No Yuri!

.

.

Disclaimer :: Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Pairings :: SakuHina! #plak! Katanya No Yuri? Iye-iye, XD maksudnya NaruSaku dan SasuHina

Rated :: T

Genre :: Romance

Warnings :: AU, OoC, typo/misstypo (s), gaje, abal, garing, slight humor dikiiiit, dan sederet kekurangan lainnya.

Summary :: Sama seperti judulnya, ini bukanlah cerita percintaan 'antara' Haruno Sakura dan Hyuuga Hinata. Tetapi, ini adalah cerita percintaan 'tentang' Haruno Sakura dan Hyuuga Hinata. Bersahabat sejak duduk di bangku sekolah dasar dan menjomblo sampai saat ini membuat keduanya digosipkan sedang menjalin hubungan 'gelap'. What the—?

Yosh! yonde kudasai, minna~

.

.

.

.

:: One ::

.

.

Gadis yang mempunyai rambut berwarna soft pink itu sedang menahan kesal. Hal itu bisa terlihat jelas dari sepasang mata emeraldnya yang menyipit, kedua alisnya yang hampir bertautan, jemari tangan yang terkepal dan perempatan urat nadi yang terlihat sedikit terbentuk di pelipisnya. dia—

—Haruno Sakura, si ketua klub Karate.

Berbeda dengan si gadis berambut pink, gadis berambut indigo disebelahnya justru menampakkan wajah yang berlawanan. Gadis itu malah menunduk takut-takut. Entah takut pada Sakura atau siapa. Peluh juga terlihat bercucuran di sekitar pelipisnya yang kemudian meluncur ke bawah. Kedua jemarinya sibuk meremas tali tas slempangnya. Dan gadis penakut ini adalah—

—Hyuuga Hinata, sahabat si gadis Haruno.

Lalu, apa yang sebenarnya terjadi di sini?

Mari kita telusuri keadaan di sekeliling kedua gadis yang mempunyai warna rambut berbeda tersebut.

Di pinggir koridor, terlihat sekumpulan gadis-gadis yang melirik takut-takut kearah Sakura dan papan madding yang tertempel di dekat sekumpulan gadis tersebut. Apa ada yang aneh?

Tunggu, yang membuat suasana begitu mencekam bukanlah itu, melainkan sebuah kertas yang tertempel di papan madding. Kertas yang bertuliskan kalau ia, Haruno Sakura, si ketua klub karate nomor 1 di sekolah mereka adalah penyuka sesama jenis dan saat ini tengah menjalin hubungan rahasia dengan Hyuuga Hinata.

What the—!

"M-maaf, Haruno-san."

Sakura mendelik. "Maaf, maaf, kalian pikir segampang itu, hah?" bentaknya pada sekumpulan gadis tersebut yang ternyata adalah anggota klub madding di sekolah mereka.

Suara bentakan itu membuat tubuh gadis-gadis tersebut juga Hinata sedikit bergetar ketakutan. Ia jadi teringat kalau dulu juga ada gossip yang mengatakan kalau sahabat pink-nya itu mempunyai tenaga monster rubah berekor Sembilan karena kekuatan mengerikan Sakura saat gadis itu sedang marah yang tentu saja dibantah oleh Sakura. Tapi, Hinata jadi meragukan kata-kata Sakura saat itu.

"Apa, aHaHhhhh Hah?"

Suara bentakan itu —lagi- membuat Hinata sedikit melirik takut-takut kearah Sakura yang tengah menatap tajam ke sekumpulan gadis-gadis anggota klub madding tersebut. "T-tenanglah, S-Sakura-chan."

Sakura mengalihkan tatapannya kearah Hinata yang langsung menunduk ketakutan. "Bagaimana bisa aku tenang?" tanyanya frustasi. "Ini semua gara-gara gossip sialan itu. lihat saja, kalau kudapatkan orang yang menyebarkan gossip itu—" Sakura berhenti sejenak, digerakkannya lehernya ke kiri dan ke kanan kemudian diangkatnya kepalan tangannya dan dipukul-pukulkannya ke telapak tangannya yang satunya.

Hinata dan sekumpulan gadis anggota madding itu kembali melirik takut-takut kearah si gadis Haruno.

