[ aman dibaca kala puasa, tapi kalau mau yang lebih amannya habis buka aja ya :) ]
.
SEPERTI yang kita tahu, Haruno Sakura dan Uchiha Sasuke tidak menikah atas dasar cinta. Hanya sebuah kesepakatan tentang dua perusahaan yang memutuskan untuk bersekutu tetapi membutuhkan dua manusia berbeda gender sebagai tumbal mereka. Maka jadilah kisah ini.
Tidak ada cinta bukan berarti kehidupan pernikahan mereka hampa atau diisi caci maki yang memekakan telinga. Tidak, tidak seperti itu. Sakura selalu membuatnya berwarna. Kau tahu,'kan, dalam artian ia yang selalu saja berhasil membuat Uchiha Sasuke—the most poker face man selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir—berhasil menampilkan berbagai ekspresi baru. Bagi Sasuke, cenderung memalukan.
Lagipula Sasuke merasa terkadang perlu untuk membuat kontak fisik dengan Sakura. Mengetahui bahwa kehidupan pernikahan ini memang benar-benar pernikahan, tidak ada kontrak, selingkuh diperbolehkan atau semacamnya, singkatnya ini selamanya. Sasuke harus mulai mengadakan sedikit demi sedikit sentuhan supaya ia dan Sakura tidak menjadi perjaka dan perawan tua. Tidak. Tidak. Apa kata orang lain nanti? Apalagi mereka menikah.
Sasuke cukup paham kalau orang lain memang tidak ada hubungannya, maksudnya dalam hal ini adalah keluarganya. Sasuke memang bukan CEO, tapi ia juga butuh seorang penerus. Tiap orang menginginkannya, bahkan pria macam Sasuke sekalipun. (Sasuke mungkin membatin; memangnya aku pria macam apa, Nona-Penulis-yang-sok-tahu?)
Sasuke tahu juga kalau Sakura masih enggan disentuh terlalu banyak. Meski wanita itu sedikit frontal dalam menggodanya, namun kalau sudah dibawa ke ranjang ia akan mengkeret duluan. Sasuke akan balik mengejeknya. Meh. Dan wanita itu akan ngambek padanya. Kira-kira sehari, sebelum balik menjahilinya lagi. Entah mengapa terdengar seperti siklus.
Sasuke memikirkan keadaan Sakura, ia juga tidak ingin jadi terlalu cepat. Namun tentu ia tak bisa diam saja, ia butuh langkah lain. Pria itu tahu ia belum mencintai Sakura sedalam itu, ia hanya ... apa, ya. Bagaimana menjelaskannya. Keberadaan Sakura sudah terasa klop di hidupnya, hanya tinggal beberapa langkah lagi untuk membuatnya benar-benar klop. Apalagi sudah enam bulan mereka bersama.
Sasuke percaya, cinta ada karena terbiasa. Lagipula Sakura adalah istrinya, Sasuke tak punya pilihan lain untuk jatuh, sejatuh-jatuhnya pada wanita itu.
Di tengah lamunan panjang, pintu ruangan terbukanya tanpa ketukan. Sasuke mengerang malas ketika berpikir Karin pelakunya. Namun salah. Dan, oh ... Sasuke mengenal orang ini.
"Halo, Sasuke."
"Hn, Sai," Sasuke menyapa pendek. Menegakkan punggungnya. "Ada perlu apa?"
Sai. Hanya Sai. Tidak ada marga. Terlihat seperti pria sebatang kara namun tidak ... pria itu sudah memiliki tambatan hati, pekerjaan tetap, dan juga freelancer yang menyenangkan. Sasuke mengenalnya saat kuliah, mereka berpisah, dan dipertemukan lagi(tunggu kenapa terdengar macambromance) karena ternyata Sai adalah editor Sakura. Kau tahulah, editor. Orang yang akan setia mengomelimu di detik-detik terakhir deadline. Editor dengan mulut sampah yang seenaknya mengomentari karyamu yang sudah kaubuat susah payah hingga jam tidur adalah korbannya.
Sai memang mengontrol dengan baik pekerjaan istrinya selama ini, meski mulut sampahnya terkadang membuat Sasuke ingin menyumpalnya dengan kaos kaki basah.
"Sebenarnya aku mau menawarkan sesuatu untukmu," ujar pria itu. Masih berdiri dengan tas kain di tangannya. Isinya seperti majalah. Tawaran ini pasti berkaitan dengan majalah itu.
"Apa?"
"Aku ada barang bagus," Sai menggoyangkan tas itu. "tapi aku mau kau mengijinkan Ino pulang cepat. Aku ada sedikit urusan dengannya."
