Naruko hanya bisa menatap nanar suaminya yang telah melupakannya. Pria itu mengalami amnesia karena sebuah kecelakaan. Air matanya menetes dengan perlahan. Wajahnya mulai memucat dan hendak menangis. "Anata, kau baik-baik saja?" tanyanya pada suaminya yang sedang bersandar di bantal.

"Hn." Sasuke hanya menjawab dengan helaan nafasnya. Dia menatap datar Naruko yang membawakan nampan berisi makanan dan obat-obatan untuknya. Pria itu menegakkan tubuhnya dan mengambil nampan tersebut dari tangan Naruko. "Duduklah sebentar, ada yang ingin ku bicarakan denganmu." ujarnya datar.

Naruko mengangguk. Dia melepas sandal rumahnya dan mendudukan diri di tempat tidur mereka. Senyum manis tidak lepas dari wajahnya. Wanita itu menatap suaminya itu dengan lembut. "Apa yang ingin kau bicarakan, Anata?" tanyanya lembut.

"Aku ragu dengan pernikahan kita." Sasuke tiba-tiba saja angkat bicara. Dia menatap Naruko dengan matanya yang setajam elang. Pria itu menggenggam tangan wanita itu dengan sangat kuat. "Katakan padaku, Namikaze Naruko. Apa kau berbohong?" tanyanya.

••••

Apa kau berbohong?

Naruko terdiam. Dia melepaskan tangannya dari Sasuke dan mengambil semua surat yang berkaitan dengan pernikahan mereka. Dengan lembut, dia menyerahkan surat-surat tersebut pada Sasuke dan membiarkan suaminya itu menganalisis semuanya. Wanita itu tertawa pelan. "Aku tidak menyangka akan memberikan semua surat ini padamu untuk menegaskan pernikahan kita. Padahal dulu, aku benar-benar tidak mau menikah denganmu." ujarnya pada Sasuke.

Alis Sasuke terangkat sebelah. "Kenapa kau tidak mau menikah denganku waktu itu?" tanya Sasuke heran.

"Karena kau itu mandul dan kau bukan tipeku."