Yah.. Fanfic baru lagi dari Fu. Fic ini Fu persembahkan *halah*, untuk Nee-chan yang slalu membantu, Sasukiss yang siap-siap mo UNAS, ma Ryuu-chan yang slalu menunggu fic abal Fu.. Dan ini juga buat para Senpai dan Readers yang gak pernah bosan baca dan review fic Fu *banyak omong*.. Nah, monggo langsung dibaca dan direview
._._. X ._._.
Fifth Wives ... By Fu For Fujoshi
Naruto.. Milik Masashi Kishimoto
Pair: Saat ini masih Kakashi (43tahun) X Sasuke (16 tahun), tapi pair utama ya Naruto (20 tahun) X Sasuke dong...
Warn: NC-17, YAOI, BL/Sho-ai. Gaje, OOC, AU, dll.
"..." talk
'...' mine
._._. X ._._.
"Apa kau gila?" kata itulah yang reflek keluar dari mulut Fugaku, pemilik perusahan terkemuka Uchiha Corp saat seorang lelaki yang hampir seumuran dengannya datang dan mengatakan suatu hal yang hampir membuat jatungnya berhenti berdegup untuk beberapa saat. Lelaki berambut hitam dengan mata berwarna sama itu menatap pria di depannya dengan pandangan tak percaya.
"Ada yang salah dengan perkataanku, Fugaku-san?" pria berambut perak dengan model spike ke atas itu menimpali. Ia agak heran dengan reaksi berlebihan yang dilontarkan oleh rekan bisnisnya tersebut. Fugaku memijit tengkuknya, "Tentu saja salah, kau yang hampir berusia 43 tahun ingin menikahi anakku yang 27 tahun lebih muda darimu? Apa-apaan kau?"
Lelaki yang duduk bersandar di sofa berbentuk huruf L dengan kedua lengan disilangkan di depan dada membalas, "Tidak, aku serius ingin melamar anakmu, meski dia laki-laki," ucapnya cepat, karena ia yakin jika Fugaku akan mengatakan kalimat terakhirnya. Fugaku mengepalkan tangannya, "Kau gila, Kakashi," geramnya.
Kakashi memutar bola matanya, "Apa kau lupa, perusahanmu tidak ada apa-apanya jika tidak ada campur tangan Hatake Corp. Dan aku hanya menginginkan anakmu sebagai imbalan, tidak sulitkan?" Perkataan Kakashi barusan membuat kemarahan Fugaku makin tak terkendali. Ia tidak bisa merelakan anaknya untuk menikah dengan pria berjas silver itu. Tapi, menolak keinginannya sama saja mencari mati. Hatake memang sudah membuat nama perusahaannya besar seperti sekarang ini. Dan Hatake Kakashi adalah orang yang akan melakukan apapun demi mendapatkan apa yang ia inginkan. Bagi pria itu, menghacurkan nama baik Uchiha Corp sama mudahnya dengan membalik telapak tangan, dan tak melebihi kecepatan cahaya.
"Dia, terlalu muda untukmu Kakashi, dan dia juga bukan homoseks," usai dilanda keheningan yang cukup lama, akhirnya Fugaku berkata demikian. "Aku yakin dia tidak akan mau," lanjutnya, dengan nada yang lebih pelan.
"Dibeberapa negara, menikah dengan usia 16 tahun itu adalah hal biasa, soal dia yang bukan homo itu tidak perlu dipikirkan. Dan, masalah dia mau atau tidak itu tergantung padamu yang orang tuanya. Kau bisa membujuknya, kau katakan saja hal yang dapat mendesaknya, yang penting dia mau menikah denganku," dengan santai Kakasi membalas.
Fugaku menatap nyalang ke arah pria bermasker itu, ia menghela nafas panjang dan berkata, "Beri aku waktu seminggu untuk membujuknya. Tapi, jika ia tetap menolak?" Bola matanya menatap lurus ke arah Kakashi, berharap lelaki yang usianya lima tahun di atasnya itu memberi pengertian dan membatalkan keinginan gilanya untuk mempersunting sang anak.
Dibalik maskernya, Kakashi menyeringai, "Jika bujukkan tetap tidak membuahkan hasil, biarkan aku yang turun tangan," ucapnya tegas.
._._. X ._._.