Ya, Yamanaka Ino, kekasih Sai, sekaligus sahabat istrinya, salah satu pekerja kompeten Sasuke yang berasal dari divisi keuangan. Oh, maksudnya Ino adalah manajer keuangannya. Wanita pirang itu baru-baru ini membantunya dalam projek pengembalian kantor cabang. Sakura juga turut andil. Ketahuanlah buku Akuntansi Dasar itu datang dari siapa.
"Apa itu?" Sasuke bertanya datar.
"Aku yakin ini akan berguna untukmu. Percayalah."
"Beri tahu dulu."
"Izinkan Ino pulang cepat dulu."
Sasuke memejamkan mata sejenak. Sebentar. Ia tidak punya waktu untuk ini. Untuk pria tidak sopan yang menganggu waktu melamunkan Sakura, ups! Sasuke menghela napas. "Memangnya itu apa? Sepaket majalah pria dewasa?"
Sai mengernyit jijik. "Eng, tidak, aku tidak selaknat itu. Ini lebih bagus dari itu."
Setelah kecekcokan (Sasuke kalah, dikalahkan rasa penasarannya) akhirnya tas itu sampai di tangan Sasuke, dan ijin diberikan kepada Sai untuk membawa kekasihnya pulang. Sasuke memandangi buku berukuran A4 itu dengan tatapan campur aduk. "Ini...?"
Sai tersenyum singkat. "Doujinshi. Ada banyak sebenarnya, sejak peluncuran komik volume terbaru Sakura. Tapi yang satu itu benar-benar luar biasa. Biasanya tidak ada yang berani mengirimkan langsung pada pengarang aslinya, maksudku yang seperti itu. Apalagi Haruno—ehem, Uchiha Sakura-sensei adalah perempuan. Lagipula alur komiknya terlalu mulus untuk dibuatkan hal seperti itu, dalam artian canon-nya, dan yang satu itu benar-benar luar biasa—canon, dan bisa menyelipkan yang seperti itu." Ada apa dengan Sai? Sedari tadi ia terus berkata itu-itu-itu, apa ketularan Konohamaru-kore?
"Jadi tujuanmu memberikanku dua buku doujinshi ini?"
Sai tersenyum misterius sambil melambai pergi. "Kau akan tahu fungsinya setelah membaca Sasuke."
Dan dengan bodohnya Sasuke menurutinya, sial pria ini benar-benar seperti pengangguran. Bahkan ia tak melepaskan pandangan setelah dua jam berlalu. Sasuke, dengan poker face-nya, meletakkan doujinshi itu di laci meja kerjanya. Matanya menutup, dan hela napasnya kurang teratur, sambil mulai membentuk skenario yang ayolah-kau-tidak-akan-mau-tahu.
Diam-diam seringai yang agak aneh terbit di wajahnya. Nyatanya, Sai memang selaknat itu.
Dan ... dirinya pun.
.
doujinshi © tarinapple | 2019
sequel from the beginning of warfare © tarinapple [no problem if u don't read it first, but that's will good if u do it, hihi :D]
Naruto © Masashi Kishimoto
[warning: alternative universe, conflit-less, plot-less, narasi agak nyeleneh, out of character, tema sedikit (read: sangat) ambigu, typo(s), miss-typo(s), jauh dari apa yang kalian harapkan, etc.
[notes: penulis tidak melakukan riset apa pun sebelum membuat ini, jika ada yang terasa janggal dimohon koreksinya. penulis tidak mendapatkan keuntungan material apa pun dari pembuatan fanfiksi ini. ]
happy reading ;;3
.
MUNGKIN Sakura butuh tidur lebih banyak. Kuliah untuk mengejar S2 benar-benar membunuhnya kalau ia bertahan lebih lama lagi. Awalnya Sakura tidak masalah, ia masih bisa kuliah, membuat komik, dan menjadi seorang istri. Awalnya ia tidak apa-apa.
Saat ini kuliah sedang masa hectic-nya. Sakura harus stay di depan laptop hampir di sepanjang hari Minggu. Catat, hari Minggu. Untuk membuat tugas kelompok. Tidak perlu kumpul seperti SMA untuk mengerjakannya, cukup on internet, dan sambungkan ke google drive. Ia akan bebas mengedit tugas sana-sini.
Itu kalau tugas kelompok.
Saat ini ia sedang mengerjakan tugas individu. Di ruang makan. Sambil menunggu cookies-nya matang. Netra hijaunya memindai kata per kata di makalah berulang kali, beberapa kali mengerjap karena perih mulai menusuk. Ugh. Sakura mengangkat tangan untuk menguceknya, dan seseorang menahannya.
"Jangan dikucek." Sasuke berujar. Dengan tangan yang masih memegangi lengan Sakura, ia menarik kursi dan duduk di hadapan istrinya. "Sini biar kulihat matamu."
