dan memberikan anggur, wine dan keju di pangkuannya kepada Mingyu.

"Kalau kau ada waktu, datanglah lagi dan temani aku minum." ucap Seungcheol.

"Kalau ada waktu, lebih baik kau banyak beristirahat hyung." balas Mingyu.

Seungcheol pun hanya tersenyum dan mengangguk.

"Aku akan datang menjengukmu lagi. Aku pergi dulu." pamit Mingyu sambil menepuk bahu Seungcheol.

Seungcheol hanya tersenyum tanpa berkata apapun. Namun ketika Mingyu sudah melangkah pergi, Seungcheol memanggilnya kembali.

"Mingyu-ya!"

Mingyu pun menoleh, dan menatap Seungcheol dengan bingung. Sementara Seungcheol merogoh saku nya berusaha mengambil sesuatu.

"Aku lupa memberikanmu sesuatu." ucap Seungcheol sambil melempar benda yang didapatnya dari dalam sakunya.

Dengan cekatan Mingyu pun menangkap benda yang dilempar Seungcheol.

"Kuserahkan 'dia' kepadamu. Kau tahu 'dia' di parkir dimana." ucap Seungcheol saat Mingyu tengah memandang kunci yang tadi di lempar Seungcheol kepadanya dengan tatapan bingung.

"Kau memberikan motormu untukku?" tanya Mingyu dengan wajah tidak percaya, karena selama ini dia tahu jika Seungcheol sangat menjaga dan merawat motor balapnya tersebut secara khusus.

"Hm. Lagipula aku tidak bisa menggunakannya lagi." jawab Seungcheol singkat.

"Apakah kau benar-benar tidak bisa kembali menaiki motor lagi, hyung?" tanya Mingyu setelah terdiam sesaat.

Seungcheol pun mengalihkan pandangannya ke arah lain sebelum menjawab, "Setidaknya aku masih hidup."

"Kau harus merawatnya dengan baik." pesan Seungcheol.

"Tentu."

"Hm. Pergilah." ujar Seungcheol sambil melambaikan tangannya.

Mingyu pun berbalik pergi sambil balas melambaikan tangannya.

Keesokan harinya, awal semester, hari pertama perkuliahan kembali dimulai.

Seokmin tampak berlari kecil menuju kampusnya dengan membawa sekantung makanan untuk sarapannya. Namun ketika melihat sesosok namja manis yang sedang berjalan sambil menundukkan kepalanya, Seokmin pun menghentikan larinya dan memilih untuk memperhatikan gerak gerik namja manis tersebut. Dia memperhatikan jika namja manis tersbut tampak mengasingkan dirinya sendiri dari lingkungannya. Dia selalu berusaha menghindari orang-orang yang berjalan terlalu dekat dengannya. Sebetulnya Seokmin telah menaruh hati kepada namja manis yang dikenalnya sejak sekolah menengah itu, namun mengingat sifat namja manis itu yang pendiam dan penyendiri, membuatnya urung menyatakan perasaannya tersebut.

Tiba-tiba terdengar suara motor balap dari kejauhan. Seokmin pun menolehkan kepalanya untuk melihat siapakah segarangan yang membuat keributan pagi itu.

"Bukankah itu Mingyu?" monolog Seokmin.

Ketika akan melewati Seokmin, Mingyu sengaja memperlambat laju motornya dan merampas bungkusan makanan yang berisi sarapan milik Seokmin.

"Yak! Kim Mingyu! Itu sarapanku!" teriak Seokmin sambil berusaha mengejar Mingyu, namun sia-sia karena Mingyu kembali memacu motornya dengan kencang.

Ketika Mingyu tengah memarkirkan motornya, seseorang berlari tergesa menemuinya.

"Ah, Jungsoo seongsaengnim, rajin sekali anda berlari pagi..." sapa Mingyu kepada Park Jungsoo, seongsaengnimnya di kelas, yang berlari menghampirinya itu.

"Hahh..hahh..hahh... Yak! Kim Mingyu! Kau tahu berapa kecepatanmu barusan?" tanya Jungsoo dengan napas terengah.

"Mianhe, aku tidak memperhatikannya." jawab Mingyu dengan cuek.

"Aku memperhatikannya. Dan aku yakin jika tadi itu kecepatanmu 120."omel Jungsoo.

"120? Benarkah? Kenapa aku merasa hanya sekirat 40 saja?" ujar Mingyu santai.

"Yak! Aku peringatkan kau! Jangan sampai kau mengulanginya lagi!" omel Jungsoo lagi.

"Seongsaengnim, apakah anda akan memasang alat pendeteksi kecepatan di kampus hanya karena aku? Ah... aku jadi merasa tidak enak. Baiklah, sampai nanti di kelas seongsaengnim." ucap Mingyu dengan tidak sopannya sambil berlalu.

