Matahari?!

by kazehayaza

Naruto is Kishimoto-sensei's

There's OOC and typos,

And this is my first drabble, i think it not as good as my usual fic,

But, please enjoy the story :D

.

.

Sakura berlari kecil sambil sesekali melirik jam tangan yang melingkar di lengan kirinya. Lima puluh menit menuju bel masuk. Ditambah waktu toleransi keterlambatan sepuluh menit. Belum lagi bus yang tidak tahu akan muncul kapan, juga jalanan yang tidak bisa ditentukan kepadatannya. Fiuh, ia mengutuk alarm kataknya. Besok-besok ia akan lebih memilih alarm di ponselnya dibandingkan katak tua yang sepertinya sudah butuh pensiun!

Beruntung, sebuah bis berwarna biru melintas tepat saat ia baru akan menyeberang. Ia meneriaki paman sopir yang langsung 'ngeh' dan menunggu ia menyeberang.

"Terima kasih, paman!" seru Sakura senang dan dibalas senyuman maklum pak sopir. Ia langsung menduduki satu-satunya kursi kosong, seat untuk dua orang. Ia mengambil bagian dalam yang dekat jendela, jaga-jaga jika ada penumpang lain yang membutuhkan tempat duduk.

Dan benar, tak lama kemudian seorang penumpang naik dan menempati tempat kosong di sebelahnya. Sakura yang sudah larut dalam bacaannya tak mempedulikannya. Sampai penumpang itu—cowok—menegurnya.

"Bisa tukar tempat? Disitu kena matahari, nggak pantas cowok adem-ademan tapi cewek malah kepanasan."

Entah apa hubungan antara Sakura, bus biru, telat dan kesialan. Tapi yang jelas saat ini gadis dengan emerald itu tidak bisa tidak terkejut dan kesal, serta merutuki ketidakberuntungannya.

Coba tebak.

Sasuke—si Uchiha itu—sedang berdiri di hadapannya, tersenyum, dan memintanya bertukar kursi karena matahari!

Ugh, Sakura ingin mengubur kepalanya dalam pasir seperti burung unta. Sekarang. Saat ini juga.

Tapi tak urung iapun berdiri dan membiarkan Sasuke menempati bagian dalam.

Sakura melanjutkan bacaannya yang tertunda dan mencoba mengabaikan cowok di sebelahnya yang sesekali melirik padanya lewat sudut mata.

Kelamaan, Sakura merasa gerah. Tidak nyaman dan kikuk dengan keadaan awkward ini, Sakurapun akhirnya menutup bukunya dan memasukkannya ke dalam tas ranselnya.

Syukurlah, gerbang utama Universitas sudah terlihat. Sakura bergegas memakai tasnya dan berjalan mendekati pintu depan dengan sedikit tergesa tanpa menoleh sedikitpun pada Sasuke. Ih, lagian siapa yang nggak bakal kikuk jika harus bertemu terus-terusan dengan mantan? Eh, bukan mantan juga sih. Sebenarnya selama ini hubungan mereka belum putus secara resmi. Masih menggantung tidak jelas. Tapi Sakura merasa sangsi juga mengharapkan kelanjutannya.

"Universitas Konoha!" seru Sakura. Paman sopir segera menepikan busnya dan memencet tombol untuk membuka pintu. Sakura tersenyum lega, dan melenggang turun dengan cepat. Jangan lupa, si Sasuke itu juga turun disini.

Tiba-tiba tubuh Sakura tertahan. Seseorang menarik tasnya hingga tubuhnya mundur beberapa langkah.

"Nggak usah salting gitu deh," dengus Sasuke.

"Siapa yang salting? Kamu tuh yang caper! Pake acara narik segala!"

Sreet. Sasuke menarik resleting tas Sakura yang ternyata terbuka.

"Ih, kegeeran." sahut Sasuke ringan sambil mendahuluinya. Senyum geli terpatri di wajahnya.

Ugh, shannaro!

.FIN.