"Antarkan ini ke meja nomor 8."
"Baik."
Dengan tergesa gesa Baekhyun—nama gadis itu—berjalan menuju meja nomor 8 yang disebutkan oleh sang bartender. Baekhyun sesekali melirik ke kanan dan ke kiri dimana sekelilingnya terdapat banyak gadis yang sudah bertelanjang dada dan bahkan payudara mereka tidak tertutupi apapun. Hanya berbalut celana dalam dan sebuah topeng. Seenaknya saja pria hidung belakang di sebelahnya menghisap dan memainkan payudara tersebut. Ah mungkin karena mereka semua ini adalah pelacur.
Baekhyun mendesah pelan dibalik topengnya dan menggelengkan kepalanya. Ia harus fokus pada minuman yang ia bawa.
Baekhyun terkejut ketika melihat meja nomor 8 ini adalah seorang pria yang tengah di duduki sang wanita dan menghisap payudara sang wanita dengan nafsu. Ia menghisap yang kanan sementara payudara yang kiri, putingnya ia mainkan menggunakan tangannya. Sang gadis yang payudaranya dihisap hanya bisa mendesah dan meremas rambut brunette yang dimiliki sang pria. Sehingga Baekhyun tidak bisa melihat jelas siapa yang wanita ini. Ia hanya bisa melihat sebelah mata sang pria yang tertutup diliputi nafsu.
Baekhyun berdehem, memecah keheningan, yeah—walaupun di club ini musiknya sungguh besar. "Tuan dan Nyonya, ini minumannya." Ya, gadis pembawa minuman harus mengatakan 'Tuan' dan 'Nyonya' walaupun nyonya tersebut adalah perkerja di klub ini—menjadi pelacur tepatnya—
Baekhyun segera meletakkan minumannya karena tidak ada pergerakan yang dibuat oleh mereka berdua. Baekhyun tahu mereka diliputi nafsu jadi ia tidak terlalu peduli jika pembicaraannya tidak dijawab. Baekhyun harus fokus, ia tidak ingin kehilangan pekerjaannya. Pernah Baekhyun punya niatan menjadi pelacur karena gajinya sungguh besar, tapi Baekhyun urungkan niatnya. Ia tidak ingin berkerja menjual diri. Cukup dengan mengantar minuman, walaupun gajinya tidak seberapa. Setidaknya ini cukup untuk Baekhyun yang tinggal sendiri.
Tanpa Baekhyun sadari, si pria itu membuka matanya dengan mulut yang masih menghisap payudara si wanita. Ia melihat pergerakan Baekhyun yang meletakkan minuman dengan sebelah matanya. Ketika Baekhyun sudah selesai membungkuk memberi hormat, tidak sengaja mata mereka berdua bertemu dan membuat Baekhyun tergesa gesa meninggalkan mereka.
Dan pria ini tahu, apa yang membuat Baekhyun cepat cepat menghindarinya ketika mata mereka bertemu.
Bola matanya yang berubah menjadi merah darah.
You Don't Know Who I Am
ChanBaek!
EXO fanfiction
Chapter 1
Tahun 1916. Eropa
"Hey, itu mainanku!" Bentak seorang bocah berusia empat tahun pada sang kakak yang merebut mainannya. Kemudian ia menggerakkan tangannya hingga memunculkan sebuah angin besar dan menghantam tubuh sang kakak hingga punggung sang kakak menabrak tembok. Hantaman tersebut sungguh kuat sehingga sang kakak kembali terjatuh dengan tengkurap lalu terlihat tembok yang retak. Sang adik tersenyum senang dan menggerakkan mainan tersebut berjalan menujunya dengan menggunakan pikiran.
"Sialan." Desis sang kakak marah. Ia mengepalkan tangannya dan meninju lantai dan membuat sebuah retakan. Dimana retakan ini merambat terus hingga akhirnya sampai di sebuah vas besar dan vas tersebut pecah. Bocah berusia lima tahun itu bangkit menuju adiknya yang sedang bermain dengan mainannya. Sebuah api besar muncul di telapak tangannya.