"Yak!" teriak Jungsoo, yang tentu saja diacuhkan oleh Mingyu yang terus berjalan menjauh.

Mingyu berjalan santai di koridor kampus dengan kantung makanan Seokmin di tangannya. Karena hari itu hari pertama perkuliahan, maka Mingyu pun ikut berkerumun dengan mahasiswa lainnya di depan papan pengumuman untuk mencari tahu kelasnya. Ketika Mingyu sedang berusaha mencari namanya, Seokmin datang dan merangkul Mingyu, menarik sahabatnya itu menjauh dari kerumunan.

"Tidak usah dilihat lagi, kau sekelas denganku." ucap Seokmin.

"Wah, kenapa aku begitu beruntung?" ucap Mingyu sambil tersenyum lebar, karena sahabatnya, Seokmin, adalah salah satu mahasiswa terpandai di kampus itu, berbanding terbalik dengannya.

"Ne, dan aku yang kena sial." balas Seokmin yang dibalas dengan kekehan Mingyu.

Mereka pun berjalan bersisian menuju kelas mereka. Ketika melihat bungkusannya berada di tangan Mingyu, Seokmin pun merampasnya dengan kasar, "Kembalikan! Ini milikku!"

Mingyu hanya diam dan tetap berjalan tenang di sebelah Seokmin yang dengan segera membuka bungkusan itu.

"Mwoya? Kenapa habis?" tanya Seokmin.

"Karena sudah kuhabiskan." ucap Mingyu sambil terkekeh.

"Kalau sudah habis, kenapa masih kau pegang?" omel Seokmin.

"Kalau tidak aku pegang, kau tidak akan tertipu, hahaha..." ucap Mingyu sambil terbahak keras.

"Tck, kekanak-kanakan sekali." kata Seokmin sambil mengembalikan bungkusan itu kepada Mingyu.

"Aku tidak mau! Buang saja sendiri!" ucap Mingyu sambil berjalan mendahului Seokmin.

"Haishh..." Seokmin pun membuang bungkusan itu ke tempat sampah terdekat, kemudian berlari kecil untuk menyusul langkah Mingyu.

Mereka pun terus berbincang dengan seru, dan ketika mereka akan menaiki tangga, tiba-tiba Mingyu menghentikan langkahnya melihat pemandangan didepannya. Di sana, di undakan tangga tertinggi seorang tengah menungging membetulkan tali sepatunya.

"Wow, bokong yang indah. Sepertinya aku pernah melihatnya sebelumnya." ujar Mingyu.

Seokmin pun tidak berkomentar apapun, karena dia tahu jika sang sahabat adalah playboy yang dengan bermodal wajah tampan, tubuh tinggi, dan kulit tan nya yang membuatnya terlihat sexy, bisa mengajak namja maupun yeoja manapun ke ranjangnya dengan mudah.

Tiba-tiba namja yang sedang menungging itu menoleh ke belakang, dan ketika melihat Mingyu, namja itupun langsung menyapa Mingyu dengan wajah berseri-seri.

"Annyeong, Mingyu-ya!" serunya.

"Boo Seungkwan." ucap Mingyu dengan pelan, dan segera kembali melangkahkan kakinya menaiki undakan tangga, melewati namja manis berpipi chubby bernama Boo Seungkwan, sang diva kampus, dengan diikuti Seokmin disebelahnya.

Tidak peka dengan sikap Mingyu yang menghindarinya, Seungkwan pun mensejajarkan langkahnya dengan Mingyu dan langsung menggandeng tangan Mingyu dengan manja.

"Kebetulan sekali kan? Kita berada di kelas yang sama. Kurasa ada benang merah yang mengikat kita berdua." celoteh Seungkwan.

Mingyu tidak menghiraukannya sama sekali, dia malah mempercepat langkahnya.

"Yak, Kim Mingyu, kenapa kau diam saja? Apa yang kau lakukan selama liburan?" tanpa menyerah Seungkwan terus berusaha mengajak Mingyu berbincang.

Ketika memasuki kelas, Mingyu langsung menarik Seokmin ke belakang dimana hanya tersisa dua kursi yang kosong. Seungkwan pun hanya bisa memajukan bibir sexynya karena tidak berhasil menarik perhatian Mingyu, sedangkan Seokmin hanya bisa pasrah mengikuti Mingyu. Setelah duduk di tempatnya, Mingyu pun melihat sekeliling ruang kelasnya, kemudian dia menoleh kepada Seokmin.

"Ya, Seokmin-ah, ternyata stok namja dan yeoja sexy di kampus kita sudah bertambah." ucap Mingyu yang ternyata terdengar oleh namja manis di sebelahnya.

