Bulan terlihat besar dan pucat di langit malam penghujung musim semi desa Konoha. Hyuga Neji menegadahkan wajah, matanya terpejam. Di bawah kakinya, pendar putih memantul dari sungai yang mengalir pelan, tenang tanpa riak. Pemuda rupawan itu menghela napas panjang. Dari balik kimono santainya dia mengeluarkan sebuah kanzashi. Hiasan rambut berbentuk bunga plum.

Sepasang lengan ramping tengah memeluk pinggangnya.

"Neji-nii. Aishiteru."

A NejiHina Fanfiction. Story for my dear friend-Nai_JustNaruHinaAndKibaTamaLover_ForgetMeNot09
Maafkan untuk keterlambatan yang sangat lama ini. Pesona drama korea mengalihkanku dari menulis rangkaian diksi fanfiction hahahahaha. Gomennasai...

Naruto disclimer Masashi Kishimoto
[Warning_kemungkinan ooc, typo, au]
[Romance, historical]
[Hurt/comfort]
[T]

Maiochiru Hanabira

Bangunan utama mansion Hyuga. Kompleks yang terdiri dari gabungan beberapa bangunan kayu kokoh. Griya aristokrat berpenghuni kaum bangsawan. Murni, tak ada celah jelata bahkan jika kita merunut silsilah jauh ke masa lalu. Darah biru berdenyut pada nadi setiap souke keturunan seorang daimyo, Otsutsuki Hamura salah satu dari leluhur Konoha.

Pewaris klan, Sang putri sulung Hyuga tergesa membuka pintu geser kamarnya. Pada waktu seperti ini kakak sepupunya sedang berlatih kenjutsu. Hyuga Neji dan adik perempuannya Hanabi saling beradu tekhnik seni pedang. Ritual pagi setiap anggota samurai klan.

Kakinya yang mijak kayu terhenti saat keberadaan pemuda itu terlihat ujung matanya di halaman depan bangunan dojo. Kali ini lelaki berambut panjang itu sudah bersiap dengan katana terselip di pinggangnya. Tangkas dan anggun dia mengayun silang pedang tajam itu ke tubuh ilalang orang-orangan sawah yang seketika teriris rapi-terpenggal malang.

Aku berharap roka ini adalah terowongan panjang tak berujung. Dimana aku bisa memandangimu, kekal.

Hyuga Hinata bersabar. Menunggu sang pemuda kembali ke kamar pribadinya di bangunan khusus bunke. Pagi ini dia tidak perlu mengkhawatirkan keberadaan ayahnya. Hiashi Hyuga juga seluruh pemimpin klan lain di seantero negeri sedang disibukkan dengan persiapan invasi dalam waktu dekat. Penolakan penguasa Joseon atas permintaan Jendral angkatan laut kekaisaran Jepang untuk menggunakan wilayahnya dalam rangka ambisi penaklukan Dinasti Ming berbuntut agresi ke wilayah Joseon.

"Nii-san." Hinata menunggu di depan pintu.

Neji membuka pintu kamarnya. Hari ini pemuda itu menguncir tinggi rambutnya diatas kepala.

"Eh." Jelas pemuda itu kaget. Gerakan tubuhnya kikuk, raut wajahnya sekaku biasanya namun dengan rona merah samar, nampak lucu dimata Hinata.

"Nii-san, apa yang harus kulakukan. Mereka akan segera datang dengan lamaran." Gadis manis itu meremas jari-jarinya gusar. "Aku tau kita memiliki perasaan yang sama."

"Itu hanya persepsimu saja, Hinata-sama." Neji menyanggah cepat, dia menyibukkan diri dengan memoles pedangnya. Hinata tidak melihat usaha pemuda itu menahan diri untuk tidak menunjukkan perasaannya. "Aku ini kakakmu, juga Hanabi."

Hinata mengalungkan lengannya ke perut lelaki muda berambut panjang itu. Dadanya membentur punggung Neji yang kaku membeku. Pemuda itu menggenggam gagang pedangnya erat hingga buku-buku jarinya memutih.

"Aku hanya menginginkanmu, Neji. Tidak ada bunke, tidak sebagai kakak ataupun Hyuga. Hanya seorang pria bernama Neji."

Lelaki itu tercengang, tegukan ludahnya terdengar sangat jelas, darahnya berdesir. Sepanjang hidupnya dia pertama kali mendengar Hinata menyebut nama depannya saja.

"Kau adalah pembohong yang buruk, Kakak." Gadis berponi itu menekankan kata yang menjadikan mereka relasi bertalian darah.

