Title : The Crown Prince Chapter 1

Author : ChanChanPCy

Length : Chapter

Genre : Hurt,Romance

ChanTao – KrisTao

Para member EXO milik Tuhan YME, orang tua mereka, entertainment mereka, dan juga fans mereka tentunya. PERHATIAN : FF 100 % milik author dan hasil buah pikiran author sendiri.

Mianhae kalo typo bertebaran, alur kecepetan dan feelnya kurang dapet …. Bahasanya juga absurb. Cerita pasaran dan alur mudah di tebak

Cerita gak sesuai judul –mungkin.

WARNING : Ini FF YAOI! MPREG! Gak suka langsung EXIT aja ! No BASH ! No Flame ! OK !

DON'T COPAS tanpa seizin sama Author lebih dulu !

Budayakan REVIEW sehabis membaca ne chingu ….

So ….

Happy Reading !

And NO PLAGIAT !

NB : Author ganti nama (adindaPCy) menjadi ChanChanPCy

.

.

.

"Uughh …" Tao mengerang kecil tatkala perutnya kembali merasakan kontraksi. Ia menghentikan larinya sebentar untuk mengelus perut buncitnya. Tangan kirinya ia gunakan untuk menyangga tubuhnya pada pohon besar di tengah hutan tempat ia berada sekarang.

"Sabar ya sayang, kita harus pergi jauh sebelum ia menemukan kita. Jangan bergerak terlalu aktif di sana, ne. Bantu eomma." Tao bermonolog dengan bayi dalam kandungannya. Air mata perlahan meluncur saat ia mengingat sang Appa bayi yang ia kandung.

"HUANG ZI TAO! DIMANA KAU? KAU TIDAK AKAN BISA PERGI DARIKU!" teriakan samar-samar suara seorang namja yang menjadi alasan Tao berlari itu menggema dalam gendang telinganya. Langkahnya semakin terseok dan larinya mulai melamban. Ia merasa tak sanggup lagi untuk berlari.

Tao memilih bersembunyi di balik akar besar yang timbul di permukaan tanah. Akar itu cukup untuk menyembunyikan dirinya. Dengan nafas yang masih terengah ia mencoba untuk menstabilkan deru nafasnya.

Langkah kaki namja yang mengejar Tao itu semakin terdengar. Gemerisik langkah yang bergesekan dengan semak-semak di hutan itu. Tao menahan nafas saat dirasanya namja itu berjalan tepat di balik pohon tempat ia bersembunyi.

Keringat terus mengucur dari dahi Tao. Ia menggigit bibirnya kuat hingga berdarah tiap kali dirasakannya kontraksi demi meredam suaranya.

"Uugh .. Baby, tenanglah." Cicit Tao mengusap perut buncitnya kembali. Air matanya tak kalah membanjiri wajah tirusnya yang kini menahan sakit. Ia tidaklah bodoh untuk menyadari setiap kontraksi yang dirasanya merupakan tanpa ia akan segera melahirkan.

"Eomma mohon, tunggulah sebentar lagi .. Aegy~ah .. Arrgh!" erangan itu keluar begitu saja dari mulut Tao. Kontraksi kali ini cukup kuat. Buru-buru namja itu menutup mulutnya sendiri. Bahkan demi meredam suaranya saat kontraksi berikutnya, ia rela menggigit tangannya sendiri sebagai pelampiasan.

Tao duduk bersandar di balik pohon besar itu. Sungguh kakinya terasa sangat lemas kini. Belum lagi perutnya yang terasa semakin memulas di tiap berikutnya. Ia bahkan akan pasah saja jika namja yang mengejarnya itu akan menangkapnya.

"Ahaa! Di sini kau rupanya, Taozi." ujar namja itu tampak senang. Akhirnya setelah ia sempat menjauh dari pohon dimana Tao bersembunyi, namja itu kembali dan menemukan Tao.

"Pa-Pangeran .. ku mohon .. jangan ambil anakku .. apa yang ingin anda lakukan padaku?" Tao bertanya dengan suara bergetar. Antara menahan tangis dan rasa sakit akan kontaksinya yang kian menjadi. Namja cantik itu juga merasa takut luar biasa jika ia akan melahirkan sekarang juga dan namja di hadapannya ini akan membawa anaknya.