"Tsk, kau sudah melakukan pemeriksaan tubuh di hari pertama masuk kuliah? Benar-benar mata keranjang." ucap Seokmin.

Mingyu pun hanya terkekeh mendengar ucapan Seokmin.

"Mingyu-ya, dengar, aku akan memberimu saran. Jangan sia-siakan bakatmu itu. Pindah saja ke jurusan kedokteran." kata Seokmin sambil bergurau.

"Ah, benar juga!" ucap Mingyu dengan wajah serius.

"Haisshh... jinjja!" ucap Seokmin sambil menggelengkan kepalanya.

Mendengar percakapan kedua sahabat itu, namja manis yang duduk di sebelah Mingyu pun bergegas memasukkan semua bukunya ke dalam tas. Dirinya memilih untuk membolos dari pada harus duduk bersebelahan dengan berandalan yang dihindarinya di taman kemarin. Namun ketika dia akan bangkit dari kursinya, masuklah Jungsoo seongsaengnim.

"Pelajaran dimulai!"

Mau tidak mau namja manis itupun mengurungkan niatnya dan kembali duduk manis ditempatnya. Jungsoo, sang seongsaengnim melihat ke sekeliling ruang kelas, dan dia pun melihat sosok Mingyu tengah tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya kearahnya, membuat Jungsoo menghela napas dan memilih untuk segera memulai pelajaran, memilih menghiraukan keberadaan Mingyu di kelas itu.

"Baiklah, ini hari pertama perkuliahan. Aku akan mulai mengabsen." ucap Jungsoo.

Jungsoo pun mulai memanggil satu persatu nama mahasiswa di kelas itu. Mingyu melihat sekeliling kelasnya, dan tidak sengaja menoleh kesebelahnya. Dia mendapati jika disebelahnya itu adalah namja manis yang pernah memberitahunya jalan menuju rumah sakit. Mingyu pun mencoba mengajaknya berbincang.

"Psst... Apa kau ingat aku? Waktu itu aku pernah menanyakan jalan kepadamu. Wah, tenyata kita satu kampus." ucap Mingyu kepada namja disebelahnya yang terihat menghindarinya.

"Jeon Wonwoo." panggil Jungsoo.

"Hadir." sahut namja manis disebelah Mingyu tersebut.

"Jeon Wonwoo? Jadi itu namamu?" tanya Mingyu retoris.

"Ya, itu namanya." sahut Seokmin.

"Ah, jadi kalian kenal? Hei, Wonwoo-ya, kau tidak mengenalku? Aku pernah menanyakan jalan padamu dan kau menggambarkan peta untukku. Kau masih ingat aku? Atau kau sudah lupa?" Mingyu terus berusaha menarik perhatian namja manis disebelahnya yang tetap diam membisu.

"Kim Mingyu" panggil Jungsoo.

Mingyu yang sedang sibuk berusaha mengajak Wonwoo berbincang pun tidak mendengar Jungsoo yang tengah memanggil namanya. Dia terus berbicara kepada Wonwoo, meskipun tidak mendapatkan jawaban apapun selain wajah datar Wonwoo.

"Hei, kenapa kau diam saja?"

"Kim Mingyu."

"Hei Wonwoo-ya... ting tong, ting tong, ting tong..." ucap Mingyu sambil menekan tangan Wonwoo seakan tengah menekan bel.

"KIM MINGYU!"

Semua mahasiswa di kelas itu menoleh ke arah Mingyu, sementara Mingyu masih tidak mendengar panggilan Jungsoo. Jungsoo yang merasa kesal pun mengambil ancang-ancang untuk melempar penghapus papan tulis ke arah Mingyu.

"KIM MINGYU!" teriak Jungsoo sambil melayangkan penghapus ke arah Mingyu.

Teriakan keras Jungsoo akhirnya mengalihkan perhatian Mingyu dari Wonwoo. Melihat sebuah penghapus yang terbang ke arahnya, Mingyu pun segera menghindar, namun malang bagi Seokmin karena penghapus tersebut mengenai wajahnya dengan telak.

Di sudut ruangan, Seungkwan melihat semua kejadian itu dengan jelas. Dimana seorang Kim Mingyu yang biasanya cuek malah berusaha keras menarik perhatian seseorang, dan dirinya tidak bisa terima akan hal itu. Mingyu hanya boleh menjadi miliknya.

Setelah kelas berakhir, Mingyu menemani Seokmin membasuh wajahnya di kamar mandi.

"Kurasa Jungsoo seongsaengnim tadi berusaha mencegahmu tertidur." ucap Mingyu sambil terkekeh.