"Wow, wow. Don't do that. My little brother," Seseorang muncul tiba-tiba dengan merentangkan tangannya. Bocah berusia enam tahun menghentikan kegiatan adiknya yang ingin membakar adik bungsunya. Ia mendengus, ia kewalahan menghadapi kakak pertamanya ini karena sang kakak pertama selalu muncul tiba-tiba.
"Minggir atau aku akan membakarmu juga." Desisnya tajam dengan Clyde—sang kakak pertama— Clyde hanya menyeringai sehingga terlihat taring tajam yang keluar dari mulutnya. Melihat itu Gavin—sang pembawa api—menjadi marah, ia menaikkan satu kakinya hendak membuat sebuah getaran hebat ditanah.
Sebelum Gavin menginjakkan kakinya, ia sudah menjadi beku ketika Clyde mengeluarkan sebuah es dari tangannya yang membuat Gavin membeku dengan gaya kaki diatas. Clyde hanya bisa menghela nafas sambil mengusap dadanya. Sebuah cahaya datang dari atas Gavin, mencoba mencairkannya yang tengah membeku. Clyde tahu, bahwa itu adalah perbuatan adik bungsunya.
Ia menoleh kebelakang melihat Neron—adik bungsu—tengah tersenyum gembira dengan tangan yang mengeluarkan cahaya menuju Gavin yang perlahan-lahan mencair.
"Apa yang kau lakukan?"
Tatapannya menjadi sedih ketika melihat sorot tajam kakak sulungnya. "Aku hanya ingin membantu kakak…" Ia menghentikan pembicaraannya. Tatapannya yang sedih menjadi tersenyum menyeringai dan taring keluar dari bibir kecilnya, "…untuk membuat kalian saling mencabik-cabik tubuh kalian sendiri." Lanjutnya dengan menjilat bibirnya.
"Sialan." Desis Clyde tajam. Ia tidak menyangka jika Neron berbuat seperti ini, padahal ia sudah membantu Neron—well bukan membantu Neron. Hanya saja ia malas jika harus membantu adiknya membersihkan diri ketika Gavin membakarnya. Karena kejadian itu sudah pernah dialami ketika Gavin yang membakar adiknya kemudian sang adik menjadi kesakitan dan terbentuklah angin topan yang dahsyat sehingga meruntuhkan banyak rumah. Neron kembali dengan tatapan sedihnya ketika melihat Gavin yang sudah selesai mencair.
"Jadi, mari kita lanjutkan permainan kita tadi, my lovely brother," Gavin mempersiapkan diri dengan mengeluarkan sebuah api di seluruh tubuhnya. Namun Clyde tidak kalah takut. Ia tidak akan takut pada siapapun, ia menantang adiknya untuk berkelahi. Ia membuat seluruh tubuhnya menjadi sengatan listrik. Neron bertepuk tangan dengan senang. Seolah-olah ia tidak peduli jika kakaknya mati atau kesakitan. Well dia suka hal hal seperti ini. Ia pun duduk diantara kakak-kakaknya yang sedang menyiapkan kuda kuda untuk bertarung di dalam rumah.
"Aku akan memakai time control, setidaknya itu tidak akan sakit bagimu. Aku pastikan kau akan terbangun dengan wajah babak belur."
"Wah, kakak curang!" Ujar Neron dengan memajukan bibirnya, ia ingin mereka berdua yang bertarung bukan hanya satu orang yang memukul lawannya. Ini tidak akan seru. Gavin mempunyai sebuah kekuatan time control. Jika Gavin menggunakannya, otomatis Neron tidak bisa melihat Gavin yang memukul Clyde. Sudah pasti bahwa Neron menjadi berhenti karena time control Gavin.
"Sebelum kau memakai itu, aku akan berteleportasi agar kau tidak akan menemukanku dimana-mana."