Pemuda berblazer putih dengan stripe biru itu baru saja turun dari mobil mewah yang tadi ia tumpangi saat pulang sekolah. Dengan tenang, ia berjalan melewati pekarangan rumah yang luas dengan padang rumput dan macam-macam jenis bunga yang sengaja ditanam oleh sang ibu.
Cklek
"Aku pulang..." ujarnya dengan nada ceria, karena ia yakin jika sang Ibu akan menyambut kedatangannya dengan suka cita. Meski tebakannya kali ini salah.
'Ibu kemana? Tumben rumah ini sepi?' pikir pemuda bermata hitam itu. Ia memutar kepalanya ke samping, kanan lalu kiri berharap menemukan sosok yang sangat ia cinta.
.
.
.
Ruang keluarga. Yah, kaki jenjangnya tanpa sadar menuntunnya kesini, ruangan dengan dekorasi yang minimalis meski perabotan di dalamnya cukup mewah walau tak begitu banyak.
"Sasuke, kau sudah pulang rupanya?"
Bukan menjawab 'Ya', pria muda yang baru saja disebut namanya itulah malah menautkan alis, "Ayah, tumben pulang cepat?" ia yang kini melangkah dan mendudukkan diri disamping seorang pria yang berwajah tak jauh berbeda dengannya hanya sedikit lebih dewasa, malah balik bertanya.
"Ada yang harus aku katakan padamu, ini... sangat penting," to the point, Fugaku ayah Sasuke memang tipe orang yang tidak suka berbasa-basi. Tapi, sikap seperti itulah yang membuat wanita cantik berusia 36 tahun bernama Mikoto, sangat kagum dan mencintai sosoknya.
"Sepertinya sangat penting ya?" tanya Sasuke antara serius dan tidak. Bola mata hitamnya bergerak untuk mengamati satu persatu anggota keluarganya. Sang Ayah yang berwajah tegang yang seakan tak pernah tersenyum, lalu sang Ibu yang memiliki raut muka yang nampak lembut dan penuh kasih sayang, serta sang kakak yang memiliki wajah tampan meski ada beberapa kerutan di wajahnya yang membuat dia terlihat lebih tua dari kawan-kawan seumurannya. Mereka memang memiliki ekpresi berbeda, tapi ada satu kesamaan yang tak pernah Sasuke lihat sebelumnya. Sebuah mimik wajah yang menunjukkan penyesalan, kesedihan, dan kekecewaan, semua nampak jelas tergurat di wajah mereka.
'Ada apa sih? Kenapa semuanya berwajah seperti itu?' bisik hati kecil Sasuke ingin tau.
"Sasuke," mulai Fugaku. "Aku, ingin menikahkanmu dengan... Hatake Kakashi."
DEG!
Sasuke bungkam seketika, pupilnya mengecil, rahangnya terbuka. Otaknya sedang mencerna perkataan yang baru saja dilontarkan oleh sang Ayah. "A-ayah.. berguraukan?" tanya Sasuke parau.
Fugaku membuang nafas berat, ia tau betul jika putra bungsunya akan berkata demikian, "Aku serius Sasuke. Aku ingin kau menikah dengannya."
Sasuke menggelengkan kepalanya, "Tidak.. aku tidak mau Ayah. Ayah tau kan siapa Hatake Kakashi, dia seorang Om-Om yang sudah memiliki banyak istri dan dia seorang laki-laki yang dikenal biseksual 'Yah, aku.." Belum selesai memberi alasan untuk menolak perjodohan itu, Fugaku menyela, "Aku tau siapa Hatake Kakashi itu, aku tau betul Sasuke. Tapi menolak keinginnanya sama saja dengan menceburkan diri ke neraka!" ujarnya sedikit membentak.
"Lalu, Ayah rela memasukanku dalam 'neraka' bersama orang itu?" tanya Sasuke dengan nada tertahan.
Kontan Fugaku terdiam, begitu pula Itachi sang Kakak, serta Mikoto yang malah tertunduk dengan raut wajah penuh penyesalan.
"Kau tetap harus menikah dengannya, pikirkan keluargamu Sasuke!"
"Lalu, apa Ayah tega membiarkan anak Ayah kehilangan masa depannya karena menikah dengannya?" Sasuke tetap tak mau kalah.
"Sasuke, kau..."
