Ini Fanfic baru, semoga readers bisa suka

Dalam 10 tahun hidup Sasuke dia tidak pernah menginginkan apapun.

Saat teman-temannya membawa geme terbaru atau tas-tas keren Sasuke tidak pernah iri, dia marasa cukup dengan tas lusuh termakan waktu miliknya. Sasuke juga tidak pernah menginginkan rangking pertama di kelas, dia hanya terlalu jenius hingga dia mendapat posisi itu.

Saat teman-temannya mencibir Sasuke yang hanya seorang anak supir, atau saat mereka mengejek Sasuke karena tidak memiliki ibu Sasuke tidak pernah sedih. Dia merasa cukup dengan apa yang dimilikinya.

Sasuke heran kenapa ada orang-orang yang begitu berusaha keras untuk mendapatkan sesuatu. Mereka berlatih, bekerja, merampas bahkan berusaha begitu keras hingga mati untuk mendapat apa yang mereka inginkan. Sasuke tidak pernah mengerti, walau dengan otak jeniusnya dia tetap tidak mengerti.

Hingga Sasuke berumur 10 tahun, Sasuke adalah manusia dengan 0 keinginan.

Sasuke melirik sang Tousan yang tengah mengendarai mobil mewah. Ini bukanlah mobil mereka, sang Tousan hanya berkerja sebagai supir untuk seorang billyuner. Alasan Sasuke ikut naik kendaraan ini adalah karena sekolah Sasuke yang diliburkan mendadak. Sehingga sang Tousan terpaksa membawanya karena tidak tega meningggalkan Sasuke sendiri.

"Kau akan suka melihat rumah mereka Sasuke, rumah itu benar-benar indah sekali. Tidak kalah dengan istana-istana yang ada di Eropa" Fugaku mencoba mencairkan suasana, anaknya ini memang susah di ajak bicara.

"Hn" Sasuke menanggapi penjelasan sang Tousan dengan datar, bagi Sasuke seindah apapun tempat majikan sang Tousan tinggal dia tidak tertarik, toh itu tidak ada hubungannya dengan Sasuke.

"Reaksimu datar sekali" Fugaku tahu putranya ini sulit sekali berekspresi, bahkan saat Sasuke berumur 5 tahun dia pernah terjatuh dan sendi lenganya bergeser dia tidak menangis sama sekali. Kadang Fugaku khawatir dengan sifat Sasuke. Selama ini Fugaku tidak pernah mendengar Sasuke meminta apapun darinya ataupun orang lain.

Sasuke tidak bergeming dengan gerutuan tousannya. Pandangannya hanya menerawang ke luar jendela, memandang jalanan yang semakin sepi. Tempat kerja ayahnya sepertinya berada agak jauh dari jalan utama.

Sasuke dapat melihat jejeran pagar rumah yang menjulang tinggi hingga mereka memasuki sebuah gerbang besar yang membawa mereka melewati sebuah taman. Taman itu sungguh indah. Semua ditata dengan sangat simestris. Dan berdiri dengan semua hiasan itu adalah rumah besar bak di negeri dongeng.

Sasuke mengakui rumah itu sagat besar dan menakjubkan, namun bahkan kemewahan seperti itu tidak membuat Sasuke iri ataupun menginginkannya.

Setelah turun dari mobil, Tousannya membawa Sasuke masuk rumah lewat pintu khusus karyawan.

"Fugaku kau sudah datang? Tuan sudah menunggumu. Siapa yang kau bawa?" Seorang pelayan berambut gelap menyapa Fugaku.

"Ini putraku, aku harus membawanya hari ini karena sekolahnya mendadak libur." Fugaku mendorong punggung Sasuke, menyuruhnya untuk memperkenalkan diri dan menyapa rekannya.

"Salam kenal saya Uchiha Sasuke" Sasuke menuruti isyarat Tousannya dan membungkuk untuk memperkenalkan diri.

"Ya Tuhan! Anakmu tampan sekali. Dia sangat sopan lagi" pelayan itu mengagumi sosok Sasuke yang menurutnya sangat menawan.

Fugaku hanya tersenyum, tersirat rasa bangga di matanya.

"Aku harus menemui Tuan, aku pergi dulu" Fugaku berpamitan dan memberi kode Sasuke untuk mengikutinya.

Sasuke mengikuti sang Tousan, memperhatikan lorong yang dilewatinya dihiasi barang-barang indah yang dia sadar, mungkin satu buah saja bahkan lebih mahal dari semua barang miliknya dijadikan satu.

Tousannya berhenti membuat Sasuke juga berhenti dibelakangnya.

"Selamat pagi Tuan, anda mencari saya?" Fugaku menunduk memberi salam pada sosok didepannya. Sasuke yang masih berdiri di belakang Fugaku tidak bisa melihat sosok yang sedang diajak berbicara Tousannya.

"Pagi Fugaku, aku ingin kau menemaniku ke suatu tempat pagi ini. Eh? Sepertinya hari ini kau membawa rekan ya?" Suara itu membuat Sasuke tertarik.

