OUR
(Hate U Love U)
"Apa yang kau—aduh"
Bruk
Terjatuh. Sosok berkulit seputih salju itu mengerang. Sepasang mata hitamnya menatap kesal sosok yang baru saja menyunggingkan senyum iblis kearahnya. Ia bahkan melupakan kenyataan bahwa dirinya tak pernah menunjukan tatapan seperti itu pada siapapun.
"Cho Kyuhyun!" desisnya berbahaya.
Hanya sosok inilah yang bisa membuatnya menjadi sosok yang berbeda dengan dirinya yang tenang. Adik kembarnya yang bahkan tak mau memanggilnya 'hyung'. Baiklah, mereka kembar dan hanya berselisih 6 menit. Tapi tetap saja, Kibum ingin bocah iblis –panggilannya untuk Kyuhyun, memanggilnya 'hyung'.
Sosok bocah berkulit pucat yang masih setia berdiri didepan pintu kamar Kibum dengan tangan terlipat didepan dada dan seringai iblis itu kemudian memasang wajah menyesal, yang Kibum berani bertaruh hanya pura-pura saja. "Ya ampun, Kibum. Pagi-pagi kau sudah berolahraga ya. Kau mau sit-up?" tanyanya dengan wajah polos.
"Kau akan mati jika berhasil kutangkap bocah!"
Kyuhyun menyunggingkan senyum bocahnya, "Silahkan saja kalau bisa" katanya sebelum berlari menjauhi kamar Kibum. Satu-satunya orang yang bisa melindunginya dari Kibum adalah Ibunya. Jadi tujuan Kyuhyun selanjutnya adalah kamar Ibunya.
Ya. Kyuhyun takut Kibum marah padanya. Tapi kan dia malu mengatakannya pada Kibum. Saudara kembarnya itu pasti akan mengoloknya setiap saat, bahkan pengakuannya itu bisa dijadikan senjata Kibum untuk memeras Kyuhyun. Kyuhyun tidak mau jadi bawahan Kibum. Dia harus setara dengan Kibum.
"Kau—sudah bangun, Kyu?"
Kyuhyun mengangguk, memeluk Ibunya –berlindung tepatnya. Ia melihat Kibum mendekat dengan wajah stoicnya.
"Ada apa Kibum?"
"Dia mengacaukan kamarku"
"Dia bohong, Bu!" elak Kyuhyun. Pemuda itu menatap Kibum polos, "Kamarmu kan memang sudah berantakan!" katanya.
"Kibum-ie" Ibunya menegur.
Sial. Kibum benar-benar ingin mencekik bocah pucat itu sekarang. Setelah melempar glare pada sosok Kyuhyun yang masih berlindung dibelakang Ibunya –meski tetap saja tubuh tingginya bisa Kibum lihat, Kibum segera berlalu kembali kekamarnya. Ia tak mau terlambat demi mengurusi kenakalan Kyuhyun yang kadang tak ada habisnya itu.
"Jangan mengganggu kakakmu, Kyu" Ibunya menarik lengan Kyuhyun hingga kini dirinya berhadapan dengan sosok Ibunya. Wajah pucat itu merengut lucu. Satu-satunya ekspresi yang tak pernah ditunjukan pada siapapun diluar keluarganya.
"Aku tidak mengganggunya" belanya.
"Ya. Tapi kau sengaja menggodanya"
"Ya ya terserah ibu saja" Kyuhyun memilih mengalah. Pemuda itu kemudian berpamitan untuk bersiap berangkat sekolah.
.
.
"CHO KIBUUUM!"
Kibum yang sudah duduk tenang dikursi diruang makan hanya menggelengkan kepalanya dengan wajah stoic ketika Ayah dan Ibunya menatapnya penuh tanya. Kembali melanjutkan sarapannya tanpa memperdulikan tatapan Ayah dan Ibunya. Ini sudah biasa baginya. Anggap saja itulah sarapan sesungguhnya dikeluarganya. Suara melengking Kyuhyun dan sikap acuhnya.
"KIBUUUUM" Sosok Kyuhyun datang dengan wajah merengut. "Kau sembunyikan dimana PSP-ku?!" tanyanya dengan nada tinggi. Berani-beraninya Kibum menyembunyikan kekasihnya!