"—akan kubuat dia menyesal seumur hidup."

"Hyaaaaaaaaaa!"

Drap. Drap. Drap.

Sakura menoleh ke tempat sekumpulan gadis-gadis anggota klub madding tadi berdiri, ia mengernyit ketika dilihatnya tidak ada seorangpun dari mereka yang masih berada di sana. Mereka semua sudah kabur rupanya. "Tch, dasar ibu-ibu tukang gossip. Bisanya kabur setelah menebar gossip tak berguna." Sakura menghela napas, kemudian melirik jam tangannya dan memutuskan untuk segera masuk ke kelas sebelum mereka berdua terlambat. Ia kemudian menoleh kearah Hinata yang tidak terdengar suaranya sejak tadi.

"Hinata?"

Namun, ia malah mendapati Hinata yang tergeletak di lantai —pingsan- karena ketakutan.

"Hinata!"

.

.

.

.

"Sakura! Hinata! Aku rindu kalian!" teriak seorang gadis cantik berambut pirang pucat saat dilihatnya kedua gadis itu masuk kedalam kelas mereka. Sudah beberapa hari ini ia, Yamanaka Ino, tidak bertemu dengan kedua gadis itu. Sakura, sejak seminggu yang lalu ada training dengan anggota klub karatenya, sedangkan Hinata tiga hari yang lalu sakit. Dan keduanya baru bisa turun ke sekolah hari ini. Kebetulan sekali, ya?

Sakura mendengus, "Berisik, Ino-pig."

"P-pagi, Ino-chan." Kata Hinata sambil tersenyum lembut. Gadis berambut indigo itu kemudian sedikit bergerak mundur ketika Ino memeluknya tiba-tiba.

"Memang cuma kau gadis yang paling baik, lemah-lembut, dan penyayang, Hinata. Sayang sekali kalau kau digosipkan dengan forehead." Kata gadis itu dengan nada suara yang dibuat-buat. "Aku turut berduka cita," lanjutnya sarkastik yang hanya ditanggapi dengan senyuman tak enak dari Hinata.

"Jangan mencari masalah denganku, Ino-pig." Desis Sakura.

Ino terkekeh pelan. "Baiklah, maaf-maaf." Ucapnya dengan sedikit senyuman manis yang dibuat-buat. Ino tahu betul watak sang sahabat kalau sudah marah, itu sama saja membangunkan singa yang sedang tertidur. Jadi, lebih baik hari ini cukup sekian dulu acara menjahili si rambut pink. "Oh ya, katanya hari ini ada murid baru lho." Lanjutnya.

"B-benarkah?" Tanya Hinata, sedangkan Sakura hanya bersikap acuh mendengarnya. Gadis berambut pink itu rupanya sudah dilanda bad-mood gara-gara kejadian di koridor tadi pagi.

Ino mengangguk. "Kalau tidak salah ada dua orang. Kira-kira mereka laki-laki atau perempuan, ya?" Tanya gadis itu entah pada siapa. "Haa, aku jadi penasaran."

"Kalau begitu, lihat saja nanti." Timpal Sakura dengan wajah acuh seraya mengeluarkan buku paket untuk jam pelajaran pertama hari ini.

"Ah, iya ya." Kata Ino mengiyakan. "Semoga saja—" perkataan gadis itu terhenti ketika salah satu murid laki-laki kelas mereka yang mempunyai tattoo segitiga merah terbalik di kedua pipinya berlari terburu-buru ke dalam kelas.

"Eh, Kiba, ada apa?"

"Kakashi-sensei!" pekik Kiba.

Mendengar itu, sontak semua murid yang tadinya tidak berada 'di tempat' langsung menghambur menuju ke tempat duduknya masing-masing. Termasuk Ino yang duduk di deretan kursi paling depan yang berada di dekat jendela samping kelas. Sedangkan Sakura dan Hinata sudah duduk manis di kursi mereka sejak awal yang berada dua kursi di belakang kursi Ino.

Tidak lama kemudian, seorang pria yang mempunyai rambut berwarna silver masuk ke kelas dengan membawa sebuah buku dan satu novel yang tidak pernah absen ia bawa. Setelah meletakkan buku-buku yang ia bawa, pria yang mereka kenali sebagai Hatake Kakashi —guru sastra- tersantai di dunia itu berdehem sebentar, kemudian menyapukan onyxnya ke seluruh ruangan.

