Semua karakter bukan milikku, tapi plotnya murni pikiranku:)

happy reading

jangan lupa RnR!

.

.

.

Suara sirine ambulans menggelegar nyaring, mendominasi suara hujan kala itu. Lampu led biru merah bersinar tak kalah dari matahari; menyilaukan.

"Malam ini, tanggal 24 Januari 2017, di Blue Square Musical Hall, tepatnya di Yongsan-gu, Seoul, telah terjadi pengeboman yang menewaskan hampir seluruh korban yang berada di dalam gedung. Pelaku masih belum diketahui, namun polisi menerka bahwa pelakunya ialah teroris."

"Teroris kepalamu!"

Mingyu menatap sinis reporter yang sedang sibuk berbicara di depan kamera yang tak jauh darinya. Ia seorang polisi yang berada di divisi dua, yaitu pembunuhan dan terorisme.

"Ada apa, sih, Gyu? Kau nampak emosi. Dinginkan kepalamu," kata Seungcheol selaku ketua divisi dan tim, kedua maniknya masih memperhatikan sekeliling, nampak mencari-cari sesuatu.

Rekan satu tim yang lain, Hansol, hanya manggut-manggut. "Jadi maksud Mingyu, pelakunya dia, kan?"

Mingyu menatap Hansol, yang kemudian mengalihkan pandangan ke manusia di sebelah Hansol.

Wonwoo, yang ditatap Mingyu, balas menatap manusia tinggi itu, kemudian membuka suara.

"DK, atau Dokyeom.. Kan?"

.

"Cih! Siapa yang berani-beraninya mengebom gedung itu, sih?! Menyusahkan saja!" Seseorang nampak mengomel pada dirinya sendiri, ia berjalan dengan tertatih-tatih setelah kaki kirinya terluka karena bom saat tadi. Sesekali ia membetulkan letak tas gitar yang ia sampirkan di bahunya.

Tas gitar yang berisi Hecate II.

"Untung saja aku sudah berhasil membunuh targetku, kalau tidak, habis aku tak dibayar! Memangnya melakukan misi semudah menjarah mangga?!" Lanjutnya, bibirnya sudah maju beberapa senti saking kesalnya. Dalam hati menyumpah-nyumpah pelaku pengeboman tadi.

Pria itu, ialah seorang pembunuh bayaran, yang biasanya menggunakan senjata tajam berjenis senapan untuk mematikan targetnya. Walau kadang kala ia memakai senjata tajam berjenis lain, namun ia lebih suka memakai senapan. Karena ia memiliki kejeniusan di atas rata-rata, keakuratan yang sangat tinggi, juga penginderaan yang hampir sama tajam seperti lumba-lumba.

Sekali ia menarik pelatuk, maka kesempatan hidup targetnya 1:1000 alias mendekati ketidakmungkinan.

Ia sangat terkenal di kalangan pembunuh bayaran yang lain, bahkan polisi. Jika kau bertanya bagaimana polisi mengetahui namanya, karena pria ini selalu menulis namanya di secarik kertas putih : DK.

"Seungcheol, lihat ini."

Mingyu menghampiri Seungcheol saat mereka semua sibuk menginspeksi seluruh tempat kejadian perkara. Seungcheol yang sedang bertinggung dan meraba-raba lantai, segera menoleh dan melempar tatapan 'Apa?' pada Mingyu.

"Ini." Mingyu ikut duduk bertinggung di sebelah Seungcheol, mengulurkan tangan kirinya yang dibalut sarung tangan, di mana terdapat sebuah benda kecil di antara ibu jari dan telunjuknya.

Seungcheol nampak terkejut saat melihat benda tersebut, kemudian mengambil benda itu dengan hati-hati.

"Peluru?" Gumam Seungcheol, "Kau dapat dari mana?"

Mingyu menunjuk tempat di mana ia menemukan sebutir peluru tersebut.

Seungcheol terdiam sejenak, kemudian merogoh saku, mengambil sebuah plastik berukuran kecil, dan menaruhnya di sana. Polisi itu berdiri setelahnya, diikuti Mingyu.