"Wah, kakak juga cur—"
"DIAM!" Bentak mereka berdua sengit menatap Neron yang memeluk mainannya dengan menunduk. Ia menangis dibentak oleh kedua kakaknya. Memang, Neron cepat sekali terbawa suasana. Tiba-tiba hembusan sebuah angin menerpa seluruh barang-barang dirumah dengan pelan. Clyde dan Gavin melotot bersamaan ketika hawa angin menusuk sekujur tubuhnya. Sebelumnya, Neron pernah meruntuhkan rumah dengan anginnya yang perlahan-lahan menjadi sebuah angin topan.
"Neron, kakak bilang berhenti sekarang juga!"
"Neron, tenanglah! Maafkan kami!"
"Hiks… Hiks.. kakak jahat, kakak tidak sayang Neron lagi." Neron mengangkat kepalanya menatap kedua mata kakaknya. Melihat mata Neron yang sembab berwarna merah darah, mereka ketakutan jika Neron memunculkan angin topannya didalam rumahnya. Sudah pasti Clyde dan Gavin dapat hukuman oleh sang ayah.
"Neron tenanglah!"
"Ah….hen..tikan…ssayang…"
Tiba-tiba angin yang dikeluarkan Neron menjadi berhenti. Neron mengangkat kepalanya yang sempat ia tundukkan menatap kedua sang kakak yang mematung lega. Sorot mata Neron memperlihatkan kebingungan dan membuat kedua kakaknya menjadi bingung dengan tingkah laku Neron.
"Ada apa?"
"Kakak dengar suara itu?"
Kedua alis tebal Clyde menyatu, bingung akan perkataan adik bungsunya.
"Ssh.. sayang sudahlah… akh.."
"Aku mendengarnya! Ayo kita lihat." Mereka bertiga segera berlari ke tangga untuk melihat apa yang terjadi di lantai atas. Clyde, Gavin, dan Neron mendengar suara perempuan yang mendesah. Rasa penasaran mereka sangat besar dengan suara perempuan itu. Apa yang dilakukannya?
Mereka bersembunyi di belakang tiang besar dan melihat sang ayah tengah menindih perempuan dan menghisap payudaranya. Mereka melotot kaget dan tidak mengerti dengan apa yang dilakukan sang ayah. Clyde yang kesal karena susu ibunya diambil oleh sang ayah beranjak dari persembunyiannya. Gavin yang melihat Clyde beranjak segera memegang lengan kakaknya dibantu oleh Neron. Clyde akhirnya menghilang, dan mereka menghela nafas. Bodoh jika menahan kakaknya karena kakaknya mempunyai teleportasi.
"Mama!"
Clyde muncul didepan sang ayah dan sang ibu. Sang ayah berhenti menghisap payudara istrinya dan menatap anaknya dengan tersenyum. Sementara sang ibu menutup matanya keenakan akan remasan suaminya. Clyde melihat banyak susu yang keluar dari payudara sang ibu dan juga puting memerah akibat remasan dan hisapan ayahnya.
"Mama bilang susu itu hanya untukku! Kenapa kau berikan pada papa?!" Ayahnya bangkit dan mengusap rambut blonde milik sang anak membiarkan istrinya terlentang dengan keadaan yang mengenaskan tanpa pakaian atas.
"Begini, vampire tidak hanya menghisap darah tetapi juga menghisap susu yang langsung dari payudara wanita. Jika kalian ingin menjadi kuat minumlah susu wanita berkualitas sebanyak banyaknya. Mengerti?" Clyde mengangguk pelan. Pantas saja ketika ia menghisap payudara ibunya, Clyde merasa terlahir kembali. Kekuatannya menjadi kuat dibandingkan sebelumnya, apa bila Clyde sudah lama tidak minum susu ia akan menjadi lemah.
"Gavin dan Neron, kalian mengerti maksud papa?" Sang ayah ternyata tahu bahwa Gavin dan Neron sedang bersembunyi di balik tiang. Keduanya mengangguk dan memunculkan batang hidungnya pada sang ayah.
"Anak pintar." Seringai tajam muncul di wajah sang ayah menampilkan taringnya yang tajam.