"Aku tak melakukannya"
Kibum menjawab malas ketika pandangan Ayah, Ibu dan Kyuhyun menatapnya tajam. Hal yang paling dia benci dikeluarganya ini adalah adik kembarnya itu. Bocah yang selalu membuat paginya berantakan, bocah yang selalu berhasil membuat Ayah dan Ibunya berpihak pada bocah itu dan menjadikan dirinya sasaran empuk untuk diomeli.
"Sungguh, Bu, Yah"
Hal selanjutnya yang Kibum benci dari dirinya adalah—bahwa dia begitu mencintai adik kembarnya ini. Bahkan ketika melihat Kyuhyun menatapnya sedih seperti sekarang, dirinya sungguh tak bisa berkata apapun. Sejak kecil dirinya dididik untuk berbagi apapun dengan Kyuhyun. Ya, bahkan ketika didalam kandungan merekapun berbagi tempat berdua kan?
"Kau lupa menyimpan mungkin"
"Aku tidak mungkin lupa Bum!"
"Hey—kau bahkan lupa menyimpan kaus kakimu"
Dan Kyuhyun benar-benar tidak berniat beradu mulut dengan Kibum dan berakhir dengan dirinya berangkat sekolah tanpa sang kekasih –PSP-nya. Karenanya, bocah pucat itu segera membalikan badan, berjalan cepat kembali kedalam kamarnya, meninggalkan Ayah, Ibu dan Kibum yang saling pandang bingung.
"Kau tidak sedang menggoda Kyuhyun kan, Kibum?"
Kibum menggeleng dan sang Ayah langsung mengangguk. Tuan Cho tahu Kibum tak pernah berbohong padanya. Apapun. Kibum tipe anak yang menjunjung kejujuran, jadi Tuan Cho percaya pada Kibum.
"Anak itu benar-benar" Ibunya mengomel. Kibum melirik dari sudut matanya. Ibunya yang cantik itu segera meneguk minumannya lalu bergegas naik kelantai atas, menemui Kyuhyun. Mungkin membantu Kyuhyun mencari dimana sang kekasih.
"Kapan adikmu itu menuruni sifat sepertimu, Bum?"
Kibum menoleh pada Ayahnya yang sekarang sedang menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan sikap kekanakan Kyuhyun yang berbanding terbalik dengan sikap dewasa Kibum.
"Akan sangat mengerikan kalau bocah itu bersikap dewasa, Yah" Kibum menjawab, membuat Tuan Cho tergelak. Benar. Akan mengerikan sekaligus membuat rumah mereka sepi. Kan selama ini Kyuhyun-lah biang kerok dirumah mereka.
"Baiklah, Ayah pergi dulu, Bum. Katakan pada Ibumu dan—jangan bertengkar dengan Kyuhyun"
Chup
Kibum tersenyum tipis ketika punggung Ayahnya sudah menghilang begitu pintu tertutup. Kedua orang tuanya tak membedakan apapun antara dirinya dan Kyuhyun. Apapun. Ya, karena ini bukan drama. Ini kehidupan yang sesungguhnya. Orangtuanya begitu menyayanginya dan Kyuhyun. Tak ada perbedaan yang membuatnya iri. Bahkan seharusnya Kyuhyun-lah yang iri karena bocah itu sering kehilangan ciuman pagi dari Ayahnya yang akan berangkat kekantor jika bocah itu dalam mood buruk seperti pagi ini.
.
.
Kyuhyun langsung mempercepat langkahnya begitu turun dari mobil yang mengantarnya dan Kibum. Ia membiarkan Kibum berjalan tak kalah cepat dibelakangnya –berusaha mengimbangi langkah lebarnya, sambil bergumam tak jelas. Ia sedang tak mau bicara dengan Kibum. Bukan, bukan karena marah. Tapi malu. Kibum benar, dia lupa menyimpan PSP-nya dan malah menuduh Kibum pagi tadi.
Kibum sendiri tampak menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil melihat tingkah kekanakan saudara kembarnya itu. Sejak keluar kamar sambil menenteng PSP, bocah itu tak mau menatapnya bahkan berbicara padanya. Didalam mobil saja, Kyuhyun memilih duduk dikursi samping supir.
"Hei Kyu—"
"Maaf"
Kyuhyun memotong, membalikan badan dengan wajah merengut lucu. "Seharusnya—kau bilang dengan lebih perhatian padaku" itulah Kyuhyun-nya. Kyuhyun yang selalu merasa kekurangan kasih sayang. Padahal Kibum kira dia dan orangtuanya selalu memberikan kasih sayang lebih pada Kyuhyun.