Sakura mengerjap, mulutnya gagal merespon bahkan ketika Sasuke melepas kacamata bulatnya dan memperhatikan matanya. Sial. Sakura menggigit bibir bawahnya menahan guncangan.
"Matamu merah."
"Aku tahu," Tangannya bergerak merebut kacamata dari Sasuke dan memasangnya kembali. "nanti juga hilang."
Sasuke dengan mudah mencabut kacamatanya lagi. Pria itu terlihat tidak senang sambil merogoh sesuatu dari kantong celananya. "Biar kutetes matamu."
Sakura tak bisa merespon lagi ketika jari Sasuke menyentuh pipinya, membuat kepalanya mendongak. Pria itu berdiri, sebelah tangannya membuka tutup tetes mata, masih dengan ekspresi datar meski istrinya itu sudah dilanda degup-degup kencang. "Jangan menutup matamu."
Sakura membuka sebelah matanya yang akan ditetes, pandangannya menuju ke arah Sasuke yang tampak berkonsentrasi. Demi Kami-sama! Sedekat ini! Oke, ia memang pernah mencium Sasuke, cukup sering. Tapi akhir-akhir ini ia sibuk, susah menjahilinya, dan lama tidak sedekat ini dengan Sasuke membuatnya gugup. Ralat, sangat gugup.
Saat tetes itu terlihat jatuh dari puncaknya, ekspresi Sasuke yang astaga-ia-tak-bisa-deskripsikan, Sakura reflek menutup matanya. Tetes itu jatuh di kelopaknya. Sasuke berdecak. "Jangan menutup matamu."
"A-aku tahu!"
Sasuke menggeleng geli. Ia kembali meneteskan cairan itu ke mata Sakura namun gagal karena wanita itu kembali menutup kelopaknya. "Sakura, jangan seperti anak kecil."
Sakura merasa wajahnya yang disentuh oleh Sasuke panas. Panas sekali. Wanita itu dengan kasar menyambar tetes mata. "Akan kulakukan sendiri!"
"Che, ya, sudahlah." Sasuke kembali duduk, melepaskan tangannya dari wajah Sakura. Pria itu mengambil alih laptop Sakura, mengotak-atiknya sedikit, lalu menutupnya.
Sakura selesai dengan kegiatannya. Merengut. "Aku mau melanjutkan tugasku lagi."
"Tidak sampai matamu tidak merah lagi."
"Aku hanya butuh tidur."
"Maka ayo tidur."
"..."
"..."
... oke. Sakura sedikit berusaha keras untuk menormalkan ekspresinya, berusaha untuk tidak tertawa ketika Sasuke menyadari dirinya itu baru saja mengujar frasa yang salah. Raut mukanya benar-benar lucu. Merengut. Seperti bayi.
"Aku libur, tapi kau sibuk sepanjang hari." Sasuke mengusap pipinya yang mulai memanas dengan punggung tangan, sambil berusaha mengalihkan topik.
"Aw, kau cemburu, ya?" Oh tidak, merah muda itu akan menyerangnya.
"Maksudmu cemburu pada benda mati? Tidak, terimakasih."
"Oh, berarti yang waktu dengan Sasori-senpai itu kau cemburu."
"Tidak, Sakura."
"Tapi,'kan, dia itu benda hidup."
Sasuke menggeleng frustrasi. "Salah, Sakura, dia makhluk hidup."
Wanita itu tertawa. Keras sekali hingga rahang Sasuke seakan jatuh. Apanya yang lucu? Apa dirinya barusan berpenampilan seperti Badut Disneyland? Rasanya tidak.
"Ya ampun! Kau benar!" katanya masih dengan tawa. "Aku benar-benar tidak berperikemanusiaan!"
"Baguslah, kau sadar." Sasuke berujar sinis seraya beranjak pergi ke kamar. Sakura menelengkan kepalanya ketika Sasuke datang dengan memakai jaket, dan buku di tangannya. Pria itu meletakkan buku di meja.
"Aku dapat ini dari Sai, katanya ini untukmu," Sasuke berusaha tenang. "Aku akan beli makan siang di luar, kau mau apa?"
"Mm, terserahmu saja," balas Sakura final. Atensinya teralih pada doujinshi di meja. Wanita yang biasanya merengek mau ikut itu mengabaikan Sasuke yang keluar rumah meski bunyi pintu terkunci otomatis terdengar jelas. Matanya menyipit lucu ketika membaca pesan si pembuat doujinshi itu. Ya ampun! Sakura tersenyum geli. Ingatkan ia untuk membalas itu nanti.
"Hello to Stranger...? dan... Never Let U Leave?"