"Bukannya itu tidak masalah? Anak yang kau kandung juga anakku."

Pahit dirasa Tao mendengar ucapan namja bernama Kris itu. Benar sepenuhnya jika anak yang dikandungnya adalah anak Kris. Darah daging pangeran brengs*k itu.

Namun Tao tetap bersikeras tidak akan membiarkan Kris membawa anaknya. Karena Kris bukanlah suaminya. Perlu kalian ketahui, Tao adalah korban pemerkosaan yang dilakukan Kris saat namja itu sedang mabuk. Sebelumnya Tao hanyalah gadis berusia 16 tahun yang hidup sebatang kara. Orang tuanya sudah lama meninggal saat ia masih berumur 8 tahun karena sebuah kecelakaan.

Awalnya kejadian pemerkosaan itu hanyalah sebuah kecelakaan. Namun entah bagaimana tiba-tiba saja Kris semakin sering mendatangi rumah Tao pada tengah malam dan memaksa namja itu untuk bersetubuh dengannya. Tao yang hanya rakyat miskin tak dapat berkutik di bawah kukungan sang pangeran.

"Aaarrgghh!" teriak Tao keras saat kontraksi yang dirasanya semakin kuat. Ia merasakan bayinya meluncur melewati pinggangnya. Bersamaan dengan itu ketubannya pecah. Membuat sang pangeran yang melihatnya tampak kesenangan. Sementara Tao memegangi perutnya erat.

Dengan terbata, Tao bertanya pada Kris, "Buk .. kan kah .. aargh .. pangeran tidak menginginkan .. bayi ini?"

Kris tersenyum miring mendengarnya. "Awalnya aku memang ingin membunuh kalian, andaikan saja permaisuri tidak mandul. Tapi kini aku membutuhkan bayi itu. Bukankah kau telah diramal akan melahirkan seorang putra?"

"A-andwae .. aargh .. Pangeran .. jebal .. hiks," mohon Tao yang semakin terlihat kesakitan. Ia bahkan merapatkan kedua pahanya untuk menunda sebentar kelahiran anaknya.

"Lahirkan bayinya sekarang, Tao!"

"Aarrgghh!"

Kris menarik paksa kedua kaki Tao agar terbuka. Ia melepaskan seluruh pakaian bawah namja itu dan menaruhnya tepat di bawah tubuh Tao. Kemudian ia membuka lebar paha Tao. Tao yang mendapat perlakuan itu hanya bisa menangis pasrah. Ia memang harus melahirkan bayinya kini. Biarkan Kris yang membantunya bersalin. Karena hanya ada ia seorang di tengah hutan ini.

Kris mengambil posisi tepat di depan Tao yang kini tengah mengangkang dengan kaki terlipat dan perut yang membuncit. Ini memang kali pertamanya sang pangeran membantu seseorang melahirkan. Namun ia akan berusaha sebaik mungkin, karna ini adalah putranya sendiri.

Kris memeriksa rektum tempat bayinya akan lahir. Tepat sekali, Tao sudah mengalami pembukaan sempurna. Darah beserta ketuban mengalir keluar dari lubang kelahiran tersebut. Ia menyingkap pakaian yang menutupi perut buncit Tao ke atas. Menaruh tangannya di sana, kemudian tersenyum kecil mendapati pergerakan kecil di dalam sana.

"Mulailah mengejan saat merasakan kontraksi, Tao!" suruh Kris yang membimbing Tao dalam persalinan itu.

Tao mengeratkan cengkramannya pada rumput di sekitarnya. Rasa mulas itu spontan menyuruhnya untuk mengejan. Setelah mengumpulkan nafasnya, ia mulai mendorong bayinya.

"Nnnggghhh .. hahh .. hahh .. eemmnngghhhh .. aarrgghh .." teriakan kecil itu lolos begitu saja saat dirasanya kepala sang bayi mulai turun menuju pinggangnya. Kris dengan sabar mengusap-usap perut Tao yang menegang itu.

"Sakh .. khitt .. ennngghhh .. aahh .. hahh .. hiks .."

"Teruslah mendorong!" titah Kris. Tao menggeleng kecil merasakan sakit yang ia derita. Namun, perjuangannya tidak boleh berhenti di sini. Ia membenarkan posisi duduknya untuk mengambil nafas dan kemudian mengejan lagi.

