Chapter 1 : Perjodohan?


Love Accidentally?


Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : [Sasuke U x Sakura H]


.

.

Enjoy This Story

.

.

Sakura Apartement, Konoha City, 07.00 A.M

Suara dengung mesin pengocok bergema di permukaan meja pantry. Diatas meja yang sama tercecer tepung dan cangkang telur. Dua mangkuk berisi bubuk coklat dan mentega cair. Loyang persegi panjang. Susu cair. Irisan strawberry diatas talenan. Lalu, ada pula stoples – stoples bening berisi gula, pengembang kue, cookies warna warni dan aneka macam permen.

Oven di belakang Sakura telah memanas. Adonan soufflé coklat yang telah di tuangkan ke dalam Loyang dimasukkan ke dalam oven. Dari arah ruang keluarga, samar – samar terdengar Justin Bieber mendendangkan "Love Yourself".

Sakura mengambil soufflé coklat dari dalam oven, memotongnya, dan menghiasnya dengan strawberry dan gula bubuk diatas piring. Lalu kue tersebut dibawa ke arah ruang makan. Menikmati sarapan soufflé dengan teh hangat sepertinya bukan ide yang buruk, pikirnya. Di sela – sela ia menikmati sarapannya sambil membaca koran pagi, telponnya berdering. Ia mengernyit, untuk apa Kaasan-nya menelpon sepagi ini?. Belum sempat ia bertanya ada apa, ibunya telah membanjirinya dengan perintah -

"Sakura-chan. Kau harus pulang ke rumah hari ini. Ibu tunggu, jangan telat dan JANGAN MENCOBA MENCARI ALASAN!" – lalu menutup telponnya. Bahkan sebelum ia sempat menjawabnya. ASTAGA. Yang benar saja!. Demi kolor beruangnya Sasori, kesambet apa ibunya pagi ini?.

Lalu, Sakura buru – buru menghabiskan sarapannya. Benar – benar pagi yang buruk.

.

.

Sekitar pukul sembilan lebih beberapa menit, Sakura keluar dari apartemennya. Ia telah mengganti pakaian dengan kaus putih polos, dibalut dengan jaket kulit hitam dan celana denim hitam. Sementara rambutnya tetap digerai karena ia memiliki potongan pendek.

Ia mengendarai mobil merahnya meninggalkan apartemen di Konoha City yang telah ditempatinya selama empat tahun terakhir. Kendaraan itu melaju menuju Suna. Bayangkan SUNA. Ia harus berkendara dari konoha ke suna yang bisa menempuh waktu hingga 4 jam lamanya. Dan ia disuruh jangan telat!. Kami-sama, Kapan ibuku normal?. Tangisnya dalam hati.

.

.

Sakura tiba di depan bangunan bergaya Eropa Klasik yang di dominasi warna putih dan krem. Ia tiba tigapuluh menit lebih awal dari yang seharusnya.

Home Sweet Home

Mungkin kalau ia tidak di telpon ibunya pagi ini dan disuruh – tepatnya dipaksa – untuk kembali ke Suna mungkin ia tidak tahu kapan akan pulang. Sudah terhitung satu tahun lamanya ia belum pulang. Bukan bermaksud durhaka atau apa, hanya saja alasan Sakura jarang pulang kerumah itu karena ia memang menganut prinsip ekonomi. Jelas saja dari pada uangnya dibuat beli bensin untuk pulang mending ditabung kan? Hahaha. Aku memang pintar, pikirnya.

Gadis itu melintasi pekarangan rumah, menaiki sejumlah anak tangga untuk mencapai teras rumah. Terdapat sepasang pintu dari kayu jati. Ia membuka pintu itu dan memasuki rumah. Berjalan melawati ruang tamu menuju ruang keluarga. Disana terdapat sofa putih dengan meja di depannya dan menghadap ke televisi. Dan ditengah – tengah sofa terdapat sesosok makhluk hidup yang sedang menyesap teh nya. Lalu menoleh dan berdiri memandang Sakura.