"Pagi, semuanya," Sapanya.

Serentak murid yang kini tengah duduk di hadapannya menjawab. "Pagi, sensei."

"Ah, maaf lagi-lagi aku terlambat. Yah, kalian sendiri pasti tau alasannya…" ujar Kakashi meminta maaf seraya menggaruk belakang kepalanya yang sama sekali tidak terasa gatal.

Semua murid yang kini sedang ia ajar itu terdiam. Memaklumi kebiasaan sang sensei yang memang seperti itu.

"Apa hari ini semuanya hadir?" Kakashi mengalihkan pandangannya kearah pemuda berambut nanas yang tengah duduk sambil bertopang dagu. "Shikamaru, bagaimana?"

Shikamaru menguap sejenak. "Lengkap, sensei."

Kakashi tersenyum puas. "Bagus." Pria itu kemudian menoleh kearah pintu. "Oh ya, anak-anak, hari ini kalian akan kedatangan teman baru. Sensei harap kalian mau menerimanya dengan baik." jeda sejenak. "Masuklah,"

Semua murid menahan napas ketika menanti kedatangan murid baru tersebut. Penasaran. Laki-laki atau perempuan? Lalu bagaimana wajahnya?

Bagai gerak slow motion atau memang semuanya yang sedikit lebay, murid yang ditunggu-tunggu itu akhirnya melangkah masuk. Pantofel hitam mengkilat, kaus kaki putih yang membungkus kakinya yang juga putih, seragam yang rapi dengan blazer yang dibiarkan terbuka —tak terkancing, kedua tangannya yang dimasukkan ke saku celananya, wajah yang datar, bola mata onyx-nya yang tajam, dan rambut ravennya yang seperti… err, chicken butt.

Kakashi tersenyum melihat reaksi yang bermacam-macam dari muridnya. Ia memang sudah menduganya. "Baiklah, anak-anak. Dia adalah teman baru kalian. Silakan perkenalkan dirimu, nak."

Murid baru yang ternyata adalah seorang laki-laki itu menatap datar ke depan kelas. "Namaku Uchiha Sasuke, pindahan dari Otogakure. Salam kenal." Pemuda itu membungkuk sedikit sebagai bagian akhir dari salamnya.

Hening.

"Yah, ada yang ingin kalian tanyakan pada Sasuke?" Tanya kakashi pada semua muridnya.

Hening.

Kakashi mengernyit ketika melihat suasana kelas yang mendadak berubah 180 derajat dari biasanya. Semua muridnya mendadak diam seribu bahasa. Ada yang melongo, blushing tidak jelas —murid perempuan, tidur—pastinya si ketua kelas, dan lain-lain.

Kakashi berdeham, "Baiklah, kalau tidak ada yang ingin kalian tanyakan. Kita akhiri saja perkenalannya sampai disini. Sasuke, silakan kau—"

"T-tunggu, sensei. " seorang murid perempuan berambut merah marun mengangkat satu tangannya.

Kakashi menoleh pada sang murid yang menginterupsi perkataannya. "Ya, Karin?"

"Ada yang ingin saya tanyakan pada U-uchiha-san."

"Baiklah, silakan, Karin."

Karin mengalihkan pandangannya ke Sasuke dengan wajah yang memerah tidak jelas karena apa. Ia menarik napas sejenak sebelum akhirnya membuka mulutnya. "Engg, a-apa k-kau sudah mempunyai… kekasih?"

Sedetik berikutnya, suasana kelas tersebut menjadi gaduh. Ada yang berbisik-bisik, ada yang tidur, ada yang diam saja. Kakashi mengangkat kedua tangannya, berupaya menenangkan seluruh muridnya yang mulai keluar belangnya. "Tenang, anak-anak. Biarkan Sasuke menjawabnya dulu." Kakashi menoleh kearah Sasuke yang masih memasang wajah datar yang sepertinya mulai menjadi trademark-nya. Setelah hening, barulah pria tersebut mempersilakan sang murid baru untuk menjawab. "Silakan dijawab, Sasuke."