Oke, sebelum bertambah tidak jelas. Mari kita perjelas sebenarnya komik apa yang Sakura buat. Ini tentang Isekai. Oke, oke! Ini pasaran, Sakura tahu! Ada puluhan komik, light-novel, dan anime dengan tema Isekai. Maka dari itu saat mengirim naskahnya untuk pertama kali, Sakura ragu luar biasa. Namun malah diterima. Bahkan ia menandatangi kontrak! Wow!
Tema Isekai itu, memang action. Ada seorang pria SMA yang tidak sengaja menjatuhkan bola kasti pada lantai kamar barunya, detik itu juga muncul sebuah portal dunia lain. Tidak seperti kasus lainnya, pemuda itu bisa bolak-balik, iya, Isekai -Tokyo dengan semudah itu, hanya dengan menjatuhkan bola kasti ke lantai. Yup, bola kasti itu agak sakti.
Ketika pertama kali portal terbuka, pemuda itu ada di pantai. Ia menemukan gadis. Hm, klise? Gadis yang terdampar di pinggir pantai. Penampilannya berantakan, juga terluka. Umurnya sekitar lima belas. Gadis itu tidak bisa bicara. Atau tidak mau bicara. Merasa pantai itu terlalu kosong, ia membawa gadis itu ke Tokyo. Yang perlu kautahu adalah ia hanya tinggal menjatuhkan bola kasti itu lagi ke lantai dan portal akan terbuka. Gila, semudah itu. Bahkan Sakura tak habis pikir dengan idenya.
Tentu saja gadis itu bukan orang sembarangan, ia dicari oleh para petinggi Isekai itu. Dan sang pemuda terus melindunginya. Mereka diburu, dan terus berlari dan berlari. Pokoknya konfliknya seru, kalau diceritakan di sini nanti cerita tentang dua tokoh utama tercinta tidak jadi-jadi. Oh, satu lagi! Bola kasti itu cuman bukan sang pemuda yang memilikinya, itulah yang membuat cerita Sakura greget!
Oke beralih ke Sakura, yang raut wajahnya mulai berubah.
Never Let You Leave. Wanita itu membalik halaman pertama. Oke, heroine dari komiknya—iya, yang terdampar itu—tengah berada di sebuah penginapan isekai. Sakura ingat scene ini, dari volume terbarunya. Heroine-nya sedang bertengkar dengan Main Character karena si MC bersikeras tak mau kembali ke Tokyo sebelum Heroine mau memberitahunya tentang kebenaran bola kasti ketiga yang kemampuannya jauh lebih luar biasa dari bola kasti miliknya. Pokoknya Heroine-nya juga bersikeras untuk tetap tinggal di Isekai—meski tengah diburu karena suatu dan lain hal—dan melepaskan si MC, supaya si MC itu kembali ke dunianya. Sehingga si MC bisa melanjutkan hidupnya lagi, dengan normal.
Mereka berdebat panas. Sakura tahu, saat itu adalah saat yang paling emosional bahkan ia sendiri nyaris menangis ketika membuat storyboard-nya. Storyboard-nya loh! Ia belum menggambarnya dengan penuh dan lengkap.
Dan doujinshi itu membuat alur percakapan menjadi tambah panas. Intensitas debatnya naik hingga Sakura merasa tengah menyaksikannya langsung. Lalu entah mengapa, mungkin karena pancingan demi pancingan yang saling dilontarkan, sang MC mengutarakan cinta. Wah, improvisasi yang keren untuk sebuah doujinshi!
OMG. So sweet. Sakura meleleh, ia menyandarkan diri ke punggung kursi. Ah, setelah ini ia harus fokus pada action shounen-nya lagi. Bisa-bisa doujinshi romantis akan mendatanginya lagi, dan protes mungkin akan membanjiri kolom media sosialnya kalau ia membuat plot dengan celah romantisme lagi. Belok sedikit saja dari genre, penggemar mungkin membunuhmu nanti.
Sakura membacanya. Ah, adegan ciumannya digambar begitu baik. Sakura merasa yang membuat ini benar-benar berbakat. Lalu ketika membuka halaman selanjutnya, selanjutnya, selanjutnya. Sakura terbelalak, pipinya merona, darahnya berdesir hebat hingga tangannya ikut gemetar.
SHANNAROO KENAPA JADI ECCHI—read:hentai—BEGINI?!
Seumur hidupnya Sasuke belum pernah membaca majalah porno. Tidak, Sasuke tidak bohong. Maka ketika membaca doujinshi itu, mentalnya terguncang keras. Astaga jadi seperti itu. Sasuke membantin sambil sesekali menyebut nama Tuhan ketika membacanya. "Kami-sama, Kami-sama, Kami-sama." Kalau Sakura tahu, wanita itu akan menertawainya habis-habisan. Oh, Sasuke, bahkan saat ini ada yang menertawaimu.