Haruno Mebuki. Ibu Sakura.

Astaga. Kenapa ibunya memasang tampang sok kalem seperti itu? firasat apa ini?!. Lalu dimana Ayahnya dan Baka nii-san nya? Pikirnya frustasi.

Sakura hanya terpaku melihat ibunya. Ia menanti suara yang akan dikeluarkan ibunya. Dan ketika akhirnya ibunya bersuara. Ia hanya bisa cengo ditempat.

"Jadi Sakura, Kau harus menikah!".

Kami-sama cobaan apalagi ini.

.

.

.

Suna International Airport, Sunagakure, 11.00 A.M

Deru pesawat terbang bedengung melintasi lintasan parkir bandara. Sesosok manusia berjenis kelamin pria dengan rambut bergaya pantat ayam miliknya berjalan melintasi pintu keluar bandara dengan kacamata hitam yang menutupi kedua matanya. Ia berhenti memandang sekelilingnya mencari seseorang yang katanya akan menjemputnya.

Tidak ada.

Dasar Aniki bodoh.

Pria itu kembali berjalan keluar kearah tempat pemberhentian taksi. Ia memasuki taksi yang akan membawanya ke kediaman kakeknya. Lebih tepatnya mungkin hanya sebagai tempat tidur semetara saja, karena kakeknya terlalu gaul dan terlalu boros hingga rumahnya dimana – mana. 1 bulan lalu di Ame, 2 minggu lalu di Konoha dan sekarang di Suna. Benar – benar melelahkan.

Sebenarnya alasan Sasuke ke Suna itu hanya untuk memenuhi panggilang – perintah – kakeknya yang memintanya untuk datang. Entah apa yang akan dikatakan kakeknya kepadanya, tapi satu hal yang pasti itu bukan hal yang normal.

Beberapa bulan yang lalu, kakeknya bahkan meminta baka anikinya yang baru saja memperkenalkan kekasihnya, Izumi, ke keluarganya untuk segera menikah dan menghasilkan keturunan. Tentu saja dengan segala perintah yang di inginkan kakeknya.

"Kalian harus menikah 1 minggu lagi, Itachi. Oh iya jangan lupa cucuku harus ada 3 minggu kemudian." Ujar kakeknya kala itu. Jelas saja itu membuat Itachi maupun Izumi kelabakan dengan keinginan kakeknya. Lagian mana ada yang menikah seminggu kemudian terus tiga minggu kemudian anaknya langsung jadi?!. Kurasa kakeknya harus di bawa ke psikiater.

Taksi yang dinaiki Sasuke berhenti di depan bangunan bergaya Jepang Kuno. Ia keluar dan membayar taksi yang telah ia tumpangi. Ia berjalan melintasi kolam ikan di samping rumah. Kakeknya, Madara Uchiha, berpesan padanya untuk langsung menuju ke ruang keluarga. Pria iu membuka pintu dan berjalan menuju ruang keluarga melintasi koridor yang mengarah ke belakang rumah.

Didepannya ada sepasang pintu yang menghubungkan ke ruang keluarga. Ia menggeser pintu itu. Ketika pintu itu terbuka, ia dapat melihat segerombolan manusia sedang berkumpul. Ada Ayahnya, Ibunya, Aniki beserta istrinya, dan kakeknya yang berada di tengah-tengah. Ia menundukkan kepalanya memberi salam, lalu ikut duduk di depan kakeknya.

"Jadi langsung saja ya Sasuke, kakek harap kau bersedia memenuhi keinginan Kakek" Ujar kakeknya langsung.

Perasaan Sasuke buruk ketika kakeknya hendak mengatakan keinginannya. Ia merasa mual dan ingin muntah melihat kakeknya memasang tampang berseri dengan melancarkan puppy eyes padanya. Benar – benar menyilaukan dan menjijikkan. Tidak Uchiha sama sekali.

