Selamat

Author: Sutaa

A/N: Vocaloid fanfiction, Rin x Len dilihat dari Monas dengan sedotan sambil berdiri terbalik.

Summary: Aku hanya ingin dia selamat, tidak lebih, tidak kurang.

Rated: K+ Karena ada sedikit romance disini :)


Aku suka saat bayangan kita memanjang dan bergabung menjadi satu bayangan yang besar. Saat matahari mulai turun dari tahtanya menuju kedalam selimut hangat malam. Kamu akan menggandeng tanganku dengan erat, menuntunku pulang ke rumah. Akankah hal itu mungkin sekarang?

Bukan kewajibanya untuk melakukan itu. Aku juga tidak menyuruhnya, atau memaksanya melakukan hal itu. Aku tahu ia memang egois, tapi aku tidak pernah menyangkanya akan melakukan suatu hal seekstrem itu. Tetapi ia tetap melakukan itu, meski aku menjerit-jerit untuk menghentikan tindakan bodohnya itu. Sayang, kepalanya memang lebih keras dari batu. Masih teringat jelas di benakku, mengapa tabrakan sadis itu terjadi.

Aku.

Hanya satu jawabannya, akulah penyebab kecelakaan yang membuat dirinya tidak sadarkan diri selama 3 hari terakhir. Seandainya aku tidak mengajak dia untuk berjalan pada hari itu, tentu kita, tidak perlu merasakan kesakitan yang luar biasa. Kesakitan yang menhujam setiap tulangku, yang mematikan semua inderaku, yang membuat otakku tidak bisa berpikir lagi apa yang harus kulakukan. Lain halnya padanya, otaknya justru bekerja dua kali lebih cepat dalam saat-saat genting. Ia berdiri di depanku, punggungnya menghalangi pemandangan yang seharusnya kulihat, bukan dia.

Sekarang ia terbaring lemah di ranjang. Matanya tertutup rapat, dan di tubuhnya bergantung belasan selang dan benda-benda aneh. Tempat hidupnya yang berharga itu berpegang. Bagaimana tidak? Bukan keinginanku, bukan kewajibanya. Tapi ia tetap melompat, melindungiku dari tabrakan gila itu. Apa yang ia pikirkan? Aku tidak sanggup untuk menghentikan ide sarap yang ia cetuskan secara sepihak. Aku juga tidak bisa meyakinkan dia tentang kemampuanku untuk menjaga diriku sendiri, dan melindunginya.

Dokter berkata kepadaku, kalau kemungkinan selamatnya hanya kecil. Apabila ia selamat, kemungkinan ia akan buta permanen dan kehilangan kemampuan untuk mengendalikan seluruh tubuhnya, alias lumpuh. Tetapi buatku aku tidak peduli, yang penting ia tetap selamat, bernafas, dan tersenyum kepadaku.

Andai kata, ia benar-benar terbangun:

Sudah pasti ia tidak akan melihat tubuhku yang nyaris berwujud seorang wanita ini. Sudah pasti matanya hanya akan menatap kosong kearahku saat aku menyanyikan lagu-lagu favorit kami. Dan sudah pasti, ia tidak lagi bisa mengejar wanita berkuncir dua yang berusia lebih tua daripadanya.

Tetapi semua tidak apa-apa, yang penting aku bisa melihat senyumannya lagi, cermin jiwaku, belahan diriku.

A/N: Double author notes! Disclaimer, karena saya tidak memilki Vocaloid, dan tidak mengaku memilkinya. Ini Sutaa, dan entry pertama RippedMoon *yeeeiy* Ini cerita pertama, jadi dimohon dengan sangat untuk di review :3