Ia pernah menonton film porno, tapi tidak sampai selesai, sekilas saja. Tidak begitu menarik minatnya. Naruto keesokan harinya menyebut Sasuke dengan panggilan baru, bukan teme lagi, tapi Sas-Gay.
Salah. Salah. Sasuke masih punya rasa ketertarikan pada perempuan. Tapi menonton film porno sungguh akan merusak mentalnya, apalagi jika sumbernya dari Naruto, hardcore. Jadi ia tidak pernah lagi mencoba. Tidak. Sasuke tidak bohong. Iya, Sasuke sudah pubertas, hanya saja ia tidak se-pervert itu.
Dan ketika membaca doujinshi itu. Sasuke syok berat. Bahkan alat uhukyakautahuapauhuk digambarkan dengan jelas. Semuanya sangat jelas. Bahkan detailnya terlalu sempurna. Arggghhh. Saat itu Sasuke membenturkan kepalanya ke meja. Usai menyelesaikan doujinshi, ia terengah lelah setelahnya.
Lelah. Semua yang tergambar bukan seperti tokoh buatan Sakura, tapi seperti dirinya dan Sakura. Sial. Sialsialsial.
Sasuke menggelengkan kepalanya kuat. Mengapa di restoran cepat saji ia bisa-bisanya berpikir kotor? Ah, tiba-tiba ia penasaran dengan reaksi istrinya itu. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Ck, jangan harap Sasuke akan mengungkitnya di depan Sakura, biar istrinya yang bicara terlebih dahulu. Karena ini adalah bentuk pembalasan Sasuke, atas segala kejahilan Sakura.
Hm.
Sakura terlihat tenang. Terlalu tenang. Ia menghabiskan makanan dengan cepat, lalu kembali berkutat dengan laptop. Doujinshi itu masih di meja. Beserta cookies yang ... ehem, gosong?
"Cookies-nya terlalu matang." Hah, katakan saja gosong.
"Seperti yang kaulihat," ujarnya pelan. Sedikit parau. Sasuke mengernyit sambil mengambil salah satu cookies itu. Heh, mengapa wanita itu seceroboh ini? Sasuke mengabaikannya. Ia menarik kursi lagi untuk di samping Sakura, menyandarkan kepalanya pada bahu sang wanita sembari membuka ponselnya. Entah melakukan apa.
"S-sasuke ..."
Apa hanya Sasuke yang merasa ada getaran aneh dalam suara istrinya?
"Apa?"
"Aku mau buat tugas."
"Ya sudah, buat saja."
"Maksudku, itu, kepalamu..."
Sasuke malah menggerakkan kepalanya, membuat helai rambutnya bergesekan dengan leher Sakura. Gadis itu bergidik geli sambil mendorong kepala Sasuke menjauh. "Ugh ... sana, menjauh dariku."
"Sakura, aku benar-benar tersinggung dengan yang satu itu."
"Salahmu, aku mau menyelesaikan ini dulu."
"Aku,'kan hanya bersandar."
"Biasanya kau tidak bersandar."
"Aku selalu."
"... maksudku! Kau seharusnya tidak melakukannya ketika aku sedang sibuk."
Sasuke menyerah. Ia beranjak dari kursi, berniat ke kamarnya. Sebelum itu ia meraih doujinshi di atas meja, Sakura tercekat, tangannya langsung meraih tangan Sasuke. Ekspresi wajahnya terlihat seperti mau menangis. "Kembalikan."
"Aku mau membacanya."
"Tidak boleh."
"Kenapa?"
Sakura menggigit bibir bawahnya, menggeleng kuat hingga kacamatanya merosot turun ke hidung. Mau memperbaikinya tapi tangannya sibuk menahan tangan Sasuke. Ia menghembuskan napas tidak tenang. "Karena aku tidak memperbolehkannya."
"Kenapa harus perlu ijinmu?"
"Karena aku yang memilikinya!"
"Baiklah, aku mau pinjam ini, Sakura, boleh?"
"Tidak boleh!"
"Kenapa?"
"Karena aku tidak mengijinkannya!"
"Sakura, jangan berputar-putar."
"Kau akan menyesal jika membacanya."
Sasuke menyeringai. Tanpa aba-aba ia menarik tangannya hingga Sakura mendekat. Wanita yang masih gadis itu terkejut. "Kenapa aku harus menyesal?"
Sakura menyipit. "Kau ... sudah membacanya." Oh, istrinya itu selalu tajam.
"Begitu pula denganmu."
"A-aku tidak!" sahutnya galak. Menghempaskan tangan Sasuke, Sakura berucap lagi, "Apa tujuanmu memberiku itu, hah?!"