"Ah perkenalkan ini adalah putra saya Uchiha Sasuke, saya harus membawanya karena sekolahnya libur mendadak" Fugaku beranjak menyamping dan menarik tangan putranya untuk maju sedikit kedepan.

Saat Sasuke mengangkat pandangannya dan dia membeku. Ditatapnya sesosok pria bersurai pirang dan bermata biru balik menatap padanya. Tubuhnya tinggi tegap dan dibalut jas mahal warna silver. Cahaya tipis menerpa sisi wajah pria itu. Dan entah kenapa Sasuke tidak bisa mengalihkan pandangannya. Pria itu sangat indah di mata Sasuke.

"Sasuke berikan salam" Fugaku menyuruh Sasuke member salam, namun Sasuke masih membeku.

"Sasuke?" Fugaku merasa aneh dengan tingkah Sasuke, bahkan dia terkejut dengan ekpresi yang terdapat di mata Sasuke. Tidak pernah sekalipun Fugaku melihat kilatan ini di mata anaknya.

Pria pirang itu mendekat dan meletakkan tangan besarnya dikepala Sasuke. Membuat Sasuke terkesiap dan mengencangkan pegangan tangannya pada Fugaku.

"Sudahlah tidak apa-apa, sepertinya dia anak yang pendiam. Tapi aku ingat kau pernah bilang padaku dia anak yang cerdas kan?" pria itu mengusap rambut Sasuke, membuat jantungnya berdetak kencang membawa perasaan aneh menyeruak. Tindakan pria itu menorehkan semburat merah di pipinya.

"iya tuan, dia anak yang penurut dan cerdas. Dan lagi dia selalu peringkat pertama di sekolahnya" Fugaku tersenyum bangga dengan putranya.

Semburat merah di pipi Sasuke semakin parah, hingga Sasuke hanya menundukkan wajahnya malu. Tidak pernah selama ini ia begitu senang atas pencapaiannya di sekolah. Entah mengapa dia ingin membuat pria ini terkesan. Dan dia tidak ingin usapan di kepalanya berhenti.

"Papa papa" Suara itu membuat pria itu melepaskan tangannya dari kepala Sasuke. Dan rasa kecewa menghantam hatinya tanpa terduga.

"Ah... bgaimana kabar putiku yang cantik ini? Sasuke melihat seorang gadis cilik berambut hitam berlari kearah pria itu dan langsung digendongnya. Mata biru itu memandang sang gadis dengan pemujaan yang sangat kentara. Seolah seluruh dunia pria itu tercurah pada sang gadis cilik.

Dan entah kenapa Sasuke tidak suka, ada rasa iri setiap pria itu tertawa dengan tatapan memuja.

Sasuke kembali melewati lorong rumah, meninggalkan suara tawa yang masih terdengar di belakangnya. Tiba-tiba Sasuke berhenti. Membuat sang Tousan yang masih memegang tangannya ikut berhenti.

"Ada apa Sasuke?" Fugaku bertanya pada putranya, yeng entah kenapa terasa berbeda.

"Siapa namanya?" Sasuke mentap Fugaku degan mata tajam. Fugaku terdiap sejenak, merasakan perasaan tidak nyaman mulai merambati hatinya.

"Siapa? Nona Himawari?" Sasuke tidak menjawab dia hanya menggeleng tanpa melepas pandangannya dari Fugaku. Dia tidak tertarik dengan nama gasdis cilik itu.

"Naruto,,,,Namikaze Naruto" mendengar nama itu membuat ujung bibir Sasuke terangkat. Membuat sebuah senyum mengerikan untuk seorang anak 10 tahun. Fugaku menatap Sasuke seolah orang asing. Entah kenapa dia merasa tidak lagi mengenal putranya.

Sasuke melepas pegangan Fugaku dan berjalan meninggalkannya. Sekarang Sasuke tahu apa yang diinginkannya, hanya satu keinginan. Keinginan yang dia tahu sang ayah tidak bisa berikan.

Tanpa tahu akan ada rasa sakit, kehancuran dan tumpahan darah saat dia akan meraihnya.

Bersambung...

Fanfic ini agak gelap, dan karakter Sasuke bakal tercebur tinta hitam. Mungkin nantinya bakal ada adegan BDSM pertama yang akan Nisaa tulis, ceritanya juga akan terasa berat dari The Dreams dan Sorrow. jujur cerita ini untuk menampung jiwa sadis Nisaa #gubrak.

Nisaa bakal senang sekali jika kalian meniggalkan tanggapan dari fanfic baru ini. Soalnya cerita ini masih mateng separuh di otak Nisaa. Nisaa juga belum nentukan endingnya. jadi kalian bisa kasih masukan untuk FF ini. Nisaa tunggu ya... ^o^/

Sepertinya banyak yang bingung, Nisaa akan jelaskan. di atas Sasuke berumur 10 tahun dan Naruto 25, gadis itu anak Naruto himawari usia 5 tahun.