NIJI
Bleach © Tite Kubo
NIJI © Aqua Timez
Warning : Typo, Gaje, OOC, Shounen-ai, Don't Like Don't Read.
Z.E.N
"Ichi…"
"Hm?"
"Bolehkah? Apa boleh aku menggantikannya?"
"…"
"Setidaknya biarkan aku mencoba."
.
.
.
Grimmjow menanti kata-kata yang mungkin akan keluar dari bibir Ichigo. Atau pemuda itu justru memilih diam? Grimmjow tidak mengerti.
"Kau tidak akan bisa." Tandas Ichigo pada akhirnya. Sebuah kalimat yang membuat mata biru Grimmjow melebar. Ada perih yang tersirat.
"Kenapa?"
"Tidak ada yang menggantikan atau digantikan," Ichigo memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Grimmjow, menantang sepasang mata beriris biru yang menatapnya lekat. "biarkan keadaanya sama seperti dulu, sebelum 'dia' pergi."
Ujung bibir Grimmjow sedikit terangkat, "biarkan aku mencoba."
Ichigo mendengus. Harusnya ia tahu kalau berdebat dengan Grimmjow itu percuma. Keras kepala. Mungkin itu sudah trademark seorang Grimmjow.
"Terserah kau mau atau tidak, Ichi. Yang jelas aku akan tetap ada di sampingmu. Suka atau tidak ." lanjut pemuda yang berambut senada dengan matanya tersebut.
"Pemaksa!"
"Lalu kau sendiri? Kau juga pemaksa. Kau memaksa seseorang yang telah pergi untuk terus 'hidup', memaksa kenangan-kenangan tentang 'dia' agar tetap diingat, kau juga memaksa otakmu untuk menolak kenyataan kalau Abarai Renji sudah MATI!"
Ichigo menahan amarah yang ingin meledak. Seandainya ia tidak ingat kalau ia mereka sedang berada di lingkungan sekolah, sudah dipastikan rahang Grimmjow akan memar karena kepalan tangannya.
"Cukup!" kali ini suara Ichigo terdengar nyaris seperti sebuah bisikan. mata coklatnya tetap menatap lurus Grimmjow dengan pandangan sakit hati. Apa ini yang namanya teman? Padahal baru beberapa menit yang lalu orang ini berkata akan terus berada di sampingnya, tapi kenapa sekarang justru kata-kata memojokkan seperti itu yang keluar dari Grimmjow?
"Jangan pernah mengatakan kalau Renji…. " Ichigo menggantung kalimatnya, ia tidak sanggup mengatakan kalau Renji sudah meninggal enam bulan lalu karena kecelakaan motor. Dan pemuda orange itu pun berbalik, meninggalkan Grimmjow yang terdiam. Menatap punggung Ichigo yang semakin jauh. Semakin sulit untuk diraih.
Mungkin Grimmjow ada benarnya juga, ada satu bagian di otak Ichigo yang belum sanggup menghadapi kenyataan.
.
.
.
Angin sore berhembus dari jendela kamar Ichigo yang dibiarkannya terbuka, menyejukkan badan dan mungkin juga hatinya yang panas karena perdebatannya dengan Grimmjow siang tadi. Ichigo menghela napas panjang. Matanya menyiratkan kepedihan. Kehilangan itu ternyata rasanya sesesak ini, ia baru tahu.
Tanpa ia sadari seseorang telah duduk di sampingnya dan dengan lembut membelai rambut orange milik pemuda itu.
"Kaa-san," Ichigo berkata lirih. "Kenapa rasa sakit ini tidak juga mau hilang?"
Kurosaki Misaki, ibu dari Ichigo, tidak menghentikan sentuhannya. Tangannya terus membelai rambut Ichigo. Jujur, ia tidak tahu harus menjawab apa. tapi ia paham bagaimana perasaan anaknya saat ini. kehilangan orang yang berarti memang tidak mudah. Dirinya, bahkan semua orang tahu bagaimana hubungan Renji dengan Ichigo. Ada sesuatu diantara mereka yang mungkin tidak akan cukup jika dijelaskan dengan kata-kata. Cinta? Entahlah. Yang jelas, Ichigo akan hancur jika Renji 'pergi.' Itu yang dia tahu saat ini.
"Daijoubu, Ichi," Misaki kemudian memeluk Ichigo erat. "Semuanya akan baik-baik saja."
Ichigo hanya bisa menganguk dalam pelukan hangat ibunya.
.
.