"Aku hanya menyampaikan apa yang Sai ingin sampaikan."
"Bohong! Jangan pernah berbohong padaku, Uchiha!"
"Aku tidak pernah berbohong padamu, Uchiha Sakura. Dan menyangkal seperti itu benar-benar membuatmu terlihat seperti keledai."
Keledai? Ugh. Sakura mati kutu. Sial. Sedikit sesal Sakura rasa karena tidak menyimpan doujinshi itu segera. Tangannya terlalu gemetar. Fantasinya bergerak liar, mengacau segala logika hingga tak mampu melakukan apa-apa bahkan setelah Sasuke kembali dengan makanan.
"Baik, baik," Sial, Sakura tak akan kalah. "jadi apa yang kauinginkan, hah? Memberiku yang seperti itu?"
"Tidak ada hal khusus, aku hanya menjadi perantara kau dan Sai."
"Kau berbohong."
"Atau kau yang ingin aku berbohong?"
Ya ampun! Sakura! Ke mana kemampuan bicaramu yang hebat itu? Ini sepertinya karena ia menekan tombol yang salah pada Sasuke.
"Baiklah, aku akan bohong," Sasuke bersidekap. "Sakura, kau sudah berulang kali memancingku. Tapi sebelum kutangkap umpannya kau sudah menarik kailnya lagi. Aku selalu menahan lapar asal kautahu. Aku tidak apa-apa. Yang kulakukan saat ini adalah memancingmu balik, dan menarik kailnya lagi. Kita impas,'kan?"
Sakura memerah sempurna. Ia spontan meremas ujung kaos tosca-nya. Astaga. Sasuke menghela napas. "Mana argumenmu?" tanyanya.
"A-aku tidak memancingmu," cicit wanitanya itu.
"Aku,'kan bohong."
"Sasuke, kau benar-benar menyebalkan!"
"Kau tidak lebih baik dariku."
Sasuke sebenarnya gugup sekali. Ia takut Sakura marah. Ia takut ditolak. Ia takut segala kemungkinan buruk akan terjadi. Napasnya mulai tidak tenang, Sasuke memejamkan mata. Ayolah, ini sudah lumayan sering terjadi. Yah, ini memang yang paling dahsyat sih. "Aku tidak berniat melakukan apa pun, kok. Lanjutkan saja tugasmu."
"D-doujinshi-nya kemarikan dulu!"
"Aku mau membacanya."
"Kau,'kan sudah."
"Apa salahnya membaca ulang?"
Wanita itu kembali meraih doujinshi di tangannya. "Kau terlihat seperti pria mesum! Kemarikan!"
Sakura ... seharusnya tidak memancingnya seperti itu. Atau Sasuke tidak akan berkata seperti ini, "Setiap pria itu mesum, apalagi di hadapan istrinya."
Skak mat! Skak mat! Kalau tulang bisa mencair, mungkin itu yang terjadi pada tulang-tulang kaki Sakura. Sudahlah, apa lagi yang ia tunggu? Sakura menggigit bibirnya lagi. Sejak kapan hal itu jadi kebiasaannya?
"Kenapa tidak membalas?"
"Y-ya ... eng, kau ada benarnya juga."
Hm ... Sasuke mencoba mendengarkan secara seksama, karena berisik jantungnya sudah sampai ke telinga. Cih, apa-apaan?
" ... aku minta maaf," KENAPA?! Pria itu nyaris membenturkan kepala kalau di hadapannya adalah objek yang tepat. "aku suka memancingmu, menarik umpannya lagi, padahal kau benar-benar lapar."
Astaga. Sasuke jadi malu sendiri karena itu berasal dari ucapannya tadi. "Tidak apa, memancing dalam keraguan itu wajar. Asal kau tidak memancing di air keruh," Sasuke balas menggenggam tangan Sakura, menjepit doujinshi di sela jarinya. "yang kaulakukan saat ini adalah memancing di air keruh."
Oke.
Sejak kapan suasana jadi sepanas ini?
Sakura mengerjap lagi. Membuka mulut, lalu menutup lagi. "Ng ... oke. Aku tidak akan mancing lagi, l-lagian kau ini sudah makan tadi!"
"Ya,ya," Sasuke memutar mata. Mendadak suasana jadi sedingin es. Ternyata suasana antara mereka cepat sekali berubah, macam musim pancaroba. "Aku mau ke kamar dulu."
"D-doujinshi-nya kembalikan!"
"Astaga Sakura, kau mau melakukan hal ini sampai malam?!" Sasuke memekik frustrasi. Apa lagi, apa? Sasuke memang mau membacanya lagi, maksudnya ... bukannya ia ketagihan atau apa. Ia hanya ingin membaca itu. Apa salahnya? Kenapa Sakura harus me-repeat tema perdebatan mereka? Kan jadi tidak asik.