Sasuke menatap datar sekelilingnya. "Aku tidak punya kekasih."

Tidak diduga, kelas kembali heboh dengan teriakan murid-murid yang tentu saja berjenis kelamin perempuan. Bagai mendapat durian runtuh, seorang pangeran dari negeri dongeng berdiri di depan kelas mereka dan pindah ke sekolah mereka untuk mencari seorang permaisuri, pikir mereka.

Dan yang penting, dia jomblo.

"Ya, ya, tenanglah, anak-anak," kata Kakashi dengan suara yang sedikit keras karena takut kalah dengan suara heboh semua murid-muridnya yang berbicara tidak jelas. "Sebaiknya, acara perkenalannya kita akhiri sampai disini dulu. Kalau ada lagi yang ingin kalian tanyakan, kalian bisa menanyakannya lagi saat jam istirahat nanti."

Semua murid kembali diam. Kakashi menghela napas melihatnya. Pria yang hampir berumur tiga puluh tahunan itu menoleh kearah Sasuke. "Nah, Sasuke, silakan menempati tempat duduk yang kosong yang berada di belakang Inuzuka Kiba." Kakashi mengalihkan tatapannya kembali kedepan kelas. "Inuzuka Kiba, angkat tanganmu."

Seperti yang diperintahkan oleh sang sensei, Kiba mengangkat tangan kanannya untuk memudahkan Sasuke mencari tempat duduknya.

Setelah memastikan sang murid baru duduk nyaman di tempatnya, Kakashi mulai berdeham dan tersenyum. "Baiklah, anak-anak. kita mulai pelajarannya." Kakashi memberikan jeda sejenak pada murid-muridnya untuk mengambil buku paket sastra mereka masing-masing. "Buka halaman 24, baca terlebih dahulu wacana-nya, kemudian kerjakan soal-soal di bawahnya." Lanjutnya.

Sontak hampir semua murid mendesah keras. Masing-masing mengeluarkan suara protes karena tidak mau mengerjakan. Kakashi hanya tersenyum melihatnya. "Kalau kalian tidak mau mengerjakan, hari ini juga kita adakan test."

Kembali suara protes meluncur dari mulut masing-masing murid di kelas itu. Namun, bedanya kali ini mereka memilih untuk mengerjakan soal-soal saja. Mereka tahu persis, tes dadakan yang diberikan si guru berambut silver itu bahkan lebih mengerikan dua kali lipat daripada soal-soal latihan di depan mereka.

.

.

.

.

Suasana kantin pada saat jam istirahat pertama tampak sangat ramai dikunjungi hampir seluruh murid KHS yang tentunya menderita kelaparan setelah energi mereka habis dipakai untuk mencerna berbagai macam ilmu sejak jam pelajaran pertama dimulai. Semua stand di kantin tersebut tampak penuh dengan murid-murid yang mengantri untuk membeli makanan atau minuman untuk mengganjal perut mereka sebelum kembali menyerap ilmu usai jam istirahat pertama berakhir. Ada berbagai macam makanan, minuman, dan camilan yang tersedia disana. Meja-meja panjang yang tersedia di kantin pun terlihat hampir penuh dengan murid-murid dari berbagai kelas yang sedang duduk dan menikmati makanan mereka. Hal itu seringkali membuat murid yang sudah membeli makanan menjadi bingung harus duduk di mana. Seperti halnya yang terjadi dengan si pemuda raven ini.

Dialah, Uchiha Sasuke.

Jujur saja, pemuda itu merasa sangat terpaksa dan menyesal sekali pada saat ini. Kalau bukan karena cacing di perutnya yang berteriak-teriak minta diisi makanan, Sasuke tidak akan mungkin mau ke tempat ramai seperti ini. Dan ini semua gara-gara Ia bangun kesiangan sehingga tidak sempat untuk sarapan pagi. Sasuke mengernyit heran ketika dilihatnya hampir semua orang yang ada di sekitarnya menatapnya dengan pandangan yang bermacam-macam. Sejujurnya, ia sudah biasa dipandangi seperti ini, terlebih ini adalah hari pertamanya dia bersekolah di sini. Menurutnya, itu adalah hal yang wajar. Tapi, tatapan mereka saat ini seperti ingin memakannya hidup-hidup. Membuatnya jadi ngeri sendiri.