.
.
.
Tahun 2015 mereka ahirnya kembali ke tempat asal mereka setelah sekian lama tidak menginjak tanah ini.
Korea.
Vampire berhenti tumbuh jika ia sudah mencapai tujuh belas tahun. Sedangkan mereka bertiga sudah lebih dari tujuh belas tahun. Hanya saja agar tidak ada kecurigaan maka Clyde menjadi anak delapan belas tahun, Gavin menjadi anak tujuh belas tahun, sementara Neron menjadi anak enam belas tahun. Maka dari itu mereka harus berpindah pindah negara agar tidak ada orang yang mencurigai keberadannya.
Clyde bisa kita sebut Kris Park
Gavin bisa kita sebut Park Chanyeol
Neron bisa kita sebut Park Sehun
Baekhyun mengusap keringatnya menggunakan sapu tangan putih yang ia miliki. Ia melirik jam tangannya, jam menunjukkan pukul 01.00 pagi. Baekhyun kelelahan. Apalagi besok Baekhyun harus sekolah, jadi ia harus membagi waktunya dengan baik. Ia membungkuk pada bosnya untuk berpamit pulang dan segera melangkahkan kakinya keluar dari XOXO Club.
Ia merapatkan jaketnya ketika hawa dingin menyelimuti tubuhnya. Baekhyun mengaitkan kedua jarinya dan berdoa semoga ia diberi keselamatan agar sampai di apartementnya dengan selamat. Setelah selesai berdoa, ia membenarkan letak tas dan berjalan menuju apartement kecilnya.
Baekhyun sesekali menoleh kebelakang ketika ia mendengar suara langkah kaki selain dirinya. Baekhyun menjadi sedikit takut ketika hawa dingin menusuk tubuhnya dan suara langkah kaki yang semakin dekat. Baekhyun segera berlari.
GREP!
Baekhyun melotot ketika sebuah tangan akhirnya mendarat di pundaknya. Tangan itu memaksanya berbalik dan akhirnya Baekhyun berbalik menampilkan tiga pria sedang menatapnya lapar.
"Kami ingin menghisap payudaramu nona. Bisakah kau memberikannya pada kami?"
BUAK!
Baekhyun menendang wajah pria itu menggunakan satu kakinya. Ia memegang tasnya erat erat dan segera berlari menjauh dari ketiga pria mesum ini. Untung saja Baekhyun mempelajari bela diri sewaktu ia kecil untuk berjaga-jaga keselamatannya.
Pria yang wajahnya ditendang segera mendengus ketika hidungnya mengeluarkan darah. Ia segera menjilat darah tersebut dan mengeluarkan taring panjangnya. Ia marah, baru kali ini sang mangsa menendangnya dan tidak takut padanya. Ia memerintahkan dua anak buahnya untuk mengejar Baekhyun.
Baekhyun menangis sambil berlari, ia terlalu takut untuk melihat kebelakang. Karena langkah kaki mereka terdengar dekat, padahal Baekhyun merasa ia sudah jauh dari mereka setelah kejadian tendangan.
BRUK!
Satu pria jatuh ketanah diantara Baekhyun yang berlari dan ketiga vampire yang ingin memangsa Baekhyun. Ia jatuh dengan berjongkok membuat tanah yang ia injak menjadi retak dan merambat menuju Baekhyun yang didepan dan ketiga vampire yang di belakang membuat Baekhyun yang didepan terjatuh tengkurap karena rambatan itu berhasil mengenai Baekhyun. Sementara itu ketiga vampire yang melihat rambatan segera melompat.
Baekhyun pasrah jika yang membuat dia jatuh adalah ketiga orang itu. Ia mengingat beberapa moment penting pada keluarganya yang ia sayangi. Baekhyun tersenyum pasrah karena sebentar lagi ia akan menjadi korban pemerkosaan dan korban mutilasi kemudian ia menyusul ayah dan ibunya yang sudah jauh disana. Ia mengucapkan selamat tinggal pada kakaknya yang sedang bekerja jauh darinya.