"Aku tidak akan melepaskan tanganmu sampai kau melepas doujinshi-nya."
"Sialan, berhadapan denganmu membuatku merasa seperti bajak laut."
"Bukan salahku. Lepaskan doujinshi-nya."
Kalau sudah begini reaksi istrinya, mana bisa Sasuke melepasnya. "Tidak bisa."
Sakura menggeram rendah. "Lepas, Sasuke. Ini milikku, kau tak boleh menyentuhnya. Tidak lagi."
Sasuke memejam sebentar. Kemudian kelopaknya terbuka dengan lelah. "Aku nyaris mati bosan. Aku hanya mau membaca ini. Demi Tuhan, aku bahkan tidak punya majalah porno satu pun! Aku hanya ingin membaca ini, sekali lagi."
Se-desperate itu kah...? Sakura tercengang, rada speechless juga. Tak menyangka karena Sasuke se ... se ... Akh! Sakura menggeleng cepat. "S-salahmu! Lagipula kenapa kau jadi mesum sekali, sih?! Ini hanya doujinshi."
"Justru karena doujinshi, Sakura. Sensasinya jadi maksimal."
Apa?
Apa yang barusan ia katakan?
Apa yang barusan Uchiha Sasuke katakan?!
Sakura memerah. Spontan ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, melepas pegangan pada Sasuke begitu saja. Saraf-sarafnya begitu impulsif dalam menyebar malu dalam setiap entitas dalam dirinya. Tubuhnya bergetar.
"JANGAN BERBICARA SEPERTI ITU DI DEPANKU!"
Lawan bicaranya jadi tersulut emosi. "Kau yang memancing di air keruh! Lagi!"
"SEHARUSNYA KAU TIDAK BERBICARA SEPERTI ITU DI HADAPAN SEORANG GADIS! DASAR MANIAK! MESUM! BAJAK LAUT!"
"Ini karenamu, bodoh!"
Sakura berjongkok, menutup wajahnya sambil menggeleng-gelengkan kepala berulang kali. Sepertinya kalau bisa, uap panas sudah mengepul keluar dari telinganya sejak tadi. Sasuke yang melihatnya jadi kasihan. Meskipun ada rasa gondok bercampur geli, ia menjongkokan diri di hadapan Sakura.
"Oke, maafkan aku," ujarnya—berusaha—lembut, seraya memindahkan tangan Sakura dari wajahnya. Begini-begini meski Sasuke kesal, ia agak tidak tahan melihat Sakura seperti itu. Rupa Sakura berantakan tapi ... akh. Helai poninya ada yang sedikit mencuat, netranya berkaca-kaca, dan jangan lupakan wajahnya yang memerah sampai telinga. "aku seharusnya tak mengucapkan hal itu. Aku akan berhati-hati lain kali."
"Kembalikan dulu doujinshi itu."
"Baik," Sasuke menyerahkan buku itu dan langsung disambar begitu saja oleh Sakura. "aku tak masalah, meski aku kelaparan dan diambang kematian pun, aku tidak akan memakanmu." Tangannya bergerak menyusuri helai merah muda Sakura, mengelusnya lamban. Ada sensasi sesak luar biasa hingga netra pupil Sakura mulai bergetar.
" ... m-maafkan aku." Sakura mengisak kecil. Menyadari ketidakmampuan dirinya menjalankan suatu kewajiban yang seharusnya sudah sedari dulu ia laksanakan. Ia selalu meminta waktu, waktu yang mungkin sudah memakan habis kesabaran Sasuke. Sasuke menggeleng, ia mendekatkan kepala Sakura ke dadanya. Memeluknya kuat. Wanita itu tak lagi berjongkok, ia bersimpuh memeluk Sasuke.
"M-m-maafkan aku, kau jadi ..."
Wanita ini ... akan terus meminta maaf kalau Sasuke tidak memberi kejelasan. Baiklah, saatnya menurunkan derajat harga diri Uchiha Sasuke. "Sakura, aku tak masalah jika menunggu. Apalagi itu adalah dirimu."
"..."
Sakura meneteskan lebih banyak air mata, dalam isak lamat-lamatnya Sasuke mengerti. Ada yang lebih penting dari dirinya, dan kebutuhan biologisnya.