"Baiklah Sasuke, kau harus menikah secepatnya. Kakek sudah mengatur perjodohan dengan salah satu kolega kita" Ujar kakeknya enteng dan itu membuat Sasuke cengo mendengarnya tapi tidak sampai menganga. Ia tetap memasang tampang stoic-nya.

"Tapi Kek, kenapa kakek tidak membicarakan dulu hal ini denganku?"

"Maaf nak tapi Kakek sudah membicarakan ini dengan kedua oran tuamu dan mereka setuju saja. Lagipula Karin cukup manis untukmu. Dan kau juga belum punya kekasih" Ujar Madara, kemudian kakeknya melanjutkan –

"Kakek sudah semakin tua nak. Kakek ingin melihat cucu-cucu kakek menikah dan memiliki penerus " – Ucap Kakeknya melebih lebih kan.

Kami-sama, demi krim anti keriput Itachi yang ia simpan di kolong tempat tidurnya, yang benar saja. Menikah? Dijodohkan? Dan lagi dengan setan merah doyan dandan dan berisik itu? Tidak – tidak. Sasuke belum mau memiliki keriput seperti Itachi. Ia masih polos. Ia harus meng-gagalkan perjodohan ini. Tapi bagaimana caranya? Menolak secara langsung? Yang ada penyakit jantung dan diare kakeknya bisa tiba – tiba kambuh dan itu sangat menyulitkan. Kabur? Tidak. Lagian kakeknya cepat menemukannya. Bunuh diri? Oh tidaak. Aku masih ingin hidup. Aku masih perjaka Ya Tuhan.

Kami-sama pikiran Sasuke sangat – sangat tidak Uchiha sama sekali.

.

.

.

L'Spezia Restaurant, Sunagakure, 10.00 A.M

Gadis berhelaian bunga sakura itu terlihat mondar – mandir di depan wastafel kamar mandi. Ia menggigit kukunya. Sekitar sepuluh menit yang lalu ia bersama kedua orang tuanya untuk menemui orang yang akan dijodohkan dengannya. Dan betapa terkejutnya gadis itu mendapati orang yang dijodohkan dengannya. Rock Lee.

Gila.

Ibunya benar – benar keterlaluan kali ini. Astaga kenapa harus Lee? Oh Tuhan kenapa harus dengan pria bealis tebal pecinta pakaian ketat dan doyan olah raga itu? Seperti apa ia nanti? Ia benar – benar stress memikirkannya. Kami-sama Sakura masih terlalu muda untuk menanggung penuaan dini dan sakit pinggang. Apa yang harus ia lakukan?. Saku tuh gak bisa diginiin. Rasanya ia ingin menangis.

Sakura akhirnya keluar dari kamar mandi dengan telah menguatkan hatinya dari perang batin yang tadi telah terjadi. Pokoknya ia harus membatalkan perjodohan ini. Bagaimanapun caranya harus.

Ketika Sakura berjalan meninggalkan kamar mandi, tiba – tiba tangannya ditarik menjauhi mejanya menuju ke meja lain. Ia di tarik oleh sesosok pria berhelaian mirip pantat ayam? Apa apaan ini. Siapa pria ini?!.

Pria yang menariknya ini berhenti di depan meja yang beisi beberapa orang. Lalu mendorong Sakura untuk berdiri disampingnya. Sakura bingung dengan situasi yang ia hadapi saat ini. Ia hanya memasang senyum yang dipaksakan. Tapi kemudian perkataan pria disampingnya membuatnya dan seluruh orang di meja tersebut mengalihkan perhatian mereka.

"Dia kekasihku dan aku akan menikah dengannya" ujar pria itu kalem.

"EH"

EHHHHHHHH

Kami-sama cobaan apalagi ini?!.

.

- TBC -

.


Sincelery,

Ten