"Ma—"
"Jangan meminta maaf" lagi-lagi Kyuhyun memotong. Ia sudah tahu kebiasaan Kibum yang satu itu. Saudara yang lebih tua beberapa menit darinya itu selalu meminta maaf untuk hal-hal yang bahkan bukan kesalahannya hanya untuk membuat Kyuhyun berbicara padanya. Itu hal yang dibenci Kyuhyun dari Kibum. Kibum akan merasa ia lah yang harus mengalah. "Masuk kelasmu sana" usirnya sambil mendorong tubuh Kibum kearah yang berlawanan dengannya. Ya. Karena dirinya dan Kibum memang tidak berada didalam kelas yang sama. Itulah alasan Kyuhyun sering cemburu ketika melihat Kibum bersama teman-temannya.
"Pergilah dulu" selalu seperti itu. Kibum-lah yang akan melihat sampai punggung Kyuhyun menghilang karena masuk kedalam kelasnya. Itu poin kedua Kyuhyun membenci Kibum, karena Kibum selalu mendahulukannya.
"Tidak. Kita pergi bersama"
"Aku lebih tua 6 menit darimu" dan itu adalah kalimat andalan Kibum untuk membuat Kyuhyun menurut. Dan itu selalu berhasil. Sekarangpun iya. Kyuhyun tampak mendengus sebelum membalikan badannya kemudian berjalan cepat menuju kelasnya, meninggalkan Kibum yang lag-lagi tersenyum tipis melihat tingkah kekanakan saudara kembarnya.
.
.
"KIBUM-AH!"
Kibum menurunkan buku yang sedang dibacanya untuk sekedar memberi peringatan pada teman sekelasnya yang baru saja berteriak padanya. Tidak tahukah temannya peraturan disemua perpustakaan didunia huh? Keep silent! Sepasang mata hitamnya menatap datar temannya yang sampai didepannya dengan nafas memburu.
"Rye—bisakah kau—tidak berte—"
"Kyu—hyun" potong temannya. "Adikmu pingsan" dan lanjutan kalimat Rye –Ryeowook, langsung membuat jantung Kibum berdetak lebih cepat. Ini pasti alasan dirinya sejak tadi merasa tak enak. Sesuatu terjadi pada Kyuhyun. Maka setelah Ryeowook mengatakan Kyuhyun berada diruang UKS, Kibum segera berlari keluar perpustakaan tanpa menyimpan buku yang baru saja dibacanya ditempatnya. Masa bodo dengan omelan Mrs. Byul nanti.
Ryeowook menghela nafas. Teman sekelas Kibum itu hanya meringis pada Mrs. Byul yang menatapnya dengan tatapan datar dibalik kaca mata minusnya, lalu bergegas berlari menyusul Kibum ke UKS.
.
.
"Bagaimana dengan keadaan Kyuhyun?" tanya Kibum begitu sampai di UKS. Seorang dokter sekolah yang baru saja keluar dari UKS, menghela nafas panjang sebelum berucap, "Kita tunggu orangtuamu dulu, Kibum-ah" kemudian berlalu, meninggalkan Kibum dan Ryeowook yang saling pandang dengan bingung.
Kibum bukan bocah bodoh yang tak melihat raut tegang diwajah dokter tadi. Apalagi dokter itu memintanya menunggu orangtuanya. Bukankah Kyuhyun hanya pingsan? Mengapa harus menghubungi orangtuanya? Dan pertanyaan itu dia tunjukan pada—
"Ryeowook-ah—"
"Saudaramu itu tiba-tiba pingsan saat sedang bermain basket. Aku tak tahu kenapa" Ryeowook memotong. "Bukankah ini berlebihan, Bum?" tanyanya ambigu.
Kibum tak menjawab, memilih masuk kedalam ruang UKS yang didominasi warna putih. Seperti rumah sakit saja. Dan Kibum bisa memastikan ketika sadar nanti, Kyuhyun akan merengut kesal. Kibum tahu Kyuhyun tak bersahabat dengan yang namanya rumah sakit.