"Aku tidak mau menikah dengannya, 'Yah" Usai mengatakan hal itu, Sasuke beranjak dari duduknya. Ia pergi memasuki kamarnya dengan amarah dan sakit hati yang luar biasa.
._._. X ._._.
Seminggu berlalu, negosiasi antara Fugaku dan Kakashi batal karena Sasuke enggan menyetujui permintaan pria tua itu. Bahkan demi menghindari ayahnya, Sasuke lebih memilih tinggal dengan sang paman, Obito Uchiha.
Hari ini seperti biasa, Sasuke menghabiskan 7 jam dalam tiap harinya untuk menuntut ilmu. Ia sedang sibuk menyalin catatan yang dituliskan oleh Senseinya, saat tiba-tiba, seorang guru muncul dan menyuruhnya datang ke ruang Kepala Sekolah. Sedikit berdebar ia mengayunkan kakinya kesana, sebab ini pertama kalinya Kepala Sekolah ada perlu dengannya. Tapi, mengingat ia seorang ketua OSIS, wajar jika sang pemimpin sekolah ingin bertemu dengannya.
.
.
.
Sampailah ia ke tempat yang ia tuju, sehembus nafas ia keluarkan sebelum memutar kenop pintu dan masuk ke dalamnya.
"Sumimasen..." sambil berucap demikian ia masuk ke dalam, disana sudah menunggu seorang pria tua beruban, Sarutobi Hiruzen namanya, sang Kepala Sekolah yang ntah kapan akan pensiun, mengingat usianya yang sudah lebih dari 70 tahun*. Dan...
"Dia?" lirih Sasuke, pupilnya mengecil, ia terkejut bukan main melihat siapa seorang lagi yang sedang duduk di atas sofa, punggung bersandar dengan sebelah kaki diangkat di atas lutut.
"Sasuke Uchiha-kun, silahkan duduk!" Sarutobi membuyarkan rasa terkejut Sasuke. Ragu dan mau tidak mau iapun duduk di sebelah Kakashi yang tersenyum padanya. Muak dengan wajah pria yang seumuran dengan ayahnya, Sasuke buang muka. 'Menjijikkan,' umpat Sasuke dalam hati.
"Sasuke..."
"Yah."
"Hatake-san, ingin bertemu denganmu, ada hal penting yang ingin ia sampaikan?" Dengan sudut matanya Sasuke memandang dingin ke arah pria itu. Pria yang terlihat begitu baik dan sopan, tapi menyesatkan menurut Sasuke.
"Hai Sasuke, aku tidak membuat waktu belajarmu tergang-"
"Bisakah anda mengatakan sesuatu itu langsung keintinya?" potong Sasuke cepat, meski berusaha untuk mengatakannya dengan sopan, namun dalam hatinya ia sudah tak tahan melihat pria berambut silver itu.
"Haha, Sensei, siswamu yang satu ini tidak sabaran sekali ya? Khas Uchiha," tanpa dosa, Kakashi berceletuk ria pada mantan gurunya semasa SMA dulu.
Sarutobi hanya tersenyum, "Baiklah, aku tinggalkan kalian berdua," pria tua itu berdiri dan berjalan keluar dari ruangan itu. Membiarkan Sasuke dan Kakashi berdua saja disana.
.
.
.
Hening terus mnyelubungi mereka berdua selama lebih dari lima menit, sampai akhrinya Sasuke berdiri dari tempatnya sambil berkata, "Kau sudah membuang-buang waktuku!"
Kakashi reflek mencengkal lengan halus Sasuke, menariknya ke belakang hingga jatuh dalam pangkuannya.
"Brengsek, apa yang kau lakukan, hah?" sergah Sasuke, ia berusaha melepaskan kedua pergelangan tangannya yang diremas kuat oleh Kakashi.
"Kudengar dari Fugaku, kau menolak lamaranku?" mulai Kakashi. Ia dekatkan wajahnya hingga tinggal tersisah beberapa senti saja dari muka Sasuke yang terus memundurkan kepalanya.
"Kau pikir aku sudah gila mau menerima lamaranmu?" balas Sasuke sarkatis.
Kakashi balik menyeringai, "Jadi kau siap melihat Ayah, Ibu dan Kakakmu jadi gelandangan? Kau siap hidup miskin?"
"Persetan dengan ancamanmu! Kalau kami harus hidup miskin dan memulai semuanya dari nol, akan kami lakukan, dan kami masih bisa cari perkerjaan lain."