"Ennggghhh .. hahh .. hahh .. ennngghhhh .. aakh .. sakhitt .. eenngghhh .." lubangnya terasa panas seakan terbakar. Lubang kecil itu dipaksa membesar oleh bulatan hitam kecil di balik sana. Sang ibu tau, itu adalah kepala kecil anaknya. Bahkan Kris tersenyum kecil melihatnya.

"Bagus. Aku bisa melihat kepalanya kini," ujar sang pangeran senang. "Dorong lagi, Tao!"

"Nngghhh .. hahh .. hahh .. eemnghhh .." berulang kali Tao mencoba untuk mengejan. Namun hasilnya nihil. Ia tidak bisa mendorong kepala sang bayi keluar. Menit-menit berlalu hingga ia mulai kehabisan tenaga untuk mendorong bayinya lagi. Kris tampak geram melihat Tao yang tak mampu mendorong kepala bayinya.

"Mengejanlah dengan benar, Tao. Jangan terlalu lama. Bayinya bisa kehabisan nafas." Mendengar itu semakin membuat Tao ketakutan. Ia tidak ingin terjadi sesuatu pada bayinya. Maka dengan segenap tenaga yang tersisa, ia kembali membenarkan posisi duduknya. Kris membantu dengan semakin melebarkan kedua kaki Tao.

"Aakkhh .. pangeran .. eemmnngghhh … hahh .. hahh .. eemmnngghh .. akh .. aaaarrggghhh .." Tao mengerahkan seluruh tenaganya demi melahirkan sang buah hatinya. Ia menjerit keras saat dirasanya kepala sang bayi menembus rectum kecilnya beserta seluruh tubuhnya yang ditangkap baik oleh Kris.

"Ooeekk .. oeekkk .." Kris tersenyum lebar mendapati bayi merah berlumuran darah ditangannya menangis kencang. Terlebih bayi yang baru saja dilahirkan Tao adalah namja.

"Hahh .. hahh .." Tao yang masih menetralkan nafasnya menangis haru mendengar suara tangisan bayinya. Ia tersenyum lembut memperhatikan Kris yang dengan telaten membersihkan tubuh sang bayi dan memotong tali pusarnya dengan pisau kecilnya.

"Apakah ia-"

"Ia seorang bayi yang tampan," jawab Kris seakan tahu apa yang ada dalam pikiran Tao. Sang ibu semakin tersenyum bahagia.

Namun senyum itu lenyap seketika saat dilihatnya Kris yang tiba-tiba berdiri dengan membawa bayinya.

"Pa-pangeran, apa yang anda lakukan?"

"Aku akan membawa bayi ini ke kerajaan. Ia akan menjadi putra mahkota. Hidupnya akan menjadi lebih baik jika bersamaku," kata Kris yang langsung melangkah pergi.

Dengan seluruh kekuatan yang masih tersisa, Tao mencoba untuk berdiri dan menahan sang pangeran. Namun, sia-sia sudah, bahkan untuk berdiri saja ia tak sanggup lagi. Tao sempat menangkap kaki Kris dan menangis memohon padanya.

"Tidak Pangeran. Kumohon, jangan pisahkan aku dengan anakku. Hiks.. Kumohon, Pangeran. Hanya ia yang kumiliki satu-satunya di dunia ini. Tolong jangan ambil anakku. Hiks…"

Tanpa memperdulikan Tao lagi, sang pangeran hanya melepaskan cengkraman tangan Tao pada kakinya. Kemudian kembali melangkahkan kakinya dalam hutan lebat itu bersama sang bayi yang sedari tadi tak berhenti untuk memangis. Seakan meminta kepada sang ayah untuk tidak memisahkannya dengan ibunya.

"Maafkan aku, Tao," lirih sang pangeran.

"Hiks .. tidak .. bayiku .. kembalikan bayiku .. hiks .." Tao menangis pilu. Tangannya meremas rumput tebal di sekitarnya untuk meluapkan amarahnya. Ia sekarang merasa telah menjadi seorang ibu yang gagal mempertahankan anaknya.

"Aarrgh!"