Tap…tap… suara langkah kaki terdengar dibelakang Baekhyun yang kian mendekat. Baekhyun menutup matanya pelan.
Sebuah tangan kekar memeluk pinggang Baekhyun dan membantunya untuk duduk. Baekhyun mengerutkan keningnya bingung. Ia membuka matanya perlahan ketika melihat wajah seorang pria yang kira-kira seumuran dengannya menatapnya. Kemudian pria itu memalingkan wajahnya kepada tiga vampire yang berdiri dengan wajah raut terkejut.
"Ini adalah mangsaku. Jika kalian ingin mangsa, kalian harus melangkahi mayatku." Ucapnya tersenyum menyeringai. Baekhyun menatap wajah itu yang perlahan lahan membalikkan wajahnya menatap Baekhyun.
Baekhyun melotot ja—jadi sebenarnya apa pria ini? Apa yang disebutnya dengan mangsa?
"Mmmh.."
Baekhyun mendesah ketika bibir pria itu mendarat di bibir tipisnya. Awalnya hanya kecupan biasa dan lama kelamaan menjadi menyedot bibir Baekhyun. Baekhyun terus meronta ronta dan mendorong dada bidang pria itu. Tapi pria itu tidak menyerah ia semakin tertantang dengan mengusap punggung Baekhyun sensual.
Baekhyun terus menutup mulutnya karena lidah pria itu terus mendesak masuk kedalam rongga dalam milik bibir Baekhyun. Pasokan oksigen Baekhyun sudah ingin habis, tapi pria itu masih tetap saja melawan lidahnya masuk kedalam lidah Baekhyun. Baekhyun yang kelelahan akhirnya membuka mulutnya untuk memberikan akses masuk.
Lidah pria itu bermain lihai didalam rongga mulut Baekhyun. Menjilat satu persatu gigi Baekhyun dengan lincah. Baekhyun meremas jubah yang dipakai oleh pria ini, ia terbawa suasana dengan ciuman ini.
"Ahh.." Pria itu menyedot lidah Baekhyun dan menjilat lidah itu. Terus mendesak masuk ke dalam mulut Baekhyun. Akhirnya bibir mereka sudah tidak menjadi satu. Saliva berhamburan keluar dari sudut bibir mereka masing-masing. Entah itu milik saliva mereka sendiri atau lawan ciuman mereka.
Pria itu berdiri dan menjilat saliva yang keluar dari bibirnya. Ia menatap wajah Baekhyun yang semakin lama semakin menutup matanya. Ya, ciuman pria ini sudah diberikan pada Baekhyun agar Baekhyun menjadi menutup matanya selang beberapa jam. Well—bisa dikatakan obat tidur.
"Jadi…" Suara tulang yang ia retakkan di beberapa bagian tubuhnya terdengar hingga sampai ditelinga ketiga vampire yang masih berdiri didepannya. Walaupun tadi pria ini sudah mengacuhkan ketiga vampire, tapi sang vampire masih saja bersikukuh untuk merebut sang mangsa. "…Kalian ingin mati?" Lanjutnya. Sebuah api muncul dikedua tangan si pria.
"B-bos, di-dia adalah anggota EXO. Ju-jubahnya melambangkan anggota EXO."
Baekhyun yang belum sepenuhnya menutup mata mendengar pembicaraan ke empat vampire ini.
'Anggota EXO? Apa itu? Sebuah perkumpulan? Kalau iya, perkumpulan apa?'
Baekhyun sudah tidak bisa membuka matanya lagi. Efek ciuman pria tadi mungkin membawa dampak buruk bagi matanya yang perlahan lahan tertutup. Tapi sebelum matanya menutup ia melihat sebuah lambang yang agak besar berada dibelakang jubah yang dipakai pria itu. Lambang tersebut seperti segi enam yang ditengah tengahnya ada garis yang seperti huruf X. Setelah itu Baekhyun tidak melihat apa apa lagi.
.
.
.
. . . TBC or END?