Kakashi mengusap pipi halus Sasuke yang langsung ditangkis kasar oleh si empunya, "Kau pikir ada perusahaan yang mau menampung kalian? Asal kau tau Sasuke-chan, Hatake Corp bisa membuat semua perusahaan disini menolak untuk menerima Ayah atau Kakakmu, sepandai dan berbakat apapun mereka," tukasan Kakashi membuat Sasuke bungkam.
"Aku tetap tidak peduli! Dan, ingat sampai kapanpun aku tidak akan mau menikahi denganmu!" usai mengatakannya, Sasuke beringsut turun dari pangkuan Kakashi dan keluar meninggalkannya. Kakashi kembali menyeringai, "Tidak akan ya? Hm, menarik sekali Calon Istriku itu." desahnya.
.
.
.
.
.
Beberapa hari berlalu, berita-berita bohong tentang Uchiha mulai menyebar. Akibatnya banyak perusahaan dan kolega Fugaku menolak untuk bekerja sama dengan Uchiha Corp. Tidak tahan dengan masalah yang menimpa perusahaannya, Fugaku jatuh sakit. Tak lama setelah itu, Itachi mengalami kecelakaan, banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya operasi, dan semua hampir membuat harta Uchiha habis. Dan, Sasuke tau siapa yang membuat semua cobaan ini datang melanda, semua dari Tuhan, melalui makhluknya bernama Kakashi. Keluarga makin lama mengalami kehancuran, dan Sasuke tak sanggup harus melihat keluarga menderita. Ia tak mau disebut anak durhaka. Dengan tekat bulat, akhirnya ia memberanikan diri datang ke tempat Kakashi. Dan...
Brugh
Tak peduli dengan harga diri, rasa malu, atau pepatah 'menjilat ludah sendiri'. Uchiha Sasuke, pemuda 16 tahun itu kini sedang bersujut di depan Hatake Kakashi. Dengan kepala menunduk, ia memohon, "Kakashi-San, berhentilah berbuat seperti itu pada keluargaku, kasihani keluargaku," pintanya, dengan nada tertahan.
Kakashi yang sedang duduk di kursi kerjanya menyeringai, "Haha, itu semua salahmu Sasuke-chan, seandainya kau tidak menolak pinanganku, mungkin keluargamu tidak akan mengalami masa sulit seperti itu..."
Sasuke mengepalkan jemarinya, ia remas kuat celananya sekolahnya, "A-aku masih normal, makanya aku menolakmu.. Tapi, se-sekarang.. demi keluargaku, aku rela menjadi 'istri'mu, Kakashi-san..." runtuh sudah pertahanan Sasuke. Setitik airmata jatuh bersamaan dengan berakhirnya kalimat yang ia ucapkan. Tak ada pilihan lain baginya, dan menikahi Hatake Kakashi untuk menyudahi peliknya masalah yang ditimbulkan Kakashi hanya dengan menikahinya.
Kakashi beranjak dari kursinya, ia mulai melangkah menghampir Sasuke. Berjongkok sebelum meraih dagu mungil sang bungsu Uchiha agar melihat padanya, "Aku tidak dengar Sasu-chan, boleh kau ulangi lagi kalimatmu barusan?" pintanya, walau ucapan Sasuke lebih menyerupai bisikkan, tapi Kakashi masih cukup awas untuk menangkap bisikkan Sasuke tadi.
"A-aku bersedia, menikah denganmu, aku... mau dipersunting olehmu..." kata Sasuke sekali-lagi, kedua kelopak matanya terpejam erat, enggan menatap langsung ke arah pria 43 tahun itu.
Kakashi tersenyum penuh kemenangan. "Tapi, kumohon, cepat sudahi gosip bohong tentang perusahaan Ayah, berhenti mengusik keluargaku, jangan sakiti mereka lagi. Terutama Ibu..." tawar Sasuke.
"Yah, kau tenang saja Sasuke, asal kau tidak mengingkari janjimu, dan tidak berbuat macam-macam, permintaanmu tadi hanya seperti semut kecil untukku," ibu jarinya yang kasar mengusap airmata Sasuke. Meski jijik dan enggan disentuh, Sasuke tetap pasrah.
"Terima kasih..." kata Sasuke lagi.
.
.
.