Tiba-tiba saja Tao memegang perutnya kembali. Ia merasakan sakit pada perutnya yang masih membuncit itu. Rasanya kembali mulas seperti saat kontraksi akan melahirkan anaknya tadi. Ia mencoba kembali menetralkan kembali nafasnya. Ia merasakan sebuah pergerakan di sana. Sangat pelan, namun ia yakin bahwa gerakan itu timbul karena adanya makhluk di dalam sana.

Tao kembali merangkak menuju pohon tempat ia melahirkan sebelumnya. Ia bersandar dengan nyaman di sana. Mengusap perut buncitnya perlahan dengan rasa mulas yang semakin menjadi lagi.

"Apakah aku akan melahirkan seorang bayi lagi?" tanyanya bermonolog. Tao tersenyum senang di sela tangisnya. Gerakan dalam perutnya terasa nyata. Dan kini ia harus berjuang kembali melahirkan bayinya dengan atau bahkan tanpa bantuan orang lain.

"Bantulah eomma, sayang," ucapnya pada sang bayi.

Tao kembali melebarkan kakinya. Ia juga menyingkap bajunya ke atas. Ia tak yakin apakah ia bisa melahirkan bayinya seorang diri atau tidak. Tapi bagaimana pun juga ia tetap harus mencoba. Ia tidak mau kehilangan bayinya lagi.

Sambil mengumpulkan tenaganya kembali, Tao menunggu kontraksi terbesar untuk dapat mengejan. Ia mengeratkan kedua tangannya pada kedua pahanya sembari memperlebarnya.

"Hufftt .. hufftt .. eemmnngghh .. hahh .. hahh .. eeenngghhh .."

Dalam sekali mengejan, Tao dapat merasakan kepala bayinya yang meluncur melewati pinggangnya menuju rektumnya. Dan kini kepala sang bayi tepat berada di lubang rektumnya. Rasa panas terbakar kembali dirasakannya saat kepala sang bayi berada di sana.

"Aakh .. hiks .." Tao menangis tersedu merasakan sakit teramat itu. Namun ia akui kali ini tidak sesulit bayi pertamanya. Tangan Tao bergerak turun menuju lubang rektumnya. Dari luar, ia dapat merasakan bulu-bulu halus di balik rektumnya. Itu adalah rambut sang bayi, pikir Tao.

Tao berkonsentrasi pada kontraksi berikutnya. Ia mengatur nafas sekaligus mengumpulkan sisa-sisa tenaganya. Ia hanya berharap dapat melahirkan bayi keduanya dengan selamat.

"Emmhh .. eennggghhh .. eenngghh .. aakh .. aaakkhh .." Tao dapat merasakan kepala bayinya perlahan muncul. Tangan kanannya telah bersiap di bawah rektumnya. Namun yang muncul hanya sebatas kepala sang bayi, Tao sudah sangat kelelahan. Ia kembali memangis meraung.

"Hiks .. jebal .. hiks .. sakiitt .. aakh .. eemmnngghh .. eemmnngghh .. aaaaarrgghh .."

"Ooeekk .. ooeekk .. ooeekk .."

Usai sudah perjuangan Tao melahirkan buah hati keduanya. Ia langsung membawa sang bayi ke dalam dekapannya. Mencoba membersihkan tubuh sang bayi dari darah dan lendir semampunya. Ia tak dapat memungkiri rasa bahagianya. Di umurnya yang masih sangat muda ini, ia sudah dapat melahirkan bayi kembar. Sungguh Tuhan sangat membantunya kali ini.

Tao menangis haru sambil mengecupi bayinya dengan sisa tenaga yang ia miliki. Bayinya masih menangis namun ia tak dapat berbuat banyak. Dari kejauhan ia dapat mendengar suara orang-orang. Namun perlahan kesadarannya mulai mengikis. Hingga ia benar-benar tak sadarkan diri. Harapan terakhirnya adalah semoga orang-orang tersebut melihatnya dan mau membantunya.

.

.

~ TBC ~

.

.

Eotte? Eotte? Setelah sekian lama hiatus, author muncul kembali dengan cerita baru. Semoga kalian suka ne. mohon maaf apabila terdapat banyak typo dan alur cerita yang ngawur.

Review juseyo~

Minimal dapet 10 review deh baru author lanjut yeeesss

NB : Author ganti nama (adindaPCy) menjadi ChanChanPCy