"Uchiha-san! Di sini!"

Sasuke mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya guna mencari seseorang yang memanggilnya tadi. Onyx-nya kemudian mendapati seorang gadis berambut pirang pucat yang duduk bersama dua orang gadis berambut indigo dan merah muda sedang melambaikan tangan kearahnya.

Karena sudah merasa lelah berdiri dan tidak bisa menemukan tempat kosong lagi, akhirnya pemuda Uchiha itu melangkah kearah gadis berambut pirang pucat bersama kedua temannya itu duduk. Tidak terlalu jauh, hanya berjarak tiga buah meja dari tempatnya berdiri tadi.

"Kurasa tempat duduk di kantin sudah hampir penuh. Kalau kau mau, kau bisa bergabung bersama kami," tawar si gadis berambut pirang pucat kepada Sasuke setelah pemuda itu sampai di meja tempat tiga gadis tadi duduk.

"Terima kasih sudah mau mengajakku," kata Sasuke sebelum akhirnya mengambil tempat duduk yang kosong di sebelah seorang gadis berambut indigo.

Ino tersenyum manis seraya menganggukkan kepalanya. "Ya, sama-sama." Katanya sebelum akhirnya menyeruput es jeruk yang dipesannya tadi. "Oh ya, aku Yamanaka Ino. Panggil saja, Ino." Ino kemudian mengalihkan tatapannya kearah dua gadis yang duduk di dekatnya. "Kalau yang pink ini, namanya Haruno Sakura," kata Ino acuh mengindahkan deathglare yang diberikan oleh Sakura. "Dan yang manis ini namanya Hyuuga Hinata."

"Aku Uchiha Sasuke, salam kenal." Kata Sasuke seraya menatap kedua gadis yang diperkenalkan oleh Ino tadi.

"Salam kenal," kata Sakura seraya tersenyum.

"S-salam kenal, U-uchiha-san," kata Hinata dengan wajah yang menunduk. Namun, masih dapat terlihat wajahnya yang sedikit memerah karena malu.

Sasuke mengernyit melihat wajah memerah gadis berambut indigo yang ternyata bernama Hinata itu. "Wajahmu memerah, kau sakit?" tanyanya.

Sontak wajah Hinata semakin memerah dan keliatan gelisah. "A-ano… a-aku…"

"Ah, tidak apa-apa, kok. Hinata memang seperti itu. wajahnya itu memerah karena dia sedang gugup duduk di sampingmu." Ujar Ino.

Hinata mendongak dan menoleh kearah Ino yang tengah tersenyum jahil. Ia kemudian menunduk lagi. "B-bukan begitu, a-aku tidak—"

"Ooy, Sasukee!"

Empat orang yang tadi sedang asyik berbincang-bincang itu langsung menoleh kearah suara yang terdengar sedikit melengking itu. Tidak lama kemudian, terlihat menyembul dari kerumunan murid-murid yang sedang berlalu-lalang, muncullah seorang pemuda berambut kuning cerah jabrik yang terlihat sedang berlari kecil kearah empat orang tadi duduk.

"Hah, akhirnya…" ucap pemuda itu dengan napas yang sedikit ngos-ngosan. "Haah, tadi aku pergi ke kelasmu, ternyata kau tidak ada di sana." Jeda sejenak, "Ah, ya, tumben sekali kau ke kantin, Sasuke." Lanjutnya kemudian mengambil minuman Sasuke dan meminumnya sedikit tanpa permisi.

"Bilang dulu kalau mau minta, Dobe."

Naruto mencibir kesal. "Aku kehausan 'kan gara-gara mencarimu. Masa' minta sedikit saja tidak boleh. Dasar pelit," gumamnya.

"Dobe? Kau murid baru juga?"

Pemuda itu mengalihkan tatapannya kearah Ino yang memasang wajah kebingungan, kemudian nyengir. "Ah ya, aku lupa." Pemuda itu menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. "Namaku Uzumaki Naruto, pindahan dari Otogakure, sama seperti Sasuke. Salam kenal, semuanya."

