Prittt...
Peluit panjang sudah berbunyi. Wasit dengan suara cempreng yang ditegaskan berucap, "Pertandingan persahabatan antara Fukurodani dan Nekoma dimenangkan oleh Fukurodani."
Langsung saja sorakan kemenangan berkumandang di gymnasium. Tentu saja yang mendominasi teriakan tersebut adalah... kapten burung hantu yang dengan gilanya berteriak memutari lapangan sambil mengajak menari sang setter. Setter yang ternyata diketahui merangkap sebagai babysitter si kapten pun hanya pasrah.
"HOOT! HOOT! AKAASHI BERSORAKLAH DENGANKU! HOOT! HOOT!" si kapten masih gencar menyuruh Akaashi—setter fukurodani—untuk melakukan hal gila.
"Aku tidak akan berteriak seperti itu Bokuto-san." Dan dijawab dengan nada sedatar lantai gymnasium yang kini diinjaknya.
"Lagi pula Bokuto-san, kita harus cepat-cepat berbaris." Ucap Akaashi lagi.
Seketika Bokuto berhenti dari acara "dansa sepihaknya" dan dengan wajah bodohnya berlari ke sisi lapangan dan berteriak, "HEY HEY HEY, KITA HARUS BARIS HEY! AKAASHI KAU JUGA CEPATLAH BARIS, JANGAN TERLALU LARUT DALAM EUFORIA!"
'bolehkah aku mengundurkan diri sekarang?' batin Akaashi nelangsa.
Acara salam salaman yang ternyata diadaptasi dari kegiatan halal bihalal saban tahun itu berhasil membuat wajah Bokuto yang sebelumnya bodoh menjadi idiot. Kemunduran image yang patut disayangkan. Bahkan ia sempat berpikir untuk mengajak seluruh orang di gymnasium untuk ikut bersalaman, hitung-hitung mengurangi dosa katanya.
Melihat tampang Bokuto yang terus berganti-ganti macam komputer error tersebut, Akaashi hanya menghela napas. Sudah biasa, sudah biasa, begitu kata batinnya. Hingga ia dikagetkan karena hidung mancung yang diam-diam ia banggakan sukses menabrak badan Bokuto.
"Ada apa Bokuto-... san?" Akaashi hanya melongo melihat kapten nya berwajah blank.
Di dorong rasa penasaran, Akaashi melihat ke arah pandang Bokuto, 'apa yang salah? Tunggu, apa yang salah dengan bersalaman? Memang siapa yang bersalaman dengan Bokuto-san?' Akaashi meninggikan pandangannya, bertemu pandang dengan sepasang mata hazel yang berkilat bingung.
"Anoo kenapa dengan kaptenmu? Setter-san." Tanya orang itu.
Akaashi segera melakukan scanning kilat, 'orang ini lebih tinggi beberapa cm dari Bokuto-san, matanya hazel dan berbentuk seperti... kucing? Rambutnya hitam arang bermodel... ayam? Jengger ayam? Apa ini yang dinamakan dengan kucing garong? Waw, aku syok.'
"Ahh, maafkan Bokuto-san. Dan Bokuto-san ayo kembali, kita harus segera pulang." Akaahi menepuk pelan pundak Bokuto.
Dan Bokuto hanya bisa menurut saat Akaashi menggandeng pergelangan tangannya. Tak elak membuat sisa pemain di gymnasium tersebut berpikiran sama "apa ini yang dinamakan kedekatan antara ibu dan anak laki-lakinya?"
Skip Time
Ada yang aneh dengan Bokuto-san. Sejak insiden besalaman dengan kucing garong minggu lalu. Apa jangan-jangan kucing garong itu terinfeksi rabies? Dan sekarang menular ke Bokuto-san? Tapi apa bisa? Bokuto-san kan burung bukan kucing... tapi kalau burungnya besar bisa terinfeksi kali ya? Akaashi terus diam selama sisa makan siang di kelasnya. Bertopang dagu sambil melihat ke arah luar jendela. Hingga seorang teman sekelasnya menginterupsi,
"Err... Akaashi-san kenapa kau duduk di bangkuku?"
"Maaf, untuk sesaat aku ingin merasakan jadi pemeran utama yang duduk di dekat jendela."
"Uhmm" si penanya yang tidak penting siapa identitasnya hanya bisa memasang wajah canggung.
"Aku harus bertemu Bokuto-san." Akaashi beranjak dan segera berlari ke kelas Bokuto, saking cepatnya ia berlari hingga si penanya tidak penting tadi berteriak,
"AKAASHI-SAN KAU HARUS IKUT KLUB LARIKU!" ternyata si penanya adalah ketua klub lari perempuan.
Butuh waktu sekitar sepuluh menit bagi Akaashi untuk sampai di kelas Bokuto, dan dengan kuang ajarnya menggandeng pergelangan sang kapten tak sesemangat biasanya. Mengajaknya ke atap, mengundang pertanyaan teman sekelas. "Apa Akaashi akan menyatakan perasaan?"
"Jadi Bokuto-san apa yang membuatmu begitu lesu selama seminggu ini?" Akaashi bertanya datar,
Mereka berdua duduk memeluk kaki di atap, memandang langit biru, ke arah dua ekor burung yang sedang bertengkar di udara. 'aku bertaruh bahwa burung yang lebih besar yang akan menang' Akaashi diam-diam membatin, berpegang teguh pada teori yang besar yang menang. Entah apa maksudnya.
"Nee Akaashi... langitnya indah ya?" Bokuto berujar pelan.
"Awannya terlihat lembut ya?" ucapan kedua Bokuto membuat Akaashi menoleh padanya.
"Kau tahu apa yang lebih indah dai pemandangan ini? Yang lebih lembut dari awan itu?" Bokuto lanjut berpuisi, membuat Akaashi bertanya dalam hati 'sejak kapan kaptennya kenal konsep romantis?'
"Aku tidak tahu Bokuto-san." Akaashi menjawab dengan sedikit nervous, apa mungkin Bokuto-san menyimpan perasaan padanya? Karena tangan milik Bokuto menggenggam tangannya erat.
"Apa Bokuto-san? Apa yang melampaui indahnya pemandangan ini?" Hati Akaashi makin ketar ketir saat jari Bokuto mengusap pelan miliknya.
Bokuto menoleh, memasang tampang serius yang menambah kadar ketampanannya, mengunci pandangan.
"Kapten Nekoma." Bokuto menjawab dengan nada serak yang seksi nan romantis, namun berhasil membuat suasana hati Akaashi berteriak 'ARE YOU F*CKING KIDDING ME!'
"Ada apa dengan kapten Nekoma Bokuto-san?" Akaashi berhasil menguasai hatinya.
"Tangannya lembut Akaashi, aku bahkan sampai melupakan fakta kalau ia seorang atlet voli. Apa ia sering melakukan perawatan di Korea? Kenapa bisa lembut sekali?"
Dan Akaashi terpaksa mendengar celotehan Bokuto tentang kapten Nekoma. Sepertinya Akaashi harus siap jikalau kapten nyentriknya meminta bantuan untuk pdkt.
TBC
Ahhh maaf kalau Rika-chan nyampah di sini. Mana humornya garing, soalnya ini pertama kalinya Rika-chan bikin humor. Alurnya juga kecepetan, ish ish ish /plakk
Umm ini mungkin bakal multichap, dan mohon maklum karena Rika-chan lagi suka ama uke!Kuroo terutama Bokuroo YEY/digampar
Udah segitu ajahh jangan lupa RnR ya!