"Ini sudah keterlaluan, Hime. Kumohon pergilah."

...

Waktu penyerangan ke daratan dinasti Joseon sudah ditetapkan. Hyuga Neji akan menjadi salah satu dari ribuan samurai yang akan berlayar dalam armada kapal perang yang akan mendarat di Pusan.

Di kediaman Hyuga, Hyuga Hiashi menerima kunjungan kepala klan paling berpengaruh lainnya, Uchiha Fugaku. Pembicaran berlangsung formal dan kaku. Perbincangan tentang kesepakatan-kesepakatan mengenai pembagian wilayah setelah kedua pewaris klan resmi menikah. Juga memperkuat persekutuan dari ancaman klan Akatsuki dari Amegakure.

"Hanya dua minggu sebelum invasi, haruskah dipercepat?" Uchiha Sasuke menyesap tehnya dengan anggun. Perpaduan indah antara wajah dan bahasa tubuhnya yang menawan adalah pemandangan yang membuat mata terus memandang. Namun tidak bagi calon isteri yang duduk berseberangan dengannya.

Hinata sejenak terkesiap, tangannya yang menuang teh berhenti di udara. Sasuke menyadarinya. Bagaimanapun dia adalah yang terbaik dari semua samurai di Konoha. "Bagaimana menurutmu, Hime-sama?"

"Sebuah kehormatan bagi saya bisa menjadi bagian penting dari aliansi ini." Hinata menundukan kepalanya, hormat kepada ayah dan calon mertua yang semringah mendengar keputusannya.

"Sangat cerdas, seperti yang saya harapkan dari putri seorang Hyuga." Uchiha Fugaku tersenyum pada anak bungsunya. "Kau sangat beruntung, Sasuke."

Naruto disclimer Masashi Kishimoto
[Warning_kemungkinan ooc, typo, au]
[Romance, historical]
[Hurt/comfort]
[T]

"Kalau kau menyukai Hinata-hime. Kumohon, pastikanlah dia menikah dengan Uchiha Sasuke. Sifat keras kepalanya suatu saat mungkin akan membahayakan dirinya sendiri."

Uzumaki Naruto berbaring pada akar pohon sakura yang hampir kehilangan seluruh kelopaknya, pemuda itu menyilangkan tangan di belakang kepala. Iris biru matanya memandangi langit dengan awan yang berarak pelan. "Apa maksud perkataanmu, Neji?"

Hyuga Neji tidak menanggapi ketidakpahaman sahabatnya itu. "Ku dengar kau akan menjadi pasukan bantuan yang akan berangkat ke Joseon."

"Tujuh ratus kapal dan puluhan ribu prajurit kurasa sudah cukup untuk menaklukkan kerajaan itu, bantuan kami kurasa tidak diperlukan," Naruto berkelakar.

"Kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi, Naruto. Jika saatnya tiba aku memohon bantuanmu." Neji meninggalkan pemuda berambut kuning itu dalam kebingungan. Perkataan ambingunya tidak tercerna pemahaman Naruto yang lamban.

"Hoi Neji, ini tentang perang atau Hinata-hime?"

...

Hyuga Hiashi tidaklah buta. Kecerdasan, kejelian telah membawanya menguasai sebagian wilayah Konoha. Sebagian besar orang mungkin tidak menyadari perubahan perilaku putri sulungnya. Tetapi dia bisa melihat seterang siang hari dengan matahari di atas kepala, Hinata tidak menganggap Neji, anak saudara kembarnya sebagai kakak. Mata itu, tatapan yang memuja seorang lelaki, seorang kekasih.

Apa yang dia perkirakan akan akhirnya terjadi. Sehari sebelum pernikahannya Hyuga Hinata menghilang. Hari itu bertepatan dengan keberangkatan pasukan Jepang ke wilayah Kyushu yang terletak di seberang pantai semenanjung Korea.

"Dia pasti mengikuti Neji. Bawa kembali Hinata dengan cara apapun." Ketua klan itu memerintah bawahan terbaiknya untuk tugas mendesak dan rahasia itu.

"Pastikan berita ini tidak menyebar. Tidak boleh ada kebocoran informasi sedikitpun kepada pihak Uchiha. Kita akan dianggap sebagai penghianat."

...

Malam merambat cepat, kegelapan menyamarkan Hyuga Hinata dalam balutan seragam militer. Obor-obor berpenerangan samar dan keramaian tempat peristerahatan prajurit membuatnya berbaur tanpa mengundang curiga.