"Mengapa Kyuhyun diinfus bahkan—memakai masker oksigen?" suara Ryeowook menyadarkan Kibum tentang dua hal yang tadi luput dari pengelihatannya. Benar. Mengapa Kyuhyun harus diinfus bahkan memakai masker oksigen jika hanya pingsan karena kelelahan? Tiba-tiba saja Kibum menjadi panik. Pemuda itu menatap Ryeowook meminta bantuan.
Brak
"Kyu—Kibum-ie!"
Nyonya dan Tuan Cho nampak terengah begitu membuka ruang UKS.
.
.
"Jadi?"
Tuan Cho menghela nafas. Sekarang sudah tidak bisa lagi hal ini mereka tutupi dari Kibum. Pria paruhbaya yang masih terlihat tampan itu merangkul pundak Kibum, mengajak putranya menuju kafetaria, meninggalkan Ibunya bersama sang bungsu dikamar rawat rumah sakit Seoul. Tadi mereka datang dengan membawa ambulance.
"Maafkan kami Kibum-ie" kalimat pertama Tuan Cho setelah duduk disalah satu bangku dikaferia rumah sakit itu mendadak membuat Kibum merasa takut. Jangan-jangan dia memang tidak mengetahui sesuatu hal disini.
"Ayah, ada apa? Jangan membuatku takut"
"Berjanjilah, Kibum. Setelah kau mengetahui ini, jangan berubah sikap" itulah alasan Tuan Cho menutupinya dari Kibum. Ia takut Kibum berubah menjadi orang asing. "Berjanjilah dan kau akan mengetahui semuanya"
Kibum mengangguk ragu.
"Kyuhyun-ie—menderita kelainan jantung" Kalimat Ayahnya itu bagaikan kilatan petir disiang hari bagi Kibum. "Kyuhyun meminta kami menutupi darimu. Jangan salah paham" lanjutnya tidak ingin dipotong. "Kyuhyun hanya tak ingin kau mencemaskannya berlebihan. Kyuhyun bilang, melihat dia sehat saja kau selalu mencemaskannya, apalagi kalau kau tahu dia menderita penyakit seperti ini. Jadi—dia meminta kami menutupinya darimu. Maaf Kibum-ie"
Kibum terdiam. Ada luka yang tercipta karena kebohongan ini, dan itu ada dihati Kibum. Bagaimana dia tak diberitahu tentang hal seperti ini?! Atau—bagaimana dia bisa tak tahu?
"Seberapa parah?" dingin. Suara Kibum terdengar begitu dingin.
"Jika ini kanker, mungkin—sudah stadium 3"
"Mengapa Ayah tak memberitahuku?!" Kibum menggebrak meja, membuat beberapa orang menoleh padanya. Dan dia tak peduli. Bahkan ketika cairan bening itu mulai menetes dari sepasang mata hitamnya, mengaburkan pandangannya, ia tetap menatap tajam sepasang mata hitam milik Ayahnya. Ia butuh kejelasan sekarang.
"Maaf"
Sreet
"Kibum-ie, bersikap biasalah pada Kyuhyun" cegat Tuan Cho ketika Kibum bergerak hendak berlalu dari sana. "Ayah mohon" lanjutnya.
Kibum tak menjawab. Pemuda itu segera berlalu. Entah akan kemana dia.
.
.
"Hei Kibum bodoh!"
Suara itu membuat Kibum menurunkan buku bacaannya. Dilihatnya Kyuhyun tersenyum lebar didepan pintu kamarnya. Tak ada tanda-tanda bahwa saudara kembarnya itu baru saja sakit. Ah—pantas saja dia tak pernah tahu. Kyuhyun terlalu pintar menutupinya ya?
"Aku membawakan oleh-oleh untukmu"
Dan ini adalah kebohongan yang Ayahnya bilang padanya, bahwa mereka akan mengatakan pada Kyuhyun bahwa mereka mengatakan pada Kibum akan berlibur ke Busan, menjenguk kakek-nenek si kembar.
"Harusnya kau ikut. Pantai busan benar-benar yang terbaik" oceh Kyuhyun. Pemuda berambut ikal itu meletakan oleh-oleh yang dikatakannya dimeja belajar Kibum. "Ayo buka" perintahnya.
"Aku malas"
"Hei—kau marah?" Kyuhyun mendudukan dirinya disamping Kibum dengan raut menyesal. "Maaf. Besok aku bilang pada Ibu untuk berlibur ke Busan saat liburan musim panas ya" katanya sambil mengukir senyum lebarnya.