Itu Sakura, Sakura yang didekapnya, Sakura yang belum sepenuhnya menerima Sasuke. Sakura yang masih meragu. Sakura yang akan selalu ia tunggu. Di tengah hela napas putus asa Sakura, suaminya yang setia menenangkannya, ada suara yang terlontar, suara yang hadir karena sebuah kesadaran. Hubungan ini tidak akan berhasil kalau mereka tak berusaha saling mengerti, dan ... menghargai, tentu saja. Itu suara Sasuke, suaranya yang mungkin akan menjadi favorit Sakura selamanya;
"Aku tidak masalah, apalagi itu dirimu."
Dan Sakura sukses meloloskan isakannya.
[selesai – ada omake ;))]
[trivia; fyi aja sih siapa tahu ada yang belum tahu;
doujinshi : semacam komik karya penggemar (SSL pasti taulah ya) biasanya dijual di komiket gitu. Tapi beberapa ada yang ngirim langsung ke pengarang aslinya, kayak bentuk apresiasi. Setahu saya sih ya. CMIIW
konohamaru-kore : seinget saya sih Konohamaru suka ngomong kore-kore gitu belakangannya, kore tu artinya ini, dan di awal Sai 'kan banyak ngomong itu-itu kalau Jepangnya; are. Gitu. EH saya gaktau juga sih, biasanya juga ada yang make sono artinya itu juga. Saya bingung pemakaiannya gimana, CMIIW aja ya
MC atau hero; main character - male
Heroine; main character - female
Isekai; dunia lain, fantasi-fantasi gitu. Akhir-akhir ini emang bertebaran anime Isekai ;/ tapi the only one and lovely saya itu Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu. /napacurcolsih.
Storyboard; kayak baru sketsa gitu, ya gak sih? Atau sebelumnya sketsa? Cmiiw, ya.
bajak laut: setahu saya bajak laut banyak ngomong kasar, lol. Jadi di atas kan Sasuke lumayan banyak mengumpat hihi
..
a/n: kenapa seperti ini, astaga, saya malu banget /tutupmuka/ maunya saya buat mereka jadi ... tapi setelah dipikir-pikir eksekusinya nanti gak pas, dan ide coretcemerlangcoret melintas di kepala saya begitu saja hehe, nantikan sequel selanjutnya ya;)!
fyi, lagi, menurut saya sih ya, seks itu cuman bukan sekedar nyari enanya aja. Itu seperti bentuk kepercayaan, dan keikhlasanmu menerima pasangan apa adanya. kalau sakura belum bisa percaya, dan ikhlas sepenuhnya sama sasuke ofc dong dia gak bisa seks dulu. apalagi mereka dijodohin, belum kenal samsek, kecuali pas tragedi anjing aja. ada novel yang yang saya baca juga mengatakan kalau seks itu kayak salah satu cara pasangan berkomunikasi, menjalin rasa percaya lebih dalam lagi. secara rasional aja sih, mereka gak akan menerima satu sama lain secepat itu, apalagi sakura ya. dia punya masalah lain lagi selain kepercayaan, akan dibahas di sequel. bisa-bisa sequelnya multichap nih :p
fyi, lagi nih, saya gak terlalu bisa bikin konflik yang ngena ;(( sedih banget tlg:( makanya saya kebanyakan ngasi konflik batin aja,menurut saya lebih pas aja gt apalagi sama orang yang baru saling kenal yha kan. ada yang punya pendapat lain?
bacotnya pnjg bngt;( btw makasi banyak untuk kalian yang sudah baca sampai sini, yang sudah baca fanfik sebelumnya juga bahkan ninggalin jejak, makasi, makasi, makasi, aku cinta kalian ;*! tinggalkan jejak lagi, ya? ;''333
lots of love,
tarinapple
[omake]
Sakura adalah seniman sejati, sepertinya. Matanya yang menatap doujinshi tak henti-hentinya mengerjap kuat ketika melihat gambar yang terlalu menusuk matanya. Namun beberapa detik kemudian imajinasinya bergerak liar. Tangannya reflek mengambil pensil yang tergeletak di atas meja. Menggambari doujinshi itu.
Otak Sakura bekerja cepat, memberikan refleks terus-menerus pada tangannya agar terus bergerak mengikuti visualisasi yang tergambar dalam benak Sakura. Beberapa saat kemudian wanita itu terbelalak, memekik kuat ketika menyadari apa yang tengah ia gambar.
Sakura baru saja menggambar dirinya dan Sasuke, mengubah wajah hero dan heroine yang bercinta itu.
Sialan, sialan, sialan.
Terkutuklah Sakura yang tidak bisa menggerakan tangannya lagi setelah menutup buku itu rapat-rapat dan meletakkannya di meja, memandanginya awas seolah buku itu bisa mengeluarkan seisi pikiran laknatnya, dan memang benar sih.
Shannaro, apa yang kupikirkan sih?!
Sepertinya Uchiha Sakura selalu berhasil menyelamatkan harga dirinya.
.
[omake- selesai]