Ino tersenyum manis. "Aku Yamanaka Ino, yang ini Haruno Sakura, dan yang Ini Hyuuga Hinata." Kata gadis itu seraya menunjuk Sakura dan Hinata bergantian.

Srekk.

Ino mendongak kearah Sakura ketika dilihatnya gadis itu berdiri dari tempatnya. Begitu juga dengan yang lainnya. "Kau mau kemana?"

"Aku duluan ke kelas, ya. Ada yang harus ku selesaikan sebelum bel masuk berbunyi." Pamit gadis itu, sebelum akhirnya melangkah meninggalkan Ino dan yang lainnya.

"Dia kenapa? Apa dia tidak suka denganku?" Tanya Naruto pada Ino. Ia jadi merasa tidak enak dengan gadis berambut pink itu yang tiba-tiba pergi setelah ia datang untuk bergabung.

"Ah, tidak. dia memang sedang ada masalah akhir-akhir ini. jangan khawatir," uajr Ino menenangkan.

Mendengar itu, akhirnya pemuda berambut pirang jabrik itu hanya menganggukkan kepalanya saja. Meskipun begitu, rasa tidak enak masih saja menyusup di hatinya.

.

.

.

.

"Hyuuga,"

Hinata baru saja selesai menghapus papan tulis di kelasnya saat didengarnya suara seseorang memanggilnya dari arah pintu kelas. Gadis berambut indigo itu menoleh dan mendapati seorang pemuda berambut raven memanggilnya dan berjalan masuk ke dalam kelas.

"U-Uchiha-san, b-belum pulang?"

"Hn," gumam pemuda itu seraya mengambil tas sekolahnya yang ternyata masih ada di bangku pemuda itu sendiri. Hinata bahkan baru menyadari ada tas Sasuke disana.

"Kau piket sendirian?" Tanya Sasuke heran ketika melihat hanya gadis itu saja yang membersihkan kelas saat ini.

"Y-yang lain a-ada urusan mendadak. J-jadi, pulang lebih dulu."

Sasuke melirik jam dinding di kelas mereka sebelum akhirnya membuka suaranya. "Cepat selesaikan, setelah itu pulang." Perintahnya.

Hinata terdiam sesaat sebelum akhirnya mengiyakan perintah Sasuke. Namun, kegiatannya kembali terhenti ketika dilihatnya Sasuke yang masih berdiri di depan pintu sambil bersandar.

"K-kenapa Uchiha-san masih di sana?"

Sasuke mengernyit. "Kenapa bertanya? Tentu saja aku menunggumu."

"E-ehh?" Wajah Hinata langsung memerah mendengar jawaban dari pemuda raven itu yang mengatakan sedang menunggunya. "T-tapi—"

"Tidak usah banyak bicara, Hyuuga. Lebih baik cepat kau selesaikan, setelah itu kita pulang."

Hinata tidak tahu harus menyebut hari ini sebagai hari keberuntungannya atau bukan. Tapi yang jelas, pulang bersama Uchiha Sasuke benar-benar di luar perkiraannya.

"B-Baik."

.

.

.

.

Sakura menghela napas. Saat ini, Ia baru saja selesai latihan karate selama hampir satu jam setengah sejak jam pulang sekolah tadi. Sakura mau tidak mau harus latihan selama itu karena sebentar lagi —sekitar lima minggu lagi- akan diadakan kejuaraan karate tingkat daerah. Sakura tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini karena sudah dua kali pada turnamen sebelumnya ia kalah di babak semi final. Jujur saja, bukan hanya itu yang membuatnya capek. Gossip yang beredar akhir-akhir ini pun cukup mempunyai andil di dalamnya. Sakura menghela napas sebelum akhirnya mengambil botol minuman yang terletak di sampingnya dan meminumnya hingga hampir setengahnya.

"Sepertinya kau benar-benar kelelahan,"

Sakura menoleh ke sebelah kanannya, ia kemudian mendapati seorang pemuda jabrik yang tadi siang bertemu dengannya di kantin. Tunggu, siapa namanya? Sakura lupa, ia memang tidak mendengarkan saat itu.

"Aku Uzumaki Naruto, kalau kau lupa." Ucapnya seolah bisa membaca pertanyaan yang berkecamuk di dalam pikiran gadis itu. "Boleh aku duduk?"