Ichigo membuka jendela kamarnya lebar-lebar, membiarkan udara pagi yang segar menerpa tubuhnya. Sisa-sisa hujan semalam masih terlihat, Ichigo memejamkan matanya. Dan bayangan pemuda berambut merah dengan cengiran khasnya yang pertama ia lihat. Ichigo mengelengkan kepalanya, berusaha menepis bayangan orang itu. Tapi tetap tidak bisa. Eksistensi seorang Renji ternyata terlalu kuat untuknya.
Ichigo beralih mendongak, menatap langit biru yang cerah., tiba-tiba matanya menangkap sebuah lengkungan warna-warni yang indah di langit Karakura. Pelangi.
"Renji…" tanpa sadar bibirnya mengucapkan nama itu.
It'll be okay, just look up
It's okay, do you see the seven color (rainbow) bridge?
It's formed in the sky by the tears you shed
Hey, I know you can see it in the distance
I can see it too, same as you
Entah kenapa Ichigo merasa saat ini pemuda yang kerap ia panggil 'kepala nanas' itu sedang berada di sampingnya, sama seperti dulu.
Ia juga seperti merasakan sentuhan Renji di kepalanya yang seolah mengatakan, 'semua akan baik-baik saja, Ichi.'
"Kau memang brengsek, Renji. Kau pergi seenaknya saja," Ichigo berucap dengan suara lirih. "Tapi anehnya, aku tidak bisa melupakan orang brengsek sepertimu."
Ichigo pun melangkah pergi. Meninggalkan pelangi yang tetap terbentuk sempurna.
.
.
.
"Mau apa lagi?" pertanyaan dengan nada malas itu diucapkan Ichigo ketika Grimmjow menemuinya di rumah. Tepat saat semua keluaganya sedang pergi ke luar kota dan Ichigo memilih untuk menyamankan dirinya di rumah. Mumpung ini hari minggu. Tapi hari minggunya terlanjur dirusak oleh orang yang paling tidak ingin ia temua saat ini.
Grimmjow memutar bola matanya, "paling tidak biarkan aku masuk, Baka."
Ichigo berjengit mendengar kata 'Baka' yang meluncur mulus dari mulut Grimmjow, namun akhirnya ia menggeser sedikit badannya dari pintu dan mempersilahkan pemuda itu masuk.
"Mau apa?" Ichigo mengulang pertanyaan yang sama ketika mereka telah duduk di sofa coklat Ichigo.
Grimmjow tampak sedikit canggung dan kata-kata itu ia ucapkan dengan sangant lirih, "maaf, Ichi..."
"Ck! Sudahlah!" Ichigo tiba-tiba berdiri. "Jika kau ke sini hanya untuk mengatakan hal itu, lebih baik kau pulang saja. Aku mau tidur!"
Jujur, Ichigo masih sakit hati dengan orang di depannya ini. Tapi ia tidak tahu alasan yang jelas kenapa ia bisa sebegitu kesalnya dengan Grimmjow yang notabene adalah temannya sejak kecil. Jadi tentunya ia telah terbiasa dengan sikap keras kepala Grimmjow, tapi kali ini ia tidak bisa mengerti. Ia terlanjur kecewa.
"Aku tahu, mungkin ini memang terlalu cepat bagimu. Aku juga tidak memintamu untuk melupakan Renji, aku hanya..."
"Hanya apa? Sepertinya kau lupa kata-katamu kemarin, Grimmjow." Potong Ichigo dengan ketus.
"Ichi, tolong mengertilah," hanya di depan Ichigo saja seorang Grimmjow mempertaruhkan harga dirinya dan memohon seperti ini. Semuanya demi Ichigo.
Ichigo menghela napas dan menghembuskannya kuat-kuat.
Hening.
"Aku hanya ingin berada di sisimu.'
"..."
"Biarkan aku mencintaimu, Kurosaki Ichigo."
"..."
"Ichigo?"
"Pulanglah."
Satu kata itu cukup untuk menghempaskan kembali hati Grimmjow. Perih itu kembali datang.
T.B.C
AN : Minna-san, fanfic GrimmIchi pertama saya *tebar-tebar bunga*
Hm,,, niatnya ini mau saya jadikan two shot ^.^ ini fanfic hasil pelampiasan saya karena lagi ga ada ide buat MIDNIGHT SUN hehehe ada yang mau ngasi sumbangan ide *puppy eyes* dan maaf kalau di sini GrimmIchi sangat OOC =.=a
Akhir kata (?) Review, please?