Kibum benar-benar ingin menangis sekarang. Bagaimana Kyuhyun terlihat benar-benar seperti orang yang baru selesai berlibur ke Busan padahal bocah itu seminggu dirawat dirumah sakit? Dan bahkan dia selalu kesana –meski tak pernah menunjukan batang hidungnya.
"Ayo buka oleh-olehku" katanya setengah memaksa. Kibum menghela nafas, menurut. Alisnya bertaut begitu melihat 'oleh-oleh' yang dibawa Kyuhyun.
"Apa ini?"
"Kau buta?"
"YA!"
Kyuhyun tertawa mendengar Kibum membentaknya. Itu jauh lebih baik, dibanding diacuhkan Kibum. "Bodoh! Sudah tahu itu kalung, mengapa bertanya huh?"
"Aku bukan seorang gadis yang bisa luluh dengan hadiah kalung" diletakan kembali oleh-oleh itu membuat Kyuhyun memutar bola matanya malas.
"Aku tambah" katanya sambil melepas cincin dari jarinya lalu menjadikannya liontin. "Ibu memberinya untukku saat ulangtahun kita. Ada namaku terlukis disini. Maafkan aku, okay?" katanya sambil menunjuk cincin dengan ukiran 'Kyu'.
"Ibu memberinya untukmu, bodoh!"
"Akan lebih mengesankan jika kau yang menyimpannya untukku. Kau tahu kan aku sedikit pelupa. Nanti kalau hilang bisa bahaya" oceh Kyuhyun. "Nah sini kupakaikan" Kyuhyun tersenyum puas begitu kalung itu terpasang dileher Kibum. "Ah—aku mengantuk sekali. Selamat tidur, Kibum-ie hyung" katanya sambil mengacak rambut hitam Kibum dan bergegas keluar kamar Kibum, meninggalkan Kibum yang diam-diam meneteskan air mata.
"Aku benci kau"
.
.
"CHO KIBUUUUM!"
Astaga. Kibum mendengus sambil melirik kearah tangga, ia yakin sebentar lagi adik kembarnya itu akan turun dengan tergesa. Dan benar saja, Kyuhyun turun dengan wajah kesal sambil menjinjing PSP ditangannya. Pemuda itu sudah memakai seragamnya bahkan mengandong ransel biru tuanya.
"Kau memainkannya kan?" tanyanya disambut kerutan dikening kedua orangtuanya.
"Tidak"
"Kau bohong. Kemarin saat aku pergi, aku sudah menyelesaikan level 21, tapi kenapa sekarang kembali ke level 10? Ini pasti ulahmu. Kau tidak becus main game kan?"
"Mungkin kau memainkannya semalam dalam keadaan mengantuk" ucap Kibum sambil melanjutkan sarapannya.
"Bahkan meskipun aku mengantuk aku tak akan kalah, bodoh!"
Kyuhyun itu terlalu percaya diri. Tapi Kibum juga yakin soal ini. Tapi ia lupa pernah memainkan PSP Kyuhyun. Tapi tunggu—
"Aah~" Kibum menjentikan jarinya ketika mengingat sesuatu. Ditelannya nasi goreng didalam mulutnya. "Karena kau ke Busan tanpa mengajakku, jadi aku melampiaskannya dengan bermain PSP-mu" katanya dengan wajah datar, pura-pura tak melihat dua tanduk yang sudah tumbuh dikepala Kyuhyun.
"CHO KIBUUUUM!"
TBC
Kau merasa lebih baik, Bum? Ketika mendengarku berteriak, kau selalu diam atau diam-diam mengulum senyum. Kau senang? Kenapa?
Itu lebih baik, Kyu. Aku suka mendengarmu berteriak seperti itu. Artinya kau sehat kan? Jadi berteriaklah terus, teriakan namaku!
Aku membencimu, membencimu yang tak bisa kubenci. Aku membencimu, membencimu yang selalu menomor satukan aku. Aku membencimu, jadi—tetaplah seperti itu.
Aku mencintaimu karena kau adikku, tak ada alasan lain selain karena kita selalu berbagi sejak dalam kandungan. Tak ada alasan lain selain karena aku mencintamu.
Kyu—
Bum—
Saranghae
hallo aku balik lagi dengan fanfic baru. Selain fanfic Missin' U sama My Brothers, fanfic ini juga salah satu yang aku post di blog-ku :)
mind RnR?