"Ya, silakan."

"Kau baru selesai latihan?" Tanya Naruto setelah duduk di samping Sakura yang hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh gadis berambut pink itu.

"Oh ya, Haruno-san," pemuda itu berhenti sejenak sebelum akhirnya melanjutkan kata-katanya kembali. "Ngg… bolehkah aku memanggil nama kecilmu saja? Jujur saja, aku tidak terlalu suka memanggil nama marga seseorang. Tapi, tidak apa-apa kalau kau tidak mau, Aku tidak akan memaksa."

Sakura menoleh kearah Naruto sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Tidak apa-apa, panggil saja."

Naruto tersenyum lebar mendengarnya. "Baiklah, kalau begitu, kau juga boleh memanggilku Naruto, Sakura-chan."

Sakura terdiam sesaat sebelum akhirnya tertawa kecil. "Baiklah, Naruto."

"Ternyata memang benar," gumam Naruto membuat Sakura kembali mengalihkan tatapannya kearah pemuda itu. wajah gadis itu mengernyit ketika dilihatnya Naruto yang malah nyengir.

"Aku sudah menduga bahwa kau lebih cantik kalau sedang tersenyum, Sakura-chan."

Sedetik kemudian, wajah Sakura langsung merona merah. Ia tidak tahu kenapa tiba-tiba pemuda itu memujinya atau merayunya. Ini memang bukan yang pertama kalinya ia diberi pujian ataupun rayuan seperti itu, tapi, ini adalah yang pertama kalinya seorang pemuda yang mengatakan hal itu kepadanya dengan wajah innocent-nya.

"S-sebaiknya, aku pulang dulu, Naruto." Sakura sudah hendak berdiri ketika tiba-tiba pergelangan tangannya ditahan oleh pemuda itu.

"Tunggu dulu, Sakura-chan. Kenapa buru-buru? Apa aku mengganggumu?"

Sakura menggeleng-gelengkan kepalanya dengan gelisah seraya tersenyum dipaksakan. "Bukan, a-aku hanya sedikit kelelahan saja."

"Ah ya, benar juga. Aku juga sudah mendengarnya."

Sakura mengernyit. "Mendengar apa?"

"Tentang berita antara kau dengan Hinata-chan."

"Apa!" pekik Sakura, kaget. Padahal baru saja beberapa menit yang lalu ia lupa dengan hal itu, tapi pemuda jabrik kuning ini kembali membuatnya teringat hal itu. Sakura menghela napas. "Tapi, itu cuma—"

"Tidak apa-apa, Sakura-chan. Kau tidak usah malu padaku." Pemuda itu berhenti sejenak sebelum akhirnya wajah tan itu berbinar. "Ah ya, aku punya ide!"

"Hah?"

Naruto menatap Sakura seraya tersenyum lebar. "Bagaimana kalau Sakura-chan dan aku pacaran saja? Jadi kau kan bisa menyangkal gossip itu."

"Apa? Pacaran?"

.

.

.

.

:: To Be Continued ::

.

.

Author's Note :: Aye-aye, minna~! Saya balik lagi dengan sebuah fic dan kali ini bukan one-shot! Saya nggak tau juga ini bakal jadi two-shots, three-shots, atau malah multi-chaps, tapi yang jelas, ini bukan one-shot! Hurray! *dilempar sandal*

Oh ya, maaf saya baru bisa bikin fic lagi. Saya bener-bener nyolong waktu buat ngetik karena kesibukan tidur di siang hari dan kerja di malem harinya *?* yang bener-bener bikin saya nggak mood buat ngetik. Untungnya, setelah say abaca ulang review teman-teman semua di tiga fic saya yang terdahulu udah bikin saya semangat buat ngetik lagi. So, hontou ni arigatou, minna-chan!

And… this is it! fic AU pertama saya dengan tokoh utama Sakura ama Hinata. Jadi, nanti bakal di ceritain gimana cerita cinta tentang mereka berdua. Baydewey, maaf kalau ide ceritanya pasaran, Cuma ini yang bisa saya buat soalnya. Hehe

Yosh, buat teman-teman yang berniat membantu saya untuk melanjutkan fic ini harap review sebagai tanda persetujuan…

See ya, minna~!