"Wonwoo!" Sahut Seungcheol dari tempatnya.

Wonwoo yang sedang memeriksa menoleh lalu menghampiri Seungcheol. "Ya, hyung?"

Seungcheol menunjukkan plastik berisi sebutir peluru. "Ini."

Wonwoo dengan segera mengambil plastik itu, memperhatikannya dengan cermat. "Ini peluru dari senapan berjenis Hecate II, senapan canggih yang dibuat di Prancis. Diameternya juga sama seperti yang selalu dipakai DK.." Wonwoo bergumam seraya berpikir cepat. "Tak salah lagi, ini milik DK."

Mingyu mendengus. Sudah kuduga, pikirnya.

Seungcheol manggut-manggut, kemudian menepuk keras kedua telapak tangannya. "Ya! Baiklah, hari ini selesai. Mari kita ke kantor sekarang. Yang lain sedang menunggu."

Hansol menghentikan kegiatannya, kemudian menghampiri rekan-rekannya.

"Ada apa?" Tanya Hansol, merasa ketinggalan sesuatu.

Wonwoo mengangkat plastik di tangannya. "Ditemukan. Milik DK."

"My God. Siapa yang menemukannya?" Hansol memasang wajah tak percaya sambil mulai berjalan, mengikuti yang lain.

"Aku yang menemukannya," jawab Mingyu.

Seungcheol menekan interkom yang terpaut di telinga kanannya. "Tim B? Bagaimana? Oh, benarkah? Baiklah, kami ke sana." Kemudian ia menoleh kepada rekan-rekannya. "Kita temui Tim B dulu."

Mingyu, Wonwoo, dan Hansol mengangguk.

"Mayat belum teridentifikasi. Namun ia dipastikan mati karena ditembak di kepalanya oleh senapan, mengetahui lubangnya cukup besar." Jihoon, ketua Tim B menjelaskan apa yang ditemukannya saat sedang memeriksa mayat-mayat korban yang tewas.

"Iya, lalu menurut perkiraan, sekitar lima menit setelah ia tewas tertembak, bom meledak." Jeonghan, anggota Tim B yang lain melanjutkan sambil manggut-manggut.

"Kalau ada waktu lima menit untuk kabur.." Seungcheol berbicara sendiri, namun kemudian menoleh ke arah rekan-rekannya, "Menurutmu DK sempat keluar, tidak?"

Yang lain terdiam, namun Mingyu tegang di tempatnya, ia berkata,

"Jadi.. Dia seharusnya.."

"Masih belum jauh, kan?" Wonwoo melanjutkan. "Lalu menurut perkiraanku, seharusnya dia juga menjadi korban, namun berhasil keluar.. Alias kabur."

Seungcheol menatap serius rekan-rekannya.

"Kejar dia."

.

Dokyeom menghentikan langkahnya. Baru saja ia mendengar sekelebat suara derap kaki manusia. Di samping itu, kaki kirinya benar-benar nyeri tak tertahankan.

Polisi? batin Dokyeom.

"Mingyu, kau cari ke sebelah sana! Wonwoo dan Hansol ke sana, aku ke sini!" Terdengar suara lantang dari kejauhan.

Tidak, bukan kejauhan. Itu dekat, sebenarnya.

Dokyeom mendengus kesal. "Sialan," umpatnya. Kalau begini, dia bisa tertangkap. Itu semua karena teroris sialan saat tadi.

Ia sudah ingin berjalan, namun tiba-tiba kaki kirinya mati rasa.

"Haruskah kupotong kaki sialan ini?!" Omel Dokyeom pada kaki kirinya. "Ahh, sudahlah.."

Tiba-tiba, seseorang menarik tangannya.

Dokyeom tersentak, kemudian menoleh. Mendapati seorang polisi tengah menodongkan revolver ke arahnya.

"DK ditemukan." Wonwoo mengumandangkan.

Dokyeom menatapnya datar, sudah tahu akan begini. Kemudian, semua menjadi gelap.

.

.

.

Kalau di antara kalian belum ngerti gimana, tunggu aja:D wkqkwkwkw