Hinata membuntuti Hyuga Neji yang berpatroli di pinggiran hutan. Dia tidak menduga, kakak sepupunya itu meninggalkan jalan setapak kemudian menghilang ditelan malam.

Gadis itu berlari, tidak berapa lama sebuah pedang sudah melintang di lehernya. "Lelucon macam apa ini, Hime-sama?"

Hinata terperanjat. Dia lebih terkejut Neji dengan mudah mengenali penyamarannya dari pada kemungkinan katana mengiris lehernya. Putri Hyuga itu bergeming.

"Kembali sebelum ada yang menyadari keberadaanmu."

Hinata menanggalkan seragam militernya. "Tidak bisakah kita hidup berdua saja. Daratan Ming sangat luas dan ramai pelancong dari berbagai negara."

"Maksudmu kau ingin menggunakan kesempatan ini untuk kabur dari pernikahan? Aku tau kau sangat gigih Hime, tetapi ini sudah melampai batas."

Hinata melompat begitu saja memeluk Neji tanpa mempedulikan bilah tajam yang bisa saja menghilangkan nyawanya dalam sekejap.

Neji menjatuhkan pedangnya. Jauh sebelum hari ini dia tau akhirnya akan berakhir seperti ini. Pemuda itu memegangi kepala Hinata, bibirnya mulai menciumi gadis itu. Lama dan intens, ciuman yang pertama mungkin juga yang terakhir. Perasaannya yang terpendam lama akhirnya tersampaikan.

Neji tersenyum lembut, sesuatu yang belum pernah dia lakukan sebelumnya. Raut wajahnya melunak. "Aku akan kembali setelah perang ini. Tunggulah."

"Uzumaki-san ada perbatasan hutan ini." Tautan jemari keduanya semakin erat. Hinata tersenyum melepas genggaman tangan mereka. "Janjimu adalah semangat hidupku."

Untuk terakhir kalinya gadis itu menoleh, kemudian berpaling menjauh dengan mengenggam sedikit asa untuk melanjutkan hidupnya yang baru.

Naruto disclimer Masashi Kishimoto
[Warning_kemungkinan ooc, typo, au]
[Romance, historical]
[Hurt/comfort]
[T]

"Keluarlah Uchiha," Neji menyeru kepada pekatnya malam. Dari balik pepohonan beberapa hunusan pedang mengarah kepadanya.

Neji Hyuga sama jeniusnya dengan Sasuke Uchiha yang menyusupkan anak buahnya ke dalam barisan prajurit untuk mengawasi tindak-tanduknya.

"Ini akan jadi bukti penghiantan klan Hyuga. Sebentar lagi Uchiha akan menguasai wilayah utara."

Neji menyeringai. "Samurai rendahan seperti kalian berpikir bisa mengalahkanku?" Pemuda itu mengelak dari sabetan katana yang mengincar dadanya.

Dalam sekejap, bau darah memenuhi udara. Tidak ada bunyi pedang yang beradu. Hanya erangan demi erangan lemah yang terdengar dari enam orang samurai yang sekarat dengan luka tebasan di leher mereka. Neji Hyuga terlalu digdaya dalam pertarungan pedang jarak dekat.

Neji menghela napas panjang sebelum berbicara lagi. "Jadi ini adalah akhir baktiku. Aku sudah memilih jalan ini. Mengingkari janji yang kubuat bersama paman Hiashi."

Beberapa orang Hyuga menampakkan diri dihadapannya. Hyuga Neji berlutut kemudian memejamkan mata. Sebuah tekhik khusus pemutus syaraf diterimanya sebagai konsekuensi, syarat tetap berlangsungnya perdamaian antara kedua klan. Juga agar kekasihnya tetap hidup dalam damai.

"Hinata-hime." Suaranya lemah terdengar. Dalam beberapa detik jantungnya berhenti. Sebuah kanzashi berbentuk bunga plum berada dalam genggaman tangannya. Hadiah yang tidak akan pernah diterima oleh Hyuga Hinata.

...

Setiap tahun Uchiha Hinata mengunjungi Kyushu. Berpegang pada harapan kecil Neji akan kembali. Tujuh tahun sudah berlalu, perang Imjin hampir berakhir. Tidak ada satupun kabar keberadaannya. Diam-diam dia akan menangis di bawah pohon di dalam hutan tempat terakhir mereka bertemu.

Wanita itu tidak pernah tau, kekasihnya tidak pernah meninggalkan tanah Jepang. Bahwa keberadaan Neji Hyuga begitu dekat dengan dirinya terbaring dalam sebuah makam di bawah kakinya.

The End