"Berdirilah!" Pria berambut perak itu mengulurkan tangannya untuk membantu si raven bangun dari posisi berlututnya. Tanpa menerima uluran tangan Kakashi, Sasuke mulai berdiri, membuat lelaki tua itu sedikit kesal.
"Duduklah, sepertinya masalah ini membuat tidurmu terganggu ya!" dengan sudut matanya ia dapat melihat raut lelah diwajah Sasuke.
Pemuda raven itu patuh dan mengikuti Kakashi yang sudah duduk terlebih dahulu di sofa. Kepalanya sedikit sakit karena waktu tidurnya yang makin sempit akibat masalah yang ia hadapi akhir-akhir ini. Memikirkan menerima atau tidak pinangan Kakashi makin menambah beban psikisnya. Bahkan jika tak diingatkan, ia pasti akan melupakan jam makannya.
"Hallo..." Sasuke menelengkan kepalanya ke samping, dimana seorang Hatake Kakashi sedang menghubungi asistennya. "Yamato, aku ingin kau sudahi berita tentang Uchiha Corp, buat mereka yang menyebarkan berita itu tutup mulut. Suruh relasi kita yang biasa kerja sama dengan Uchiha untuk kembali bergabung dengan Uchiha Corp. Lalu, lunasi semua hutang keluarga Uchiha termasuk di Tokyo Hospital." Semudah mengedipkan mata, Sasuke menyaksikan betapa mudahnya Kakashi menyudahi masalahnya. Pemuda tampan itu merasa nadi keluarganya ada pada lelaki biseks itu.
"Beres!"
"Ng?" Sasuke terlalu larut dalam pikirannya, hingga tanpa sadar jika Kakashi telah menyudahi obrolannya dan tengah menatap mesum padanya.
"Terima kasih untuk semuanya, aku... harus pulang," dengan sopan, Sasuke beranjak dari duduknya, membungkukkan badan untuk memberi hormat dan hendak meninggalkan Kakashi. Tapi, belum jauh ia melangkah, Kakashi meraih lengannya, terus merosot melalui kulit pucatnya yang halus hingga ke pergelangan tangan. Sasuke hanya memejamkan mata, sentuhan pria seperti yang sekarang ia alami bukan hal yang ia harapkan.
"Ada apa Kakashi-san?" tanya Sasuke begitu lelaki itu sudah memutar tubuhnya, harga dirinya telah kembali sekarang.
Kakashi meremas jemari Sasuke, dan mulai berkata, "Beberapa hari lagi, pernikahan kita akan dilangsungkan, dan semuanya biar aku yang urus, kau dan keluargamu tenang saja." Sasuke tak membalas, bahkan ia tidak menyangka jika pernikahannya akan berlangsung secepat ini. "Besok aku akan datang ke rumahmu, untuk menentukan di Gereja mana kita akan menikah, Sasu-chan..."
Sasuke menggigit bibir bawahnya, ia tak dapat mengingkari janjinya. Ia laki-laki, yang terlahir dan dalam klan yang memiliki harga diri tinggi, dan menarik kata-kata yang telah diucapkan tidak pernah diajarkan oleh keluarganya.
"Nanti malam aku akan datang ke rumahmu, dan sekarang... lebih baik kau istrihat," ia melepas cengkramannya di tangan Sasuke. Pemuda berzodiak Leo itu mengangguk lemah, wajah pucatnya nampak makin lesu. Dadanya bergemuruh, bingung, takut, sakit, dan lega. Banyak perasaan yang bercampur aduk dalam dirinya. Dan rasa takut paling mendominasi saat ini. Ia tidak dapat membayangkan seperti apa hidup dan masa depannya setelah menikah dengan lelaki itu.
.
.
.
Sasuke berjalan gontai meninggalkan ruang si lelaki tua yang hendak mempersuntingnya dalam kurun waktu beberapa hari ke depan. Kepalanya makin berdenyut sakit, ia pusing memikirkan apa yang akan terjadi.
DUGHH
Sasuke tak sengaja menabrak seorang pria berambut pirang acak-acakan.
"Gomenasai" permohonan maafnya tak digubris. Lelaki yang sepuluh senti lebih tinggi darinya berlalu begitu saja. Sambil menatap punggung yang dibalut jaket berbahan jeans, Sasuke dapat melihat pria muda itu masuk ke dalam ruang kerja Kakashi. Sasuke mengernyitkan alis bingung, ia tak sempat melihat wajah dari pria yang baru saja ia tabrak.