"Yak, dia berusaha mencegahmu bersikap genit dikelasnya. Kuberitahu, jangan bersikap genit dikelasnya, kau bisa tidak lulus." ucap Seokmin sambil membasuh wajahnya berulang kali.

"Mata kuliahku sudah banyak yang gagal. Apa bedanya jika kali inipun begitu? Lagipula aku kan hanya ingin mengajaknya berteman." ucap Mingyu.

"Lebih baik kau lupakan Jeon Wonwoo." ucap Seokmin.

"Wae? Bagaimana kau bisa kenal dengannya?" tanya Mingyu.

"Aku sekelas dengannya waktu sekolah menengah, maka dari itu, aku tahu tantang dia. Dia namja yang aneh. Seharian hanya menggambar saja, tidak pernah berbicara kepada orang lain. Dan dia sangat membenci skinship dalam bentuk apapun. Jika ada orang asing yang menyentuhnya, dia seperti terkena sesuatu yang menjijikan." jelas Seokmin.

Seokmin sengaja berkata seolah dia membenci Wonwoo agar Mingyu ikut membenci Wonwoo juga. Dia tidak ingin Mingyu mendekati Wonwoo, namja manis yang selama ini disukainya sejak sekolah menengah.

"Apakah dia punya penyakit?" tanya Mingyu penasaran.

"Ya, kudengar dari kabar yang beredar, dia memiliki trauma yang membuatnya takut dengan sentuhan orang lain, terutama dengan orang sepertimu, alat kelamin berjalan! Jadi lebih baik jangan mendekatinya!" ucap Seokmin dengan tegas.

Mingyu pun hanya mengangkat bahunya mendengar larangan tegas dari Seokmin.

Kelas selanjutnya adalah kelas bahasa Inggris. Seperti biasa, Mingyu dan Seokmin duduk bersebelahan. Mingyu duduk tepat di depan mereka, seorang diri. Kali ini kelas bahasa Inggris di ampu oleh Hong Jisoo seongsaengnim. Pelajaran berlangsung dengan tenang, sementara Mingyu sibuk mengamati Wonwoo dari kursinya.

"Jeon Wonwoo, silahkan bacakan paragraf pertama." ucap Jisoo seongsaengnim.

Mingyu memusatkan perhatiannya. Dia ingin mendengar suara seorang Jeon Wonwoo. Namun Wonwoo membacanya dengan suara yang sangat lirih, nyaris berbisik.

"Tolong bacakan dengan suara yang lebih keras, Wonwoo-ssi!" ucap sang seongsaengnim.

Namun Wonwoo tetap membaca dengan berbisik.

"Seongsaengnim, sepertinya dia memang tidak bisa berbicara!" sindir Seungkwan, yang langsung mendapat sorakan riuh dari yang lain.

Jisoo pun menghampiri Wonwoo dan menyentuh pundak Wonwoo agak lama.

"Sudah, tidak apa Wonwoo-ssi, baiklah Seungkwan-ssi, silahkan baca!" ucap Jisoo sambil menepuk pundak Wonwoo beberapa kali sebelum kembali ke tempatnya.

Mingyu memperhatikan tubuh Wonwoo yang mendadak kaku ketika sang seongsaengnim menyentuh pundaknya. Karena merasa penasaran dengan Wonwoo, Mingyu pun merobek paksa buku Seokmin untuk meminta selembar kertas dan merampas pulpen yang dipegang Seokmin. Mingyu pun menuliskan sesuatu di kertas itu dan meremasnya menjadi sebuah bola kecil, kemudian melemparkannya ke arah Wonwoo dan jatuh tepat didekat kaki Wonwoo.

"Psstt... Wonwoo-ya, ada surat..." bisik Mingyu.

Wonwoo pun menulikan telinganya, berusaha tidak memperdulikan Mingyu.

Belajar dari pengalaman di kelas sebelumnya, dimana Wonwoo tidak memperdulikannya sama sekali, Mingyu pun memungut kertas tersebut dan menaruhnya di atas buku di hadapan Wonwoo. Mau tidak mau, Wonwoo pun membuka kertas tersebut.

"Peta yang kau gambar, gambar ibu dan anak di belakangnya ada padaku."

"Ah!" pekik Wonwoo dengan keras, membuat semua nya menoleh, termasuk sang seongsaengnim yang tengah menjelaskan di depan.

"Ada apa Wonwoo-ssi?"

Mingyu pun terseyum senang dengan reaksi Wonwoo. Sementara Seokmin, hanya bisa terdiam disampingnya.

.

.

.

sebelumnya udah bikin ff ini versi Kihyun (Kibum x Kyuhyun), tapi kena WB

trus nyoba2 bikin versi Meanie, kali ajah feel nya dapet lagi buat lanjutin ampe kelar, hehe

otte?

TBC / FIN?

you decide it, readers-nim...