.
.
.
'Anak bodoh,' desis pria yang baru saja menjadi korban ketidakwaspadaan Sasuke. Dengan sudut matanya yang berwarna biru indah, ia menyaksikan ketertegunan si raven yang berada 2 meter dari hadapannya. Begitu sosok pria itu berbalik, barulah ia masuk ke dalam ruangan Kakashi.
._._. X ._._.
Sasuke tertunduk dalam diam, dihadapannya duduk ayah dan ibunya yang tengah memandang tak percaya padanya.
"Kau serius Sasuke?" Sang Ayah yang masih mengenakan syal yang melilit lehernya mengulang kembali pertanyaannya.
"Iya.. 'Yah, aku baru saja menemui Kakashi, dan... aku menerima pinangannya," seperti seorang gadis, yah... sikap Sasuke seperti seorang anak perempuan. "Aku tidak mau Ayah dan Ibu hidup susah gara-gara keegoisanku, aku tidak mau dicap sebagai anak durhaka, ak-..."
Grepp
Sasuke tidak melanjutkan kata-katanya, ia larut dalam pelukan ibunya. Mikoto merengkuhnya erat, tangis perempuan itu pecah saat itu juga. Merelakah sang anak menikah dengan pria bukan impiannya. Ia sangat tidak menginginkannya.
"Sa-suke..." Mikoto mengusap puncak kepala sang anak bungsu.
"Tidak apa, Bu.. jangan khawatir, aku tidak apa kok," Sasuke meyakinkan.
"Tapi..."
"Bu, aku memang belum cukup umur untuk mendapatkan SIMku sendiri, tapi aku sudah cukup dewasa untuk memilih mana yang baik dan buruk, aku pasti bisa menjaga diriku," mencoba tegar, ia berujar demikian, meski ia tak tau apakah ia bisa. Fugaku menghela nafas, hanya tiga kata yang terucap dari bibirnya, "Maafkan Ayah Sasuke." .
.
.
.
.
Di dalam keremangan kamarnya, Sasuke mengenggam kuat handphone miliknya, nampak foto dirinya dengan seorang gadis berambut indigo panjang. Ia menatap sendu wallpaper itu, dan mulai menekan beberapa nomor yang sudah sangat ia hafal di luar kepala.
Tuuut...
Ckrek
'Konbawa Sasuke-kun? Nande desu ka?' Suara lembut yang biasanya mampu menenangkan perasaan galau Sasuke kini tak berarti apa-apa. Tenggorokan Sasuke seakan tersumpal oleh sesuatu hingga suaranya sulit keluar.
'Sasuke-kun? Ada apa?'
"Gomen Hinata..." desis Sasuke lemah.
'Ah? Aku, tidak-'
Tuuutt Tuut Tuuutt
Sasuke memutuskan sambungannya tiba-tiba. Ia tak sanggup harus menjelaskan jika hubungan percintaan mereka berakhir sudah. Dan usai karena ia akan menikah dengan pria tua. Sasuke memeluk rapat kedua lututnya. Rasa sakit hati memenuhi dadanya, menyesakkan, membuatnya sulit bernafas.
'Jika ini memang takdir yang Kau tuliskan untuk kami, aku ingin Kau memberikan akhir yang baik untukku dan dirinya, Tuhan...' pintanya sambil meremas rosario berwarna perak dengan butiran batu Rubi di pinggirannya, yang mengantung manis di leher jenjangnya. Kedua kelopak matanya terkatup, ia bayangkan senyum Hinata, kekasihnya. Ia memohon kepada Tuhan agar selalu memberikan kebahagian untuk Hinata, lewat pria yang lebih baik dan layak melebihi dirinya. 'Amiinn...' tutupnya sebelum menjatuhkan tubuh lelahnya ke atas kasur. Dan makin lama, ia membiarkan kantuk memeluknya, mengajaknya ke alam mimpi. Berharap di tempat itu ia dapat menikmati indahnya kebersamaan dengan sang kekasih, walau hanya sebatas mimpi semu yang ia dapati.
._._. X ._._.
TBC
._._. X ._._.
Kelanjutan fic ini tergantung dari review readers yang budiman. Jadi mohon untuk review, no flame.